Kita berusaha
saling merendah dengan sesama muslim dan bersifat tegas terhadap orang - orang kafir. Jangan sampai sesama
muslim bersifat tegas lalu dengan non muslim sangat melunak. Tuntunan kita adalah
ayat:
مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوْهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُوْدِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka
ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” (Qs. Al Fat-h: 29).
Usahakan
diri kita ini merendah dalam
bergaul dengan sesama muslim yang mukmin
, singkirkan sifat sombong . Sesungguhnya rendah diri itu
akan mengangkat derajat seseorang
dan kesombongan akan menurunkannya. Ingatlah ayat ini:
واخفِضْ
جَنَاحَك لِمَن اتبعَكَ من المؤمنين
Bertawadhu`lah
kepada kaum mukminin yang ikut kepadamu .
Al hijr 88
Dalam
hadis di terangkan sbb :
وَإِنَّ
اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى
أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Sesungguhnya
Allah memberikan wahyu kepadaku agar
kamu bertawadhu` hingga seseorang di antaramu tidak congkak kepada yang lain dan tidak menganiayanya , Muslim 2865
Inilah
jawabanku ke 10 terhadap para
komentator di fbku
Kiyai Ahmad Rifai Alif
Jurusan Magister Pendidikan Agama Islam di Islamic
University of Jakarta menulis
2. Sebut satu saja hadits bahwa Nabi menggunakan kata Mikhlab utk Dajaajah…atau Mikhlabud dajaajah….
2. Sebut satu saja hadits bahwa Nabi menggunakan kata Mikhlab utk Dajaajah…atau Mikhlabud dajaajah….
Saya
jawab:
Saya tidak menjumpai hadis yang Rasulullah SAW menggunakan kalimat
mikhlabud dajajah. Dan kiyai juga tidak
menjumpai Rasulullah SAW menggunakan kalimat
dhufrud dajajah sehingga Ayam
bisa di halalkan.
Rasulullah SAW sudah
meninggal dunia dan tidak bisa di hidupkan ke dunia lagi. Kita
nanti akan ketemu beliau ketika di bangkitkan di akhirat. Sekarang
hadisnya sudah ada, qurannya juga masih
exis dan realitnya beliau dan sahabatnya tidak makan Ayam, lalu kita tiru saja.
Bila beliau memakannya mesti banyak sahabat yang memotong Ayam .
Kita ikuti saja hadis:
«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»
Artinya,“Sebaik-baik
manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa
berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari
(2652), Muslim (2533))
Kiyai Ahmad Rifai Alif
menulis lagi:
njenengan
jgn berasumsi bahwa jika Wikipedia atau google menggunakan kata
Mikhlabuddajaajah utk arti cakar ayam pada hari ini, lalu lantas bahwa nabi
juga menggunakannya juga pada waktu itu…
bahkan
Ibnu Qutaibah salah satu ulama’ salaf yang hidup lebih dekat kepada Nabi,
menggunakan kata Dhufur untuk dajaajah..bukan Mikhlab..ndak percaya? Cek disini
..renungkan dan pahami…
وأمَّا ذوات المَخالِب من
الطَّيْر فهي سباع الطير شُبّهَت بسباع الوَحْش لأنَّها تصطاد وتعقر وتجرح وتأكل
اللحم كالعُقَاب والبازي والصّقْر وربَّما كان من سباع الطير ما ليس له مِخْلب كالنّسْر لا
مِخْلب له إِنَّما ظُفْر كظفر
الدَّجاجة وكالغُراب والرَّخَمة
Saya jawab:
Itu kan pendapat, bukan dalil yang harus dipegangi. Ia boleh dilepaskan. Ia mungkin
benar dan mungkin salah. Buktinya Ibnu
Abdil bar tidak cocok dengannya. Lihat
beliau menulis dalam kitab tamhid sbb:
التمهيد لما في الموطأ من المعاني
والأسانيد - (ج 10 / ص 36)
فإذا هم بطائر أعظم من النسر أسود الظهر
أبيض البطن والرجلين فغرز مخالبه في قفا الحية
Tiba
– tiba mereka berjumpa dengan Burung
nasar yang lebih besar dari
Burung nasar – punggungnya hitam, perut dan kedua kakinya putih , lalu
menancapkan cengkeramnya di tengkuk ( bagian belakang kepala ) ular.
Tamhid 36/10.
Dalam kitab Fathul bari juga ada keterangan sbb:
فتح الباري لابن حجر - (ج 5 / ص 233)
فَبَعَثَ اللَّه طَيْرًا أَعْظَمَ مِنْ
النَّسْر فَغَرَزَ مَخَالِبه فِيهَا فَأَلْقَاهَا نَحْو أَجْيَاد
Lantas
Allah mengutus Burung yang lebih
besar dari Nasar , lalu menancapkan cengkeramnya
pada ular , lalu di buang ke Ajyad.
Fath al bari 233/5 .
Jadi
pengarang dua kitab itu ternyata menyatakan burung nasar masih di katakan punya mikhlab - cakar atau
cengkeram, bukan zhufr –
kuku sebagaimana yang anda katakan.
Pada hal
Burung nasar termasuk Burung yang
memiliki cakar untuk memangsa, masih di
katakan tidak punya mikhlab berarti boleh dimakan
menurut asumsi kiyai.
Kiyai Ahmad Rifai Alif
menulis lagi:
YAI MAHRUS BERKATA LAGI…
YAI MAHRUS BERKATA LAGI…
DR Abu
Lubabah At thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah di Emirat
menyatakan :
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ
Mengghukumi
perawi yang secara sendirian meriwayatkan tertolak , dikatakan mungkar , syadz
memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis . Ulumul hadis 12/1
Apa yang kiyai yakini sahih itu dilemahkan oleh kebanyakan ahli hadis yang dahulu karena tafarrud itu. Dan sudah dijelaskan kemarin yai.
KOMENTAR SAYA, ARRIFA’I
Jika njenengan sampai bilang, kebanyakan ahli hadits melemahkannya….siapa saja mereka yai…?
Apa yang kiyai yakini sahih itu dilemahkan oleh kebanyakan ahli hadis yang dahulu karena tafarrud itu. Dan sudah dijelaskan kemarin yai.
KOMENTAR SAYA, ARRIFA’I
Jika njenengan sampai bilang, kebanyakan ahli hadits melemahkannya….siapa saja mereka yai…?
Saya
jawab:
Oh ya.
Saya akan tunjukkan ahli hadis dulu yang melemahkan hadis tafarrud , syadz
bukan secara husus dengan menyebut hadis
Zahdam sbb: seperti Imam Malik lahir 93 H – wafat 179. Sulaiman al a`masy ,
lahir 61 H wafat 147 H. Ahmad bin Hambal 164 – 241 H Abu bakar al bardiji lahir 230 H. Abu Dawud 202 – 275 H . Al Hakim
lahir 321 H .
- كراهية المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون
رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك
رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه
الناس" 1،
Hukum
hanya seorang perawi yang meriwayatkan
hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu
tidak suka atau benci terhadap riwayat
gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci terhadap
terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh ) dan
hadis yang di riwayatkan oleh seorang
perawi , lalu di anggap
sebagai hadis yang terjelek
sebagaimana di katakan oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu terjelek
adalah yang gharib dan
ilmu yang terbaik adalah yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia.
( banyak ). 1
وقال
سليمان الأعمش: »كانوا يكرهون غريبَ الحديث«2،
Sulaiman al a`masy berkata : Mereka tidak suka
dengan hadis yang gharib 2.
بل إن الإمام أحمد بن حنبل جعل مصطلح الغريب
دليلا على الوهم، فقد نقل عنه محمد بن سهل بن عسكر أنه قال: « إذا سمعت أصحاب
الحديث يقولون: «هذا الحديث غريب» أو« فائدة» فاعلم أنه خطأ، أو دخل حديث في حديث،
أو خطأ من المحدث، أو ليس له إسناد، وإن كان قد رواه شعبة وسفيان»3.
Bahkan
imam Ahmad bin Hambal menjadikan istilah
gharib sebagai tanda kekeliruan.
Sungguh Muhammad bin Sahal bin
Askar mengutip dari Imam Ahmad bahwa
beliau menyatakan: Bila kamu mendengar ahli hadis berkata: Ini hadis gharib , atau faidah ,
ketahuilah ia adalah kekeliruan, atau hadis
masuk dalam hadis lain, atau kekeliruan dari ahli hadis
atau orang yang menceritakannya
atau ia tidak punya sanad sekalipun diriwayatkan oleh Sufyan atau
Syu`bah. 3
Abu bakar al bardiji berkata:
المنكرهو الذي يحدث به الرجل عن الصحابة ، أو عن التابعين ، عن الصحابة ، لايعرف ذلك
الحديث ـ متن الحديث ـ إلا من طريق
الذي رواه ، فيكون منكرا
Hadis munkar adalah hadis yang di sampaikan oleh seorang lelaki dari
sahabat atau dari tabi`in dari
sahabat. Hadis itu atau redaksinya tidak dikenal kecuali dari orang tsb , maka hadis itu adalah munkar.
(3) شرح
علل الترمذي (2/ 653ـ654) وانظر التعديل والتجريح للباجي (1/302)
Al Hakim
berkata:
فأما الشاذ فإنه الحديث يتفرد به ثقة من
الثقات وليس للحديث
أصل متابع لذلك الثقة
Adapun
hadis Syadz ( ganjil ) adalah hadis yang
diriwayatkan seorang perawi terpercaya
dari beberapa perawi terpercaya.
Dan hadis itu tidak memiliki asal yang mendukung kepada perawi
terpercaya itu.
معرفة علوم الحديث ص 119
Ma`rifat ulumil hadis.
Syaikh DR
Ibrahim bin Abdullah allahim dosen yang mengajar di Universitas Imam Muhammad bin Su`ud al
islamiyah - fak hadis menulis :
فهذه النصوص أقل ما يستفاد منها أن كبار
النقاد يتوقفون في بعض ما يتفرد به
الثقة ، وربما صرحوا برده ونكارته ، وعملهم بذلك يدل على ذلك أيضا ، فلا يحصى ما استنكره
النقاد مما يتفرد به الثقات
،
Kalimat –
kalimat ( nas ) itu bisa di ambil manfaatnya , paling tidak , sesungghnya tokoh
–tokoh kritikus hadis tawaqquf ( bimbang
) terhadap hadis yang seorang perawi
terpercaya meriwayatkan secara sendirian.
Terkadang mereka menjelaskan hadis itu tertolak dan munkar.
Perbuatan mereka menunjukkan hal itu . Tidak bisa di hitung apa yang di ingkari
oleh kritikus – kritikus hadis
terhadap hadis yang tafarrud itu . Lihat
di majalah al Hikmah edisi
24
Komentarku
( Mahrus ali ):
Jadi hadis Rasulullah SAW
makan Ayam adalah tertolak dan
munkar, perlu di ragukan. Tidak boleh
diterima, apalagi dibuat pedoman.
وقال أبو داود في وصف أحاديث السنن ( والأحاديث
التي وضعتها في كتاب
السنن أكثرها مشاهير وهي عند كل من كتب
شيئا من الحديث إلا أن تمييزها لا
يقدر عليه كل الناس والفخر بها أنها
مشاهير فإنه لا يحتج بحديث غريب ولو
كان من رواية مالك ويحيى بن سعيد والثقات
من أهل العلم .
ولو احتج رجل بحديث غريب وحديث من يطعن فيه ولا يحتج بالحديث الذي قد احتج به إذا كان الحديث غريباً شاذاً . فأما الحديث المشهور المتصل الصحيح فليس يقدر أن يرده عليك أحد )(2
ولو احتج رجل بحديث غريب وحديث من يطعن فيه ولا يحتج بالحديث الذي قد احتج به إذا كان الحديث غريباً شاذاً . فأما الحديث المشهور المتصل الصحيح فليس يقدر أن يرده عليك أحد )(2
2) رسالة
ابي داود إلى أهل مكة في وصف سننه ، ص 29
Abu
Dawud berkata dalam menggambarkan tentang hadis – hadis yang tercantum dalam
kitab sunannya. Dan hadis - hadis yang
telah saya cantumkan dalam kitab
sunan kebanyakan mashur. Ia ada
pada setiap orang yang menulis
sesuatu dari hadis, hanya saja
tidak semua orang mampu memilahnya. Dan yang membanggakan adalah sesungguhnya
hadis – hadisnya mashur . Sesungguhnya
hadis gharib ( nyeleneh ) tidak boleh di buat pegangan sekalipun dari
riwayat Malik, Yahya bin Sa`id , dan perawi – perawi terpercaya dari ahlul ilmi
Bila
ada orang yang berhujjah dengan hadis yang
gharib ( nyeleneh ) , dan hadis
perawi yang cacat . Dan tidak boleh
berpegangan kepada hadis yang di buat hujjah bila hadis itu gharib
yang syadz. Adapun hadis yang mashur bersambung sanadnya dan sahih, maka tiada orang yang mampu untuk menolak padamu.
Surat
Abu Dawud kepada penduduk Mekkah dalam
mensifati sunannya, hal 29.
Dalam
Syarah Abu Dawud karya
al aini 41/1 dijelaskan:
شرح أبي داود للعيني - (ج 1 / ص 41)
جاء بعد هذه الكلمة في " توجيه
النظر " : " وأما الحديث الغريب فإنه لا يحتج به ولوكان من رواية الثقات
من أئمة العلم "
Dalam " Taujihun nadhar " ada kalimat
setelah kalimat itu :
Adapun
hadis gharib ( nyeleneh) tidak boleh
dibuat pegangan sekalipun dari riwayat perawi – perawi terpercaya dari
kalangan imam – imam ilmu ( tokoh – tokoh
ulama ).
Dalam Syarah Abu Dawud karya al aini
42/1
شرح أبي داود للعيني - (ج 1 / ص 42)
قال إبراهيم النخعي (1) : كانوا يكرهون
الغريب من الحديث.
Ibrahim Al
nakha`I berkata: Mereka tidak suka hadis gharib.
Imam
Tirmidzi menyatakan:
وَلَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ زَهْدَمٍ
Dan
kami tidak mengetahui hadis tersebut (
tentang Rasulullah saw,
makan Ayam) kecuali dari Zahdam . Hadisnya nyeleneh. Abu Burdah berkata dari Abu Musa al asy ari
berkata : ……………………….. tanpa menyebut
“Dia melihat Rasulullah saw,
makan Ayam “. HR Muslim 1649 .
Lihat pula di Sahih Bukhori 4415,6623,6678,6718
Abu
bakar al bardiji berkata:
وقال أيضا ( إذا روى الثقة من طريق صحيح عن رجل من أصحاب
النبي صلى الله
عليه وسلم حديثا لا يصاب إلا عند الرجل
الواحد ـ لم يضره أن لا يرويه غيره ،
إذا كان متن الحديث معروفا ، ولا يكون منكرا ، ولا معلولا )(3)
Bila
seorang perawi terpercaya meriwayatkan
dari jalur sahih dari seorang lelaki
dari sahabat – sahabat Nabi SAW suatu hadis yang hanya diriwayatkan oleh
seorang lelaki , maka boleh dia sendirian meriwayatkannya asal
redaksi hadis terkenal dan tidak munkar atau cacat.
شرح علل الترمذي (2/ 653ـ654) ، وانظر
التعديل والتجريح للباجي (1/302)
DR Ibrahim
bin Abdillah allahim dosen di Universitasn Islam Muhammad bin Sa`ud
fakultas hadis:
وهذا المعنى المتقدم ـ وهو أن الثقة ومن
في حكمه قد يستنكر عليه
بعض ما يتفرد به ـ وهو المراد بقولهم في تعريف
الحديث الصحيح ، والحسن : ( ألا يكون شاذا ) فالشذوذ
هنا هو التفرد مع مع ترجيح خطأ الراوي
Makna yang dulu ini adalah seorang perawi terpercaya dan orang yang
dalam hukumnya terdakadng sebagian yang
di riwayatkan dengan sendirian bisa di
ingkari . Dan ituah maksud perkataan
mereka dalam mendivinisikan
hadis sahihdan hasan tidak boleh
Syadz.
Syadz
disini adalah tafarrud ( perawi yang
meriwayatkan secara sendirian ) dengan
asumsi kekeliruan prawi yang lebih
dominan ( Maksudnya banyak kemungkinan perawi
itu keliru ).
Kiyai Ahmad Rifai Alif
menulis :
Dari awal saya sudah sodorkan kitab sebagai bahan muthola’ah bareng yg berjudul attafarrud firriwaayah wa manhajul muhadditsiin fi qobuulih auw roddih..tapi njenengan tdk mau membacanya yai…..njenengan lebih suka membaca ta’shil wa tathbiiq..tafarruduts tsiqoh wa atsaruhu fishihah.
Dari awal saya sudah sodorkan kitab sebagai bahan muthola’ah bareng yg berjudul attafarrud firriwaayah wa manhajul muhadditsiin fi qobuulih auw roddih..tapi njenengan tdk mau membacanya yai…..njenengan lebih suka membaca ta’shil wa tathbiiq..tafarruduts tsiqoh wa atsaruhu fishihah.
Saya
jawab:
Seandainya
saya membaca kitab yang anda sodorkan itu yai, maka saya akan makan Telor, Ayam dan Burung
dara sampai mati sebagaimana njenengan
yai. Saya dalam hal tafarrud
ini suka memilih pendapat pakar hadis yang dulu
bukan pakar hadis belakangan.
Kiyai Ahmad Rifai Alif
menulis :
وَقَالَ الحافظ ابن حجر : (( وكم من ثقة تفرد بما لَمْ يشاركه فِيْهِ ثقة آخر ، وإذا كَانَ الثقة حافظاً لَمْ يضره الانفراد ))( فتح الباري 5/11) .
وَقَالَ الزيلعي ( : (( وانفراد الثقة بالحديث لا يضره )) نصب الراية في تخريج أحاديث الهداية
Ibnu Hajjar berkata: banyak rawi tsiqoh yang menyendiri dalam meriwayatkan hadits tidak bersama-sama dengan rawi tsiqoh lainnya, jika rawi tersebut tsiqoh lagi hafidz maka tafarrudnya tdk berbahaya (fathul bari juz 5/11)
Saya
jawab:
Saya
katakan itulah pendapat Ibnu Hajar 773 H – 852 . Dan Imam Zaila`I 762 H. Pendapat keduanya beda sekali dengan pendapat ulama ahli hadis yang
dulu , tiada mirip di dalam nya .
Bila kita mengambil pendapat kedua
ulama tsb, maka kita
harus meninggalkan pendapat ahli
hadis yang dulu. Saya senang mengambil pendapat ahli hadis yang dulu yang menolak hadis yang
tafarrud seperti hadis Rasulullah
SAW makan Ayam itu.
Dan hadis Rasulullah
SAW makan Ayam itu, cacatnya banyak bukan sekedar tafarrud , tapi syadz. Dan
realitanya di kalangan tabiin tiada yang
tahu hadis itu kecuali Zahdam. Apalagi
Zahdam sendiri bukan penduduk
Medinah tapi Basrah
ولهذا نقول إنه ينبغي
لطالب العلم أن ينظر أن من قرائن الإعلال والرد للأحاديث، في تفردات الكوفيين
والعراقيين على وجه العموم،
مجلة البحوث الإسلامية
مجلة البحوث الإسلامية
Karena
ini, kami katakan: Layak sekali bagi thalib ilm untuk melihat bahwa sebagian
tanda cacat dan tertolaknya beberapa hadis adalah tafarrudnya perawi Kufah dan
Irak secara umum ( seperti Zahdam – orang Basrah ).
Majalah buhus Islamiyah.
Majalah buhus Islamiyah.
Kiyai Ahmad Rifai Alif
menulis :
Okelah..bahwa kalangan Mutaqoddimin memang membenci untuk meriwayatkan hadits secara ghorib, bahkan menganggapnya itu sebagai cacat, namun yang mereka tolak bukan pada tataran rowi pada thobaqoh awwal seperti sahabat dan tabiin..
Okelah..bahwa kalangan Mutaqoddimin memang membenci untuk meriwayatkan hadits secara ghorib, bahkan menganggapnya itu sebagai cacat, namun yang mereka tolak bukan pada tataran rowi pada thobaqoh awwal seperti sahabat dan tabiin..
الأول : تفرد في الطبقات المتقدمة
كطبقة الصَّحَابَة ، وطبقة كبار التَّابِعِيْنَ ، وهذا التفرد مقبول إذا كَانَ راويه ثقة
كطبقة الصَّحَابَة ، وطبقة كبار التَّابِعِيْنَ ، وهذا التفرد مقبول إذا كَانَ راويه ثقة
Tafarrud pada thobaqoh muqoddimah, seperti thobaqoh shahabat dan thobaqoh kibaarut taabiin, maka tafarrud ini di terima tetkala rawinya tsiqqoh.
Saya
jawab:
Itu pendapat
boleh benar , boleh tidak. Beda dengan pendapat sbb:
Abu bakar al bardiji berkata:
المنكرهو الذي يحدث به الرجل عن الصحابة ، أو عن التابعين ، عن الصحابة ، لايعرف ذلك
الحديث ـ متن الحديث ـ إلا من طريق
الذي رواه ، فيكون منكرا
Hadis munkar adalah hadis yang di sampaikan oleh seorang lelaki dari
sahabat atau dari tabi`in dari
sahabat. Hadis itu atau redaksinya tidak dikenal kecuali dari orang tsb , maka hadis itu adalah munkar.
(3) شرح
علل الترمذي (2/ 653ـ654) وانظر التعديل والتجريح للباجي (1/302)
Dalam
Syarah Abu Dawud karya
al aini 41/1 dijelaskan:
شرح أبي داود للعيني - (ج 1 / ص 41)
جاء بعد هذه الكلمة في " توجيه
النظر " : " وأما الحديث الغريب فإنه لا يحتج به ولوكان من رواية الثقات
من أئمة العلم "
Dalam " Taujihun nadhar " ada kalimat
setelah kalimat itu :
Adapun
hadis gharib ( nyeleneh) tidak boleh
dibuat pegangan sekalipun dari riwayat perawi – perawi terpercaya dari kalangan
imam – imam ilmu ( tokoh – tokoh ulama ).
Sebetulnya
masalahnya sangat sederhana. Kalau para
sahabat dan istri – istri Rasulullah
SAW tidak pernah memotong Ayam atau Burung
, maka kita ikut mereka lebih selamat
dari pada kita memakannya dengan
dalil Zahdam yang masih dipertentangkan
atau kalimat mikhlab dipelintir artinya.
Masih banyak daging yang di halalkan
seperti daging Sapi, kambing Unta
dan ikan. Saya hawatir termasuk ayat
ini:
وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي اْلإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat
buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Al Maidah 62
Mayoritas Yahudi melakukan
hal itu dan amat jeleklah perbuatan mereka, sekarang mayoritas umat Islam juga terjangkit penyakit seperti
itu kecuali orang yang dijaga oleh Allah dengan mengikuti sariatnya dan
sedikitlah mereka. Saya ingat ayat:
قَالَ
أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا
Dia
(iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau
muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai
hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali
sebahagian kecil". Al Isra` 62
Sekian dahulu, jawaban saya. Untuk yang lain masih
menyusul dan akan saya jawab dengan urut
insya Allah wallahul mustaan.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan