Pengarang Berzanji berkata :
Rasulullah mengajak suku Tsaqif di Thaif , tapi mereka tidak mengabulkan dakwahnya dengan baik , bahkan memperdaya kaum bodoh , budak – budak lalu mereka mencaci maki kepadanya dengan lidah kotor dan menyakitkan . Mereka melempari beliau dengan batu , hingga kedua sandalnya penuh dengan darah . Rasulullah kembali ke kota Mekkah dengan sedih , lalu malaikat yang bertugas mengendalikan gunung minta kepadanya untuk membinasakan penduduk Thaif yang fanatik itu . Rasulullah bersabda : Sesungguhnya aku berharap agar Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka orang yang akan menguasai agama
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Tentang kepergian Rasulullah ke tanah Thaif masih ada ganjalan dalam hati saya , dan saya tidak pernah melihat hadis sahih tentang hal itu . Kisah itu di ajarkan di kalangan murid – murid madrasahku , juga di kalangan santri dalam pesantrenku . Inilah kekeliruan yang sulit di bendung dan akan tetap berkembang . Sama dengan menyebarkan kedustaan kepada murid atau santri yang ingin kejujuran dan sudah menaruh kepercayaan kepadagurunya . Mengapa hal ini harus terjadi kepada masarakat kita ? Tiada lain sebabnya karena kita malas untuk mengkaji ulang dan kita sudah sibuk dengan urusan dunia lalu masalah ajaran agama norok buntek .
Al albani berkata :
الخامس : ذَكَرَ ( 1 / 105 - 107 ) قِصَّةَ ذَهَابِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الطَّائِفِ وَدَعْوَتَهُ لِثَقِيْفٍ وَشَجَّهُمْ رَأْسَهُ الشَّرِيْفَ بِالْحِجَارَةِ وَدُعَائَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَشْكُوْ ضُعْفَ قُوَّتِي وَ قِلَّةَ حِيْلَتِي وَ هَوَانِي عَلَى النَّاسِ . . . ) وَقِصَّتَهُ مَعَ عَدَّاسٍ النَّصْرَانِي وَاْنكِبَابَ عَدَّاسٍ عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ رَأْسَهُ وَيَدَيْهِ وَقَدَمَيْهِ . وَذَكَرَ مَصْدَرًا لَهَا ( طَبَقَاتُ ابْنِ سَعْدٍ وَتَهْذِيْبِ السِّيْرَةِ ِلابْنِ هِشَامٍ )
قُلْتُ : أَمَّا ( الطَّبَقَاتُ ) فَلَمْ يَذْكُرْ مِنَ اْلقِصَّةِ كُلِّهَا إِلاَّ أَحْرُفًا يَسِيْرَةً وَمَعَ ذَلِكَ فَهُوَ عِنْدَهُ ( 1 / 211 - 212 ) مِنْ قَوْلِ مُحَمَّدٍ بْنِ عُمَرَ بِغَيْرِ إِسْنَادٍ وَغَالِبُ الظَّنِّ أَنَّ الدُّكْتُوْرَ لاَ يَعْلَمُ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ هَذَا هُوَ الْوَاقِدِي الْمَتْرُوْكُ كَمَا َيأْتِي
5. Doktor Ramadhan al buthi menyebutkan dalam kitabnya ( 107-105/1 ) kisah Rasulullah pergi ke thaif , dakwah beliau kepada suku Tsaqif , mereka melukai kepala beliau yang mulia dengan batu lalu beliau berdoa sbb :
Wahai Tuhanku ! aku mengadukan kepada Mu kelemahn kekuatanku , helahku yang minim dan rendahku di mata manusia ……………. )
Lalu kisah Rasulullah bersama Addas yang kristen lalu Addas mencium kepala , kedua tangan dan kedua kaki Rasulullah , lalu doktor Al Buthi menyebut juga refrensinya yaitu kitab Thobaqat Ibnu Sa`d dan Tahdzibus sirah karya Ibnu Hisyam
Aku berkata : Untuk kitab Thobaqat , maka hanya beberapa kalimat yang di sebutkan di sana tentang masalah tsb ( 211- 212/1 ) dari perkataan Muhammad bin Umar tanpa sanad . Perkiraan yang rajih , doktor Buthi tidak tahu bahwa Ibnu Umar disitu adalah al waqidi yang di tinggalkan kalangan ulama sebagaimana keterangan yang akan datang.
وَأَمَّا ( تَهْذِيْبُ السِّيْرَةِ ) فَقَدْ ذَكَرَهُ ( 2 / 60 ) مِنْ طَرِيْقِ ابْنِ إِسْحَاقَ بِإِسْنَادٍ لَهُ مُرْسَلٍ إِلاَّ الدُّعَاءَ فَلَمْ يَسُقْ لَهُ سَنَدًا فَقَدْ قَالَ : ( فَلَمَّا اطْمَأَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ - فِيْمَا ذُكِرَ لِي - : اَلَّلهُمَّ . . . )
وَقَدْ أَخْرَجَ اْلقِصَّةَ بِاخْتِصَارٍ - وَفِيْهِ الدُّعَاءُ - الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادِهِ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ بِسَنَدِهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرَ وَابْنُ إِسْحَاقَ مُدَلِّسٌ وَقَدْ عَنْعَنَهُ وَلِذَلِكَ ضَعَّفْتُ الْحَدِيْثَ فِي ( تَخْرِيْجِ الْفِقْهِ ) ( ص 132 ) وَالدُّكْتُوْرُ عَلَى عِلْمٍ بِذَلِكَ فَلاَ هُوَ يَسْتَفِيْدُ مِنْ مِثْلِ هَذَا التَّحْقِيْقِ هُنَاكَ وَلاَ هُوَ يَأْتِي بِمَا يُنَافِيْهِ ِليَنْظُرَ فِيْهِ وَإِنَّمَا يَكْتَفِي ِبمُجَرَّدِ اْلعَزْوِ ِللْمَصْدَرَيْنِ السَّابِقَيْنِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ فِيْهِمَا مَا لاَ يَصِحُّ ثُمَّ هُوَ يَزْعُمُ أَنَّهُ اعْتَمَدَ عَلَى مَا صَحَّ فِيْهِمَا
Untuk kitab tahdzibus sirah , maka di sana di cantumkan dari jalur Ibnu Ishak dengan sanad mursal kecuali Doa , maka beliau tidak menyebut sanadnya .
Pengarang Tahdzibus sirah menyatakan : Ketika Rasulullah tenang ( setelah di hajar penduduk Tsaqif ) sebagaimana yang di sebutkan kepadaku , beliau berdoa : Allahumma ……………………….
Kisah itu juga di riwayatkan oleh Thabrani bersama doanya dengan sanad dari ibnu Ishak dengan sanad dari Abdullah bin Ja`far dan Ibnu Ishak adalah mudallis dan beliau saat ini meriwayatkan dengan kalimat an atau dari . Karena itu saya melemahkan hadisnya dalam kitab Takhrij fiqh 132 .
Doktor Buthi juga mengetahui hal itu , tapi tidak memanfaatkan kajian ini juga tidak mendebatnya agar bisa di koreksi ulang . Dia hanya cukup dengan menyebut dua sumber yang lalu . Pada hal dia mengerti bahwa dalam dua sumber itu juga terdapat keterangan yang tidak sahih , lalu dia menyatakan bahwa dia berpegangan dengan landasan yang sahih di dalam kedua kitab itu .
Dalam hizbut-tahrir.or.id terdapat keterangan sbb :
Rasulullah saw telah memberikan kepada kita seluruh langkah yang memungkinkan untuk mencapai jenjang kekuasaan/pemerintahan. Langkah-langkah Rasulullah saw yang demikian intens dan dilakukan secara terus menerus hingga memperoleh keberhasilan, menunjukkan bahwa apa yang dijalani oleh beliau merupakan metoda (manhaj/thariqah), bukan sekedar cara (uslub). Dan setiap orang yang bergerak dalam aktivitas dakwah, yang menghendaki pada upaya penerapan sistem hukum Islam secara total melalui format Daulah Islamiyah, wajib memahami dan mengambil langkah-langkah Rasulullah saw ini. Metoda ini disebut dengan thalabun nushrah (seruan untuk memperoleh pertolongan/perlindungan).
Thalabun nushrah dilakukan Rasulullah saw. setelah gangguan terhadap beliau semakin keras, yaitu setelah wafatnya paman beliau saw. Abu Thalib. Beliau pergi ke kota Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan dari Bani Tsaqif, dengan harapan mereka mau menerima seruan beliau. Ketika sampai di kota Thaif, beliau menemui sekelompok pemimpin dan orang-orang terkemuka dari Bani Tsaqif. Beliau mengajak mereka (untuk beriman) kepada Allah. Beliau juga menyatakan maksud kedatangannya untuk meminta perlindungan dan pembelaan mereka kepada Islam, agar mereka berdiri di pihak beliau dalam menghadapi siapapun dari kaumnya yang menentang beliau. Namun mereka menolak. Sekembali beliau ke kota Makkah -di saat-saat musim haji- beliau menemui kabilah-kabilah Arab yang hadir di kota Makkah. Beliau mengajak mereka untuk beriman kepada Allah dan menyampaikan kepada mereka bahwa beliau adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Beliau meminta mereka untuk membenarkan sekaligus melindung beliau.
Fenomena ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw menempuh manhaj baru yang belum pernah beliau lakukan sebelumnya. Beliau mengkhususkan dakwah untuk mendapatkan perlindungan dari kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan untuk memberikan perlindungan. Dengan kata lain beliau menambahkan aktivitas dakwah pada Islam, dengan dakwah untuk mendapatkan perlindungan terhadap dakwah Islam. Fokus dakwahnya ditujukan pada kelompok-kelompok yang kuat guna mendapatkan perlindungan. Beliau terus berusaha mewujudkan perlindungan untuk dakwahnya, sejak beliau kembali dari kota Thaif sampai perlindungan tersebut diperolehnya dari penduduk kota Madinah.
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Begitulah kisah perkembangan dakwah Islam ke masarakat kita dan lainnya di seluruh bumi persada , masarakat selalu di suguhi dengan ajaran kedustaan dan kekeliruan dari leluhur dahulu tanpa koreksi yang mendetil dan mendalam . Allah tahu bahwa ummat manusia ini di disuguhi dengan kisah nabi yang di lempari dengan batu sampai kakinya berdarah. Bagaimanakah perasaan Rasulullah yang tidak pernah di lempari batu seperti itu di Tha`if lalu di katakan begitu . Bagaimanakah perasaan para sahabatnya yang merasa rasulnya di issukan dengan isssu jahat yang di hembuskan oleh pendusta dahulu dan di lanjutkan oleh para tokoh atau orang yang di anggap tokoh pada hal dia bodoh seperti kerbau yang menggiring atau mengendalikan manusia . Apakah tidak cocok dengan hadis :
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya berbuat bohong kepadaku tidak sebagaimana kebohongan kepada seseorang . Barang siapa berbuat kedustaan kepadaku dengan sengaja bertempatlah di tempat duduknya di neraka ( masuk nerakalah )
Ibnu Ady berkata :
: هَذَا حَدِيْثُ أَبِى صَالِحٍ اْلقَاسِمِ بْنِ اللَّيْثِ الرُّسْغِى لَمْ يُسْمَعْ أَنَّ أَحَداً حَدَّثَ ِبهَذَا الْحَدِيْثِ غَيْرُهُ وَلَمْ يُكْتَبْ إِلاَّ عَنْهُ ،
Ini hadis Abu Shaleh al qasim bin Allaits arrusghi . Tidak terdengar seorang yang meriwayatkan hadis itu kecuali dari padanya dan tidak ada orang yang menulis hadis tsb kecuali dari padanya .
Dan sudah di nyatakan di muka bagwa hadis itu adalah lemah mursal , tiada sahabat yang menyatakan seperti itu dengan sanad yang sahih.
Drs. M. Tata Taufik M. Ag menyatakan :
,Penderitaan Rasul saw semakin memuncak setelah wafatnya Abu Thalib
,yang diikuti dengan wafatnya Khadijah umul mu’minin selang beberapa hari
.hingga tahun itu disebut sebagai tahun kesedihan
Kemudian rasul saw meninggalkan Makkah menuju Thaif untuk meminta
perlindungan dari kaum Tsaqif, namun mereka menerimanya dengan kasar dan
kejam, bahkan mengusir dan menganiayanya, kemudian Rasul saw krmbali ke
.Makkah dengan kondisi yang mengkhawatirkan
Imam Suyuthi berkata :
أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِى كَمَا فِى مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ (6/35) قَالَ الْهَيْثَمِى (6/35) : فِيْهِ اِبْنُ إِسْحَاقَ ، وَهُوَ مُدَلِّسٌ ثِقَةٌ ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ ثِقَاتٌ . وَأَخْرَجَهُ أيضًا : ابْنُ عَدِى (6/111 ، تَرْجَمَة 1623 مُحَمَّدٍ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ يَسَارٍ) وَقَالَ : هَذَا حَدِيْثُ أَبِى صَالِحٍ الرَّاسِبِى لَمْ نَسْمَعْ أَنَّ أَحَدًا حَدَّثَ بِهَذَا الْحَدِيْثِ غَيْرُهُ وَلَمْ نَكْتُبْهُ إِلاَّ عَنْهُ . وَالضِّيَاءُ مِنْ طَرِيْقِ الطَّبْرَانِى (9/179 ، رقم 162) .
Hadis tsb di riwayatkan oleh Thabrani sebagaimana dalam kitab Majmauz zawaid 6/35 . Al haitsami berkata : Sanadnya terdapat Ibnu Ishak . Dia seorang perawi mudallis tapi Tsiqah – terpercaya dan perawi – perawi lainnya bisa di percaya .
Ia juga di riwayatkan oleh Ibnu Ady 6/111 tentang riwayat hidup Muhammad bin Ishak bin Yasar 1623 . lalu berkata : Hadis itu hanya riwayat Abu Sahleh Arrasibi . Kita tidak mendengar orang yang meriwayatkan hadis tsb kecuali dia , juga tidak pernah menulis hadis seperti itu kecuali dia
Ad dhiya` dari jalur Thabrani 9/179 – 162
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Setahu saya seluruh penyusun kutubut tis`ah tidak mencantumkan hadis tsb dalam kitab hadis karya mereka. Sedang pernyataan Al Hatsami bahwa Muhammad bin Ishak terpercaya , maka kurang lengkap , sebab banyak ulama yang menyatakan dia tidak bisa di percaya , apalagi dalam jalur Thabarni hampir seluruhnya melalui dia dan tiada orang lain sebagaimana di katakan oleh Al albani . tadi . Dalam www.mktaba.org ada keterangan sbb :
الرَّاوِي: مُحَمَّدٌ بْنُ كَعْبٍ الْقُرَظِي - خُلاَصَةُ الدَّرَجَةِ: ضَعِيْفٌ - الْمُحَدِّثُ: اْلأَلْبَانيِ - الْمَصْدَرُ: فِقْهُ السِّيْرَةِ - الصَّفْحَةُ أَوِ الرَّقْمُ: 126
Perawi bernama Muhammad bin Ka`ab al quradhi - ini derajatnya adalah lemah kata ahli hadis al albani - refrensi Fiqhus sirah , halaman atau nomer 126 .
Komentarku :
Dalam sirah Ibnu Ishak , hadis tsb di riwayatkan secara mursal – lemah .
Al azhari berkata :
وَقَدْ صَحَّحَ الْحَدِيْثَ اْلمَوْصُوْلَ الضِّيَاءُ اْلمَقْدَسِي فِي اْلمُخْتَارَةِ.
Sungguh Ad dhiya al maqdisi menyatakan dalam kitab al mukhtarah bahwa hadis tsb adalah sahih .
Saya katakan ;
Al azhari assalafi berkata :
Sekalipun mausul tetap dari jalur Muhammad bin Ishak yang mudallis dan tidak menyatakan haddatsana tapi cukup dari fulan ………….
Dan ini kelemahan hadis nya .
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Bila benar Rasulullah pergi ke Thaif lalu di lempari batu sampai berdarah kepalanya , mengapa Rasulullah sendiri tidak bercerita tentang hal itu , sebagai sesuatu yang sangat berat yang pernah di alaminya . Malah ada hadis sbb :
عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهَا قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ: لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلاَّ وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، فَنَادَانِي فَقَالَ: إِنَّ اللهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ إِنْ أُطَبِّقَ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْنِ؛ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Aisyah ra menuturkan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi saw : “Menurutmu, penindasan kaummu yang bagaimanakah yang lebih keras dari perang Uhud?”
Sabda Nabi saw : “Aku sering ditindas oleh kaummu, tetapi yang paling keras adalah penindasan di hari Aqabah, yaitu ketika aku mengajak Ibnu Abi Yalil ibnu Abdi Kulal ke dalam Islam, maka ia tidak peduli kepada ajakanku, sehingga aku pergi dalam keadaan kecewa. Aku tidak sadar sampai ketika aku tiba di Qarnu Tsa’alit. Ketika aku melihat ke atas aku melihat awan telah menaungi aku, dan aku lihat Jibril berseru : “Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan jawaban kaum terhadapmu. Kini, Dia mengirim malaikat penjaga gunung kepadamu dan ia akan melaksanakan semua perintahmu.”
Maka malaikat penjaga gunung memberi salam kepadaku dan berkata : “Hai Muhammad, jika engkau menyuruhku menimpakan kedua gunung ini kepada kaummu yang membangkang, pasti aku akan melaksanakannya.”
Sabda beliau saw : “Sesungguhnya aku hanya ingin agar Allah mengeluarkan orang-orang dari keturunan mereka yang menyembah kepada Allah semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (Bukhari, 59, Kitabu Bad-il Khalqi, 7, bab ketika seorang mengucapkan amin dan para malaikat di langit).
Allu`lu` wal marjan 576/1 Al albani berkata : Muttafaq alaih
Lihat di kitab karyanya : Misykatul mashobih ,nomer hadis: 5848
Komentarku "
Bila ada pengalaman yang lebih menyakitkan di Thaif akan beliau sebutkan dan ternyata tidak ada . lalu untuk apakah kita ini mengadakan kisah seperti kasus di tha`if . lebh baik kita luruskan dari pada kita menyimpan ilmu atau membiarkan kekeliruan menyebar di masarakat dan kita akan di tuntut oleh Allah kelak di hari kiamat Biarlah orang – orang lain sama di bodohi dan kita tidak ingin membiarkan pembodohan itu berkembang di masarakat .
وَقَالَ الصَّالِحِي الشَّامِي فِي كِتَابِهِ (سُبُلُ الْهُدَى وَالرَّشَادِ): (وَرَوَى الطَّبْرَانِي بِرِجَالٍ ثِقَاتٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرَ...).وَرَمَزَ لَهُ السُّيُوْطِي بِالْحَسَنِ فِي الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ.
Assalihi Assyami berkata dalam kitab Subulul huda warrasyad . Hadis kasus Rasulullah di Thaif itu riwayat Thabrani dengan perawi – perawi yang terpercaya dari Abdullah , lalu Imam Suyuthi memberikan tanda hasan dalam kitab Jamius shaghir .
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Sungguhpun demikian , tetap dari jalur Ibnu Ishak yang mudallis , tertuduh syi`ah dan al albani menyatakan lemah di kebanyakan kitabnya .
وَقَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ فِي الْحَدِيْثِ الْمُرْسَلِ: (وَهُوَ صَحِيْحٌ)
Ibnu Katsir berkata : Hadis Rasulullah di lempari di Thaif itu adalah mursal ( lemah ) dan inilah yang benar .
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Sudah c ukup menunjukkan kelemahannya , hadis Rasulullah di lempari batu di Thaif itu tidak di cantumkan dalam kutubut tis`ah yang merupakan kitab hadis yang populer dan seluruh sahabat tidak meriwayatkannya kecuali Abdullah bin Ja`far dari jalur Ibnu Ishak yang mudallis . Para Imam Madzhab empat juga tidak kenal hadis tsb , Juga orang Thaif tidak meriwayatkannya .
Al azhari al asli berkata :
فَالْحَدِيْثُ مُخْتَلَفٌ فِيْهِ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ مِنْ وَجْهَيْنِ وَاْلوَجْهُ اْلمُرْسَلُ أَصَحُّ فَالْحَدِيْثُ مُرْسَلٌ تَابِعِيٌّ وَهُوَ حُجَّةٌ عِنْدَ كَثِيْرٍ مِنَ اْلعُلَمَاءِ.
وَقَدْ يَدْخُلُ فِي بَابِ تَقْوِيَةِ الْمَرْفُوْعِ خَفِيْفِ الضُّعْفِ بِالْمُرْسَلِ الْقَوِيِّ فَيَصِيْرُ الْحَدِيْثُ صَحِيْحاً.
وَأَضِفْ إِلَى هَذَا شُهْرَةُ الْحَدِيْثِ وَعَدَمُ إِنْكَارِ أَهْلِ اْلعِلْمِ لَهُ إِلاَّ بَعْضُ الْمُعَاصِرِيْنَ.
Hadis Rasulullah di lempari batu di Thaif masih hilaf dari Ibnu Ishak dari dua jalur . Jalur yang mursal yang lebih sahih . Jadi ia adalah mursal tabi`I , dan termasuk hujjah bagi mayoritas ulama . Di samping hadis tsb populer sekali dan ulama dulu tidak ingkar kepadanya kecuali sebagian ulama sekarang .
Komentarku ( Mahrus ali ) ::
Bagaimanakah bisa di katakan mursal tabiin di katakan hujjah dan bisa di buat pedoman , perawi terdapat Ibnu Ishak yang masih hilaf itu dan termasuk mursal tabiin yang lemah dan tidak bisa di buat pegangan menurut ulama siapapun . Jadi baik yang marfu` atau mursal tetap lemah . Karena itu Al albani menyatakan lemah dari seluruh jalur . Karena itu tidak bisa di katagorekan hadis mursal tabi`in yang mendukung hadis lemah yang marfu` . Sebab jalur keduanya dari perawi yang sama . lalu hadis tsb populer dan hampir setiap orang yang mengaji hadis akan tahu bahwa perawi bernama Muhammad bin Ishak adalah mudallis dan ini sudah cukup menunjukkan kelemahannya dan dia juga tidak menyatakanm haddatsana .
Artikel Terkait
kendatipun kisah Thaif menurut Mahrus suatu kebohongan, kendatipun tuduhan dusta tidak bisa dibuktikan, tapi bagiku bisa mengambil pelajaran bahwa pada hakikatnya, orang yang tidak mau diajak benar oleh Nabi digambarkan bagaikan anak kecil yang menimpuki Nabi karena memang anak kecil belum mengerti kebenaran, jika sudah tahu pasti tidak mau berlaku zolim, dan hal lainnya anak kecil (belum mengerti kebenaran) sangat mudah sekali dipropokasi oleh orang dewasa, begitulah gambaran orang sekarang orang-orang yang menentang kebenaran dan mudah terpropokasi bagaikan anak kecil, bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah, maka apapun sebenarnya yang dkatakan dan ditulis orang lain jika kita tanggapi positif banyak sekali mengandung ilmu yang bisa kita dapati.
BalasHapus