JAKARTA (voa-islam.com)- Mantan Komandan Jenderal Kopassus, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Purn), Muchdi Purwoprandjono mengingatkan dan mengajak masyarakat agar tidak melupakan sejarah, khususnya pembantaian PKI terhadap para Ulama dan umat Islam. Ia menyatakan demikian karena beberapa waktu belakangan ini tersebar seolah hanya PKI saja yang menjadi korban.
"Kita menayangkan film ini kembali untuk mengajak masyarakat atau umum agar tidak melupakan sejarah. Kan yang berkembang seolah hanya PKI saja yang menjadi korban. Padahal ulama dan umat Islam pun menjadi korban," katanya saat hadir dan ikut menyaksikan film sejarah tentang kekejaman PKI tadi malam (30/09/2015) di Menteng, Jakarta Pusat. Dan jika itu yang berkembang, sama saja menurutnya rakyat Indonesia diajak melupakan ulama yang dibantai PKI. "Kenapa kita disuruh melupakan sejara?" tanyanya.
Baginya, sejarah kelam itu tidak untuk dilupakan. Sejarah yang telah merenggut nyawa-nyawa ulama dan umat Islam pada waktu adalah pemberontakan murni oleh PKI.
"Itu kan pemberontakan. Maka tidak ada ceritanya jika ada isu yang berkembang pemerintah meminta maaf kepada PKI!" tegasnya.
Mantan Kopassus ini beserta keluarganya pun mengakui bahwa ia adalah salah satu korban PKI. Karena ia dan keluarga besar yang berlatar belakang aktivis, serta keluarga Masyumi pada waktu itu pun dijadikan target oleh kekejaman PKI. Maka dari itu, pemerintah atau Komnas HAM menurutnya tidak perlu meminta maaf.
"Saya pun korban! Tetapi tidak pernah ditanya tuh sama Komnas HAM. Kenapa yang hanya ditanya hanya orang-orang PKI?! jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Oleh sebab itu, pemutaran film yang disaksikan oleh beberapa aktivis dan beberapa elemen mahasiswa ini ditujukan, sekali lagi menurutnya untuk membuka mata masyarakat, khsususnya umat Islam. PKI yang selama ini dijadikan 'seolah-oleh' korban ada baiknya harus bertindak adil dalam menilai atau merespon. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan