Bacalah artikel ini:
Menteri Luar Negeri AS John
Kerry : AS Ikut Mengenang Kematian Munir
WASHINGTON (voa-islam.com) - Posisi AS menjadi sangat jelas,
terhadap kasus yang menimpa Munir, di mana Menteri Luar Negeri AS John Kerry
mengatakan AS ikut mengenang 10 tahun kematian aktivis hak asasi manusia Munir
Said Thalib.
Hari ini 10 tahun yang lalu, Munir dinyatakan meninggal dunia di
atas pesawat Garuda Indonesia
tujuan Amsterdam,
Belanda. Otopsi menunjukkan adanya kandungan arsenik dalam jumlah besar di
tubuhnya.
"Sepuluh tahun yang lalu, seseorang membunuh Munir, karena mereka
khawatir ia akan berhasil membuat negaranya menjadi lebih demokratis, lebih
bebas dan lebih manusiawi," kata John Kerry dalam pernyataan tertulis yang
diterima AFP.
"Hari ini kami bergabung dengan rakyat Indonesia untuk mengenang Munir
Said Thalib dan kami menyerukan perlindungan untuk mereka yang bekerja demi
perdamaian, demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia," demikian kata pernyataan
itu.
Kerry juga mengatakan bahwa keadilan belum sepenuhnya ditegakan.
"Pada 2004, Presiden SBY mengakui bahwa resolusi kredibel terhadap kasus
Munir akan menjadi ujian kunci bagi demokrasi Indonesia. Hal itu masih berlaku
sampai sekarang. Kami mendukung semua upaya untuk membawa siapa pun yang
memerintahkan Munir dibunuh ke meja hijau."
Sementara itu, istri mendiang Munir dalam wawancara dengan BBC
Indonesia beberapa waktu lalu mengatakan kasus ini belum selesai.
"Kalau hanya pelaku lapangannya saja sih, itu mah gampang
saya pikir. Tapi dalangnya? Sampai sekarang masih bebas. Dan kita bisa lihat
itu. Selama kasusnya tidak terselesaikan, yah kita (Suciwati dan aktivis pegiat
hak asasi manusia) akan tetap minta, pemenuhan keadilannya," kata
Suciwati.
Di Indonesia sendiri, berbagai kegiatan memperingati kematian
Munir juga marak diadakan dengan slogan "Munir ada dan berlipat
ganda."
Sementara itu masyarakat Indonesia di Australia sejak awal bulan
September mengadakan berbagai acara memperingati kematian Munir.
Sejumlah kegiatan seperti diskusi, pemutaran film, doa bersama serta
aksi diselenggarakan di sejumlah kota besar
seperti Canberra, Sydney,
Brisbane, Melbourne
serta kemungkinan di beberapa kota lainnya di Australia.
Munir Said Thalib meninggal dunia pada usia 39 tahun dalam perjalanan
ke Amsterdam untuk menempuh pendidikan S2 bidang
hukum humaniter di Universitas Utrecht.
Seharusnya, bukan hanya Munir yang diperjuangkan, tapi seperti kasus
Talangsari Lampung, dan korbannya lebih banyak lagi. Bukan satu orang. Pegiat
HAM harus berbicara tentang kasus Talangsari, Lampung. [jj/dbs/voa-islam.co]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kayaknya Munir
yang mati di pesawat Garuda ini jongosnya
Yahudi juga, bukan pejuang tegaknya ajaran al Quran, tapi nginjak al
Quran untuk free dom yang di dengungkan oleh
masarakat barat. Dia dihadirkan untuk
adu domba antara rakyat dan militer. Kalau bisa Indonesia ini kacau belau dan mudah di kendalikan oleh
asing dan aseng. Buktinya jelas, negara pendukung Munir adalah negara yang melanggar
HAM yaitu Amirika dan antek – anteknya dari kalangan kafirin yang bila kaum muslimin
di bantai, mereka gembira dan diam seribu bahasa. Tapi bila jongosnya atau kafirin yang di penggal, maka mereka berkoar
koar.
إِن يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ
أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُم بِالسُّوءِ
وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ
Jika mereka menang atas kamu, niscaya mereka bertindak sebagai
musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan
menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir.
Mumtahanah 2
Kematian kiyai
saja tidak boleh diperingati apalagi Munir Said
itu.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan