Oleh : Abu Husein At-Thuwailibi
Ada yang Inbox:
"Afwan mengganggu, saya sekedar menyampaikan bahwa saya membaca di akun facebook seorang Ustadz bermanhaj Salaf kok menjelek-jelekkan antum, ?? Mereka membantah antum, menjatuhkan kehormatan antum bahkan membuka-buka aib antum sebagai da'i yang saya sendiri kaget dan jadi bingung, mereka bilang antum bukan Salafi, antum orang 'nggak jelas', bermanhaj Takfiri, pendusta, tukang tipu, mulut berbisa, berbahaya, dan seterusnya, malah beliau-beliau bilang kalau antum itu adalah seorang intel atau syi'ah yang menyamar, dan seterusnya, dan yang terakhir antum di katakan sebagai penipu yang meminta-minta uang ummat atas nama Radio Hang, saran ana antum harus tanggapi dan klarifikasi. Bila tuduhan-tuduhan itu memang tidak benar sebaiknya antum bantah demi membela kehormatan antum dan menjaga maslahat dakwah, afwan, Jazakallaahu Khairan.... "
Hamba Jawab: Akhi Fillah, semoga Allah merahmati antum, hamba, dan semua kaum Mukminin.
Akhi, kalau Rasulullah saja di cela dan di hina, apalagi hamba, hamba hanya seorang yang dho'if lagi Faqir, penuh dosa dan hina, biarlah hamba di cela asal hamba tidak menjadi orang yang tercela dimata Allah Rabbul-'Alamin.
"Iya, tapi yang membongkar kedok antum, mengatakan antum pendusta, penipu, dan berbahaya, adalah orang-orang baik dan sholeh,bahkan Salafiyyun... "
Hamba Jawab: Akhi, Kalau seorang seperti Ustadz Firanda saja di cela, di hina, di hujat, bahkan di katakan 'Dajjal', 'pendusta', 'khabits', dst, apalagi hamba ,?? Dan yang mengatakan Ustad Firanda 'Dajjal', 'khabits', dan 'pendusta', itu Salafi loh, bahkan Ulama, Ulama Salafi dan orang Shalih, tinggal di Madinah, Ulama besar, jadi, kalau orang seperti Ustadz Firanda yang berilmu dan sholih saja di katakan 'Dajjal' dan 'Pendusta' apalagi hamba yang Faqir Ilmu dan Dho'if ini ???
Akhi, ketahuilah, Celaan dan hinaan itu bagian dari kebaikan yang tertunda, ketika tuduhan atas celaan itu tidak benar, biarlah hujan tetap turun asal matahari masih bersinar
Sehingga realita-realita semacam ini sudah wajar terjadi, jangankan saya, seorang Ahli Ilmu seperti Kyai Haji Mahrus Ali Ali saja di cela dan di hina, di fitnah ini dan itu hanya karena memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda pada satuan-satuan tertentu, fiqih, fatwa dan sebagainya, lah apalagi hamba, ?? Padahal Kyai Haji Mahrus Ali itu seorang 'Alim Robbani, pembela Tauhid dan Sunnah, pemberantas Syirik dan Bid'ah, mantan Kyai NU yang dahulunya penggemar Syirik,bid'ah dan seterusnya (walau tidak pernah teriak-teriak 'saya salafi'). Lah kalau orang semacam beliau saja di Hina dan di hujat, di caci maki dan di fitnah, apalagi hamba ??
Wajar bila Ustadz Dr.Nursanjaya Abdullah pernah curhat, beliau mengatakan, "sesama ummat islam saling asah lidah untuk memfitnah,bahkan saya sering melihat sifat kurang waras seperti ini di sebagian kalangan "Salafi". Mau dibawa kemana Islam yang rahmatan Lil-'Alamiin ini ?? Maasya' Allah... "
Ustadz Abu Nida mengatakan, "Emas itu tidak akan menjadi hitam meskipun dimasukkan ke dalam lumpur, namun besi akan tetap berkarat meski di letakkan di dasar laut".
Akhi, antum suruh hamba agar segera tanggapi dan MEMBELA DIRI ?? hehe...
Akhi, Istri Syaikh Al-Albani Rahimahullah pernah bercerita begini:
"Suatu hari Syaikh Al-Albani naik mobil, dan di mobil ada siaran radio dengan ceramah yang isinya menghujat syaikh Albani bahkan fitnah,namun tidak ada sedikitpun raut kebencian dan dendam dari beliau, mukanya biasa saja (tidak langsung membuat bantahan lalu disebarkan dll) karena beliau tidak pernah membela diri, tetapi membela agama Allah".
Ada lagi kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:
"Suatu saat orang yang suka memusuhi beliau (seorang muslim) yang sering mencela dan memfitnah beliau meninggal dunia, maka mulailah para muridnya berkomentar ini dan itu, tetapi ditahan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliaupun malah datang ke rumah orang yang sangat membenci dan musuhnya tersebut, beliau berta'ziyah,
beliau mendoakannya dan datang ke keluarga dan anak-anaknya kemudian berkata, "Anggaplah saya orang tua kalian, jika ada sesuatu katakan kepada saya".
[Selesai Kutipan]
Yaa Akhi, lihat, Inilah akhlaq Ulama, akhlaq Ulama yang sangat jauh dari kita, kita kebanyakan MEMBELA DIRI dan mempertahankan gengsi, sedangkan para ulama BUKAN MEMBELA DIRI, tetapi MEMBELA AGAMA ALLAH.
Sekali lagi saya ulang: para Ulama MEMBELA AGAMA ALLAH, BUKAN MEMBELA DIRI.
Ketika ada yang mencela, menghina, menyebarkan aib kita, kita langsung panas, emosi, sakit hati, langsung membantah dan langsung mengeluarkan pernyataan lalu disebarluaskan, ada yang komen nyeleneh langsung kita balas dengan komentar yang lebih keras lagi, tidak baik demikian yaa Akhi...
Biarkanlah mereka, semoga Allah mengampuni dosa-dosa hamba disebabkan celaan-celaan mereka.. Karena sejatinya,hamba memang penuh dosa lagi hina... Sehingga cukuplah Allah sebagai hakim antara kita.
Ada seorang Ustadz mengatakan begini kepada hamba:
"mereka melakukan pembunuhan karakter terhadap antum, ketika antum 'dibunuh' bukan berarti antum harus mati, tetapi masih bisa berjuang dan mempertahankan hidup".
"Iya, tapi mereka mengatakan antum dulunya begini, antum dulunya begitu, antum pernah begini, dan pernah begitu ??"
Hamba Jawab: Yaa Akhi, berilah kesempatan seseorang untuk berubah, karena seseorang yang memusuhi Islam bahkan hampir membunuh Rasulullah pun kini terbaring disebelah makam Rasulullah (yakni 'Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu)
Jangan melihat seseorang dari masa lalunya, karena seseorang yang masa lalunya buruk dan mati-matian memerangi Islam dan melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah (yakni Khalid bin Walid Radhiyallahu'anhu)
Jangan menghakimi dan menghukumi manusia selagi ia masih hidup dan belum meninggal dunia, karena Rasulullah pun di tegur oleh Allah saat menghukumi seorang pendosa yang ia menyetubuhi mayat karena nafusnya, lalu Nabi menyatakan bahwa dia terkutuk dan tidak diampuni oleh Allah, lalu Allah menegur Rasulullah.
Jangan menghukumi orang karena dosanya, sebab seorang pendosa dan ahli maksiat yang membunuh 100 nyawa pun di masukkan Allah ke dalam surga,sedangkan seorang Sholeh yang rajin mengumandangkan azan akhirnya Allah masukkan ke dalam neraka.
Akhi, bukankah Nabi bersabda, "Tangisan seorang pendosa itu LEBIH ALLAH CINTAI daripada Tasbihnya orang-orang Shalih".
Artinya, Tangisan dan rintihan seorang pendosa yang ia mengakui kesalahannya dan bertaubat dari masa lalunya, itu lebih Allah cintai daripada dzikirnya orang-orang Shalih (yakni para Wali).
Terakhir, bagi mereka yang mencela hamba, menghina dan menuduh hamba begini dan begitu, menggunjing hamba, menyebarkan aib dan menjatuhkan kehormatan hamba di tengah-tengah orang banyak, maka hamba katakan:
Terimakasih banyak atas tuduhan dan celaan mu wahai Saudaraku, karena tanpamu, hamba tak tau bagaimana caranya bersabar...
Ada yang Inbox:
"Afwan mengganggu, saya sekedar menyampaikan bahwa saya membaca di akun facebook seorang Ustadz bermanhaj Salaf kok menjelek-jelekkan antum, ?? Mereka membantah antum, menjatuhkan kehormatan antum bahkan membuka-buka aib antum sebagai da'i yang saya sendiri kaget dan jadi bingung, mereka bilang antum bukan Salafi, antum orang 'nggak jelas', bermanhaj Takfiri, pendusta, tukang tipu, mulut berbisa, berbahaya, dan seterusnya, malah beliau-beliau bilang kalau antum itu adalah seorang intel atau syi'ah yang menyamar, dan seterusnya, dan yang terakhir antum di katakan sebagai penipu yang meminta-minta uang ummat atas nama Radio Hang, saran ana antum harus tanggapi dan klarifikasi. Bila tuduhan-tuduhan itu memang tidak benar sebaiknya antum bantah demi membela kehormatan antum dan menjaga maslahat dakwah, afwan, Jazakallaahu Khairan.... "
Hamba Jawab: Akhi Fillah, semoga Allah merahmati antum, hamba, dan semua kaum Mukminin.
Akhi, kalau Rasulullah saja di cela dan di hina, apalagi hamba, hamba hanya seorang yang dho'if lagi Faqir, penuh dosa dan hina, biarlah hamba di cela asal hamba tidak menjadi orang yang tercela dimata Allah Rabbul-'Alamin.
"Iya, tapi yang membongkar kedok antum, mengatakan antum pendusta, penipu, dan berbahaya, adalah orang-orang baik dan sholeh,bahkan Salafiyyun... "
Hamba Jawab: Akhi, Kalau seorang seperti Ustadz Firanda saja di cela, di hina, di hujat, bahkan di katakan 'Dajjal', 'pendusta', 'khabits', dst, apalagi hamba ,?? Dan yang mengatakan Ustad Firanda 'Dajjal', 'khabits', dan 'pendusta', itu Salafi loh, bahkan Ulama, Ulama Salafi dan orang Shalih, tinggal di Madinah, Ulama besar, jadi, kalau orang seperti Ustadz Firanda yang berilmu dan sholih saja di katakan 'Dajjal' dan 'Pendusta' apalagi hamba yang Faqir Ilmu dan Dho'if ini ???
Akhi, ketahuilah, Celaan dan hinaan itu bagian dari kebaikan yang tertunda, ketika tuduhan atas celaan itu tidak benar, biarlah hujan tetap turun asal matahari masih bersinar
Sehingga realita-realita semacam ini sudah wajar terjadi, jangankan saya, seorang Ahli Ilmu seperti Kyai Haji Mahrus Ali Ali saja di cela dan di hina, di fitnah ini dan itu hanya karena memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda pada satuan-satuan tertentu, fiqih, fatwa dan sebagainya, lah apalagi hamba, ?? Padahal Kyai Haji Mahrus Ali itu seorang 'Alim Robbani, pembela Tauhid dan Sunnah, pemberantas Syirik dan Bid'ah, mantan Kyai NU yang dahulunya penggemar Syirik,bid'ah dan seterusnya (walau tidak pernah teriak-teriak 'saya salafi'). Lah kalau orang semacam beliau saja di Hina dan di hujat, di caci maki dan di fitnah, apalagi hamba ??
Wajar bila Ustadz Dr.Nursanjaya Abdullah pernah curhat, beliau mengatakan, "sesama ummat islam saling asah lidah untuk memfitnah,bahkan saya sering melihat sifat kurang waras seperti ini di sebagian kalangan "Salafi". Mau dibawa kemana Islam yang rahmatan Lil-'Alamiin ini ?? Maasya' Allah... "
Ustadz Abu Nida mengatakan, "Emas itu tidak akan menjadi hitam meskipun dimasukkan ke dalam lumpur, namun besi akan tetap berkarat meski di letakkan di dasar laut".
Akhi, antum suruh hamba agar segera tanggapi dan MEMBELA DIRI ?? hehe...
Akhi, Istri Syaikh Al-Albani Rahimahullah pernah bercerita begini:
"Suatu hari Syaikh Al-Albani naik mobil, dan di mobil ada siaran radio dengan ceramah yang isinya menghujat syaikh Albani bahkan fitnah,namun tidak ada sedikitpun raut kebencian dan dendam dari beliau, mukanya biasa saja (tidak langsung membuat bantahan lalu disebarkan dll) karena beliau tidak pernah membela diri, tetapi membela agama Allah".
Ada lagi kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:
"Suatu saat orang yang suka memusuhi beliau (seorang muslim) yang sering mencela dan memfitnah beliau meninggal dunia, maka mulailah para muridnya berkomentar ini dan itu, tetapi ditahan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliaupun malah datang ke rumah orang yang sangat membenci dan musuhnya tersebut, beliau berta'ziyah,
beliau mendoakannya dan datang ke keluarga dan anak-anaknya kemudian berkata, "Anggaplah saya orang tua kalian, jika ada sesuatu katakan kepada saya".
[Selesai Kutipan]
Yaa Akhi, lihat, Inilah akhlaq Ulama, akhlaq Ulama yang sangat jauh dari kita, kita kebanyakan MEMBELA DIRI dan mempertahankan gengsi, sedangkan para ulama BUKAN MEMBELA DIRI, tetapi MEMBELA AGAMA ALLAH.
Sekali lagi saya ulang: para Ulama MEMBELA AGAMA ALLAH, BUKAN MEMBELA DIRI.
Ketika ada yang mencela, menghina, menyebarkan aib kita, kita langsung panas, emosi, sakit hati, langsung membantah dan langsung mengeluarkan pernyataan lalu disebarluaskan, ada yang komen nyeleneh langsung kita balas dengan komentar yang lebih keras lagi, tidak baik demikian yaa Akhi...
Biarkanlah mereka, semoga Allah mengampuni dosa-dosa hamba disebabkan celaan-celaan mereka.. Karena sejatinya,hamba memang penuh dosa lagi hina... Sehingga cukuplah Allah sebagai hakim antara kita.
Ada seorang Ustadz mengatakan begini kepada hamba:
"mereka melakukan pembunuhan karakter terhadap antum, ketika antum 'dibunuh' bukan berarti antum harus mati, tetapi masih bisa berjuang dan mempertahankan hidup".
"Iya, tapi mereka mengatakan antum dulunya begini, antum dulunya begitu, antum pernah begini, dan pernah begitu ??"
Hamba Jawab: Yaa Akhi, berilah kesempatan seseorang untuk berubah, karena seseorang yang memusuhi Islam bahkan hampir membunuh Rasulullah pun kini terbaring disebelah makam Rasulullah (yakni 'Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu)
Jangan melihat seseorang dari masa lalunya, karena seseorang yang masa lalunya buruk dan mati-matian memerangi Islam dan melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah (yakni Khalid bin Walid Radhiyallahu'anhu)
Jangan menghakimi dan menghukumi manusia selagi ia masih hidup dan belum meninggal dunia, karena Rasulullah pun di tegur oleh Allah saat menghukumi seorang pendosa yang ia menyetubuhi mayat karena nafusnya, lalu Nabi menyatakan bahwa dia terkutuk dan tidak diampuni oleh Allah, lalu Allah menegur Rasulullah.
Jangan menghukumi orang karena dosanya, sebab seorang pendosa dan ahli maksiat yang membunuh 100 nyawa pun di masukkan Allah ke dalam surga,sedangkan seorang Sholeh yang rajin mengumandangkan azan akhirnya Allah masukkan ke dalam neraka.
Akhi, bukankah Nabi bersabda, "Tangisan seorang pendosa itu LEBIH ALLAH CINTAI daripada Tasbihnya orang-orang Shalih".
Artinya, Tangisan dan rintihan seorang pendosa yang ia mengakui kesalahannya dan bertaubat dari masa lalunya, itu lebih Allah cintai daripada dzikirnya orang-orang Shalih (yakni para Wali).
Terakhir, bagi mereka yang mencela hamba, menghina dan menuduh hamba begini dan begitu, menggunjing hamba, menyebarkan aib dan menjatuhkan kehormatan hamba di tengah-tengah orang banyak, maka hamba katakan:
Terimakasih banyak atas tuduhan dan celaan mu wahai Saudaraku, karena tanpamu, hamba tak tau bagaimana caranya bersabar...
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan