Seorang habib membaca ini
dengan lagu yang merdu :
مَدَدْ يَا مَوْلاَنَا يَا حُسَين
Bantulah aku wahai tuan kami , wahai Husain. ( vedio boleh dilihat di kronologi fb saya kiriman Ainun Na'im)
Saya lihat habib tsb di
Youtube membaca kalimat syirik itu
bersama dengan para habaib yang lain. Dia tidak sendirian membaca
kalimat syirik itu , tapi bersama habaib yang lain. Masak mereka tidak memahami bahwa minta – minta pada orang
yang mati itu syirik . Dan minta – minta pada Allah saja dalam berdoa
adalah pangkal tauhid.
Madad ya maulana ya Husain adalah kalimat syirik sepi dari tauhid. Pembacanya musyrik. Bila mati dan belum tobat
akan bertempat di neraka selamanya dan tidak masuk surga selamanya . Sebab dosa
syirik tidak bisa di ampun dan pahala tauhid adalah yang sangat
disenangi Allah. Apakah tidak ingat dengan ayat ini :
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.
Nisa` 116
Saya kira ada di antara mereka yang mengerti arti kalimat itu adalah minta
bantuan kepada Husain yang telah meninggal dunia, bukan masih hidup.
Mungkin juga keturunan dan pakaian saja yang membikin mereka terhormat lalu amaliyah
kesyirikannya terhina di mata sariat.
Mestinya mereka yang
masih hidup itu mendoakan kepada
Husain dan kaum mukmin yang lain yang telah meninggal dunia sesuai dengan ayat:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Robbbanaghfir
lanaa wali ikhwaaninalladziina sabaquunaa
bil iiman walaa taj`al fii quluubinaa ghillan lil ladziina
aamanuu robbanaa innaka
rouufur rahiim .
“Ya
Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang”.[1]
Saya ingat fatwa komite tetap
untuk kaijian ilmiyah dan fatwa sbb:
فَتَاوَى الْلَّجْنَةِ
الْدَّائِمَةِ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ - (ج 3 / ص 383)
الْسُّؤَالُ الْأَوَّلُ
مِنَ الْفَتْوَى رَقْم (9406):
س1: مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ
فِي الْتَّصَوُّفِ الْمَوْجُوْدِ الْآنَ؟
ج1: أَوَّلاً: لاَ يُقَالُ:
مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ، وَلَكِنْ: مَا حُكْمُ الْإِسْلاَمِ فِي كَذَا. ثَانِياً:
الْغَالِبُ عَلَى مَا يُسَمَّى بِالْتَّصَوُّفِ الْآنَ الْعَمَلُ بِالْبِدَعِ
الْشِّرْكِيَّةِ مَعَ بِدَعٍ أُخْرَى كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ: مَدَدْ يَا سَيِّد،
وَنِدَائِهِمُ الْأَقْطَابَ، وَذِكْرِهِمُ الْجَمَاعِي فِيْمَا لَم يُسَمِّ
الْلَّهُ بِهِ نَفْسَهُ مِثْلُ: هُو هُو وَآَه آَه آَه، وَمَن قَرَأَ كُتُبَهُمْ
عَرَفَ كَثِيْراً مِن بِدَعِهِمِ الْشِّرْكِيَّةِ وَغَيْرِهَا مِن الْمُنْكَرَات.ِ
وَبِاللَّهِ
الْتَّوْفِيْقُ. وَصَلََّى الْلَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، وَآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ
لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
Fatwa Komite
Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Penerbitan - (c 3 / p. 383)
Pertanyaan
pertama dari No (9406):
S1: Bagaimana
pandangan agama tentang tasawuf yang ada sekarang?
J 1:
Pertama:Tidak di katakan: Bagaimana pandangan agama, tetapi Apa hukum Islam
tentang perbuatan ini. Kedua: Sebagian besar
tasawuf sekarang mengikuti kebid`ahan yang syirik dengan kebid`ahan lain seperti perkataan beberapa dari mereka: Mohon bantuanmu wahai
Tuan ( Syaikh Abd Kadir Jailani ),
Mereka memanggil
wali kutub, dzikir bersama, tidak
menyebutkan nama Allah sebagaimana Allah memberi nama untuk diriNya, seperti:
Hu Hu Ah Ah, dan barang siapa yang membaca buku-buku mereka akan tahu banyak bid`ah kesyirikan mereka dan kemungkaran lainnya
وَبِاللَهِ الْتَّوْفِيْق.
وَصَلََّى الْلَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، وَآَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ
لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
Komite Tetap
untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Penerbitan
Rugilah habib yang
baca madad yamulana ya Husain dan beruntunglah keturunan
gajah mada yang menghindari
kesyirikan.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan