يَارَبِّ باِلْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَناَ وَاغْفِرْلَناَ مَامَضَى ياَوَاسِعَ الكَرَمِ
Wahai
Tuhanku dengan Rasul yang terpilih , jadikanlah tujuan – tujuan
kami tercapai dan ampunilah dosa – dosa kami yang telah lampau wahai Tuhan yang luas kemurahanNya ( Minta pengampunan dan tercapai tujuan
dengan kehurmatan Nabi saw, syair tsb juga sirik sekali ).
Ada beberapa
kemungkinan arti syair tsb.
1. Wahai Tuhanku
tujuan – tujuanku bikinlah
tercapai sebab Muhammad yang terpilih……………………….
Arti sedemikian ini arti lahiriah , harfiah , tanpa di takwil. Ia arti
leterlek dan apa adanya tanpa meng ada – ada. Ia arti textual
bukan kontekstual.
Arti sedemikian ini rentan terhadap akidah, tidak membangun akidah yang
baik tapi merusak akidah yang baik menjadi jelek. Akidah yang
lurus bertauhid menjadi bengkong yang syirik.
Doa itu mohon pada Allah agar
tujuan tercapai sebab Muhammad saja bukan dengan sebab rahmatMu atau anugrahMu
atau KemurahanMu.
Doa sedemikian ini doa yang terlarang karena ada ayat:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ ِللهِ
فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya
mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu berdoa kepada seseorangpun di dalamnya di samping berdoa
kepada Allah.[1]
Bila berdoa kepada Allah ,
jangan menyebut nama seseorang baik nabi
atau lainnya. Tapi berdoalah langsung pada Allah sebagaimana ayat:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".[2]
2. Wahai Tuhanku
tujuan – tujuanku bikinlah
tercapai sebab cintaku kepada Muhammad yang
terpilih………………..
Biasanya ahli bid`ah agar terhindar
dari kesyirikan mentakwil syair
tsb dengan kalimat seperti itu ya`ni “sebab cintaku kepada Muhammad yang terpilih………………..”
Ini takwilan bukan arti
sebenarnya. Apa benar maksud penyair seperti itu atau bukan , wallahu a`lam. Hal itu seperti ada kalimat
seperti ini :
Wahai Tuhanku tujuan – tujuanku bikinlah tercapai sebab berhala lata.
Lalu agar terhindar dari kesyirikan lalu di takwil “ sebab benci dengan
berhala lata “.
Atau orang bilang : Aku meyembah berhala Lata”
Agar tidak syirik , lalu di takwil
maksudnya : Aku menyembah Allah yang
menciptakan orang yang membuat behala Lata “.
Paling tepat , tidak usah bc doa
seperti syair itu , tapi
berdoalah dengan kalimat yang ma`tsur
- yang jelas ada tuntunannya , jangan tuntunan yang masih kabur , belum jelas sahihnya.
Kita ikut Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam menjalankan shalat, puasa berdoa dll. Tidak boleh mengikuti Rasulullah shallahu alaihi wasallam
dalam shalat saja lalu dalam berdoa
menyelisihinya. Kita ikut ayat:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[3]
Para Nabi , sahabat , imam madzhab empat dan seluruh
ulama‘ saleh tidak mengajarkan doa dengan perantara
kehurmatan dan derajat orang mati. Kita tidak punya pegangan dari Al Quran atau hadis yang
membolehkan doa semacam itu. Kita ikuti
saja ajaran Allah dan tuntunan Nabi SAW
dalam berdoa.
Karena itu , tiada hadis yang mengajarkan doa seperti itu
Komisi fatwa dan irsyad kerajaan Saudi menyatakan:
أَنْ يَسْأَلَ الله بِجَاهِ أَنْبِيَائِهِ أَوْ وَلِيٍّ مِنْ َأوْلِيَائِهِ
بِأَنْ يَقُوْلَ: (الَّلهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِجَاهِ نَبِيِّكَ أَوْ بِجَاهِ
الْحُسَيْنِ) مَثَلاً فَهَذاَ لاَ يَجُوْزُ؛ لِأَنَّ جَاهَ أَوْلِيَاِء الله وَإِنْ
كَانَ عَظِيْمًا عِنْدَ الله وَخَاصَّةً حَبِيْبُنَا مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم
غَيْرَ أَنَّهُ لَيْسَ سَبَبًا شَرْعِيًّا وَلاَ عَادِيًّا لِاسْتِجَابَةِ الدُّعَاءِ؛
وَلِهَذاَ عَدَلَ الصَّحَابَةُ حِيْنَماَ أَجْدَبُوا عَنِ التَّوَسُّلِ بِجَاهِهِ
صلى الله عليه وسلم فيِ دُعَاءِ اْلاِسْتِسْقَاءِ إِلَى التَّوَسُّلِ بِدُعَاءِ عَمِّهِ
اْلعَبَّاسِ مَعَ أَنَّ جَاهَهُ عليه الصلاة والسلام فَوْقَ كُلِّ جَاهٍ، وَلمَ ْيُعْرَفْ
عَنِ الصَّحَابَةِ رضي الله عنهم أَنَّهُمْ تَوَسَّلوُا بِهِ صلى الله عليه وسلم بَعْدَ
وَفَاتِهِ وَهُمْ خَيْرُ اْلقُرُوْنِ وَأَعْرَفُ النَّاسِ بِحَقِّهِ وِأَحَبُّهُمْ
لَهُ.
Seseorang minta pada Allah dengan pangkat nabi – nabiNya atau wali
– waliNya. Dia berkata : Ya Allah ! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu dengan pangkat NabiMu atau pangkat Husain
…….. ini tidak boleh. Sebab pangkat wali – wali Allah sekalipun agung disisi
Allah , lebih – lebih kekasih kita Muhammad SAW, tapi tidak merupakan sebab
syar`i atau tradisi untuk doa yang di kabulkan. Karena itu , para
sahabat ketika musim peceklek tidak
bertawassul kepada Nabi waktu doa istisqa` tapi minta doa kepada pamannya Al
abbas pada hal pangkat Nabi di atas
seluruh pangkat. Dan tidak dikenal di kalangan sahabat bahwa mereka bertawassul
kepada Nabi SAW setelah wafatnya . Pada hal mereka hidup dimasa terbaik dan
manusia yang lebih mengerti tentang hak Nabi SAW dan paling senang kepadanya. [4]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan