Kata pengantar:
Kadang kebenaran di salahkan,
didustakan dan kesalahan di benarkan lalu didukung.
Saya ingat ayat ini:
فَقَدْ كَذَّبُوا
بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ ۖ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Sesungguhnya mereka telah
mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan
sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.
Al an`am 5
Yai Mahrus berkata :
Hadis sahih tersebut di
dukung dengan hadis sbb :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَيْتَامٍ وَرِثُوا خَمْرًا قَالَ أَهْرِقْهَا قَالَ أَفَلَا أَجْعَلُهَا خَلًّا قَالَ لَا *
Dari
Anas bin Malik , sesungguhnya Abu Tholhah ( ayah tiri Anas ra ) bertanya kepada
Nabi S.A.W. tentang yatim – yatim yang punya warisan khamar “.
Rasulullah
S.A.W. menjawab : “Tumpahkan “.
Abu
Tholhah bertanya :” Apakah tidak kita bikin cuka ? “.
Rasulullah
S.A.W. bersabda :” Tidak boleh “.9( sahih )
Komentar
saya, Abi Azka
Hadits ini juga merupakan
larangan membuat cuka dari khomr dengan sengaja. Tidak berbicara mutlaknya ke
haraman cuka sebagaimana yang njenengan pahami yai…dan penjelasannya sama
dengan hadits Anas sebelumnya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi hadis larangan membuat
khamar dari cuka itu tidak mutlak , masih
di takhsis ( bukan secara umum
tapi ada yang di kecualikan ) yaitu khamar
yang menjadi cuka dengan sendirinya. Ini yang halal menurut pak yai Abi Azka.
Tapi haram menurut keputusan majlis ulama Saudi, Ibn Taimiyah dan Ibn Utsaimin.
Ada lagi larangan Nabi
membikin cuka dari khamar adalah umum, tidak boleh di hususkan kecuali oleh
Nabi sendiri, bukan ulama yang mentahsis, bukan ulama yang mengecualikan . Ini
termasuk ceroboh sekali, hadis umum di kecualikan oleh pendapat manusia.
Nanti akhirnya ada hadis untuk masalah
husus diumumkan oleh manusia.
Jadi Rasulullah SAW melarang
khamar dibuat cuka. Sudah , jangan di
tambah atau dikurangi. …….., apalagi kecuali khamar yang menjadi cuka dengan
sendirinya tanpa campur tangan manusia.
Rasulullah SAW memerintah agar khamar
ditumpahkan, lalu mengapa disimpan untuk dibuat cuka. Ini jelas melanggar perintah, bukan patuh kepada Rasul. Sudah
jelas, Rasulullah SAW melarang membuat cuka
dari khamar, lalu mengapa dilanggar dan dikatakan halal cuka dari khamar. Kita ikut saja hadis
larangan membuat cuka dari khamar itu lebih baik dari pada melanggarnya.
Ingatlah ayat:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan kami tidak mengutus seseorang
Rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Nisa` 64.
Dan secara realita, para sahabat tiada yang
menyimpan khamar untuk dibuat cuka apalagi jual beli cuka. Bila cuka halal
dimasa sahabat, mesti cuka di jual belikan di pasar mereka sebagaimana kambing dan Unta. Kita
ikut saja mereka:
عَنْ
عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ
عِمْرَانُ فَلَا أَدْرِي أَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ
قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ
وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ *
Diriwayatkan dari Imran bin Husain r.a
katanya: Rasulullah S.A.W. bersabda: Sesungguhnya yang terbaik dari
kalangan kamu ialah sezaman denganku, kemudian orang yang hidup setelah
zamanku, setelah itu orang yang hidup setelah mereka. Imran berkata: Aku tidak
mengetahui apakah Rasulullah S.A.W. menyebut selepas kurunnya sebanyak dua atau
tiga kali. Selepas itu datang satu kaum yang bersaksi tanpa diminta dan berkhianat , tidak bisa dipercayai, yang
suka bernazar tetapi tidak melaksanakannya dan banyak yang gemuk Muttafaq alaih , Bukhori
2457
Anda menulis :
Yai Mahrus berkata lagi :….
Imam Tirmizi membikin bab
sbb:
بَاب
النَّهْيِ أَنْ يُتَّخَذَ الْخَمْرُ خَلًّا
*
Bab larangan membikin cuka
dari khamar 10
KOMENTAR
SAYA, ABI AZKA
Ini penjelasannya…..dlm
Tuhfatul ahwadzi
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ السُّدِّيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادٍ عَنْ
أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ
سُئِلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُتَّخَذُ الْخَمْرُ خَلًّا قَالَ
لَا
قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
1215 – قَوْلُهُ : ( قَالَ لَا )
قَالَ
النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ : هَذَا دَلِيلُ الشَّافِعِيِّ وَالْجُمْهُورِ
؛ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَخْلِيلُ الْخَمْرِ وَلَا تَطْهُرُ
بِالتَّخْلِيلِ
، هَذَا إِذَا خَلَّلَهَا بِخُبْزٍ أَوْ بَصَلٍ أَوْ غَيْرِ
ذَلِكَ
مِمَّا يُلْقَى فِيهَا فَهِيَ بَاقِيَةٌ عَلَى نَجَاسَتِهَا ، وَيَنْجُسُ
مَا أُلْقِيَ فِيهَا . هُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَالْجُمْهُورِ
، وَقَالَ الْأَوْزَاعِيُّ وَاللَّيْثُ وَأَبُو حَنِيفَةَ
: تَطْهُرُ
. وَعَنْ مَالِكٍ ثَلَاثُ رِوَايَاتٍ أَصَحُّهَا : أَنَّ
التَّخْلِيلَ
حَرَامٌ فَلَوْ خَلَّلَهَا عَصَى وَطَهُرَتْ . وَالثَّانِيَةُ حَرَامٌ
وَلَا تَطْهُرُ . وَالثَّالِثَةُ حَلَالٌ وَتَطْهُرُ
. وَأَجْمَعُوا
أَنَّهَا إِذَا اِنْتَقَلَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا طَهُرَتْ
وَقَدْ
يُحْكَى عَنْ سَحْنُونٍ الْمَالِكِيِّ أَنَّهَا لَا تَطْهُرُ فَإِنْ صَحَّ
عَنْهُ فَهُوَ مَحْجُوجٌ بِإِجْمَاعِ مَنْ قَبْلَهُ اِنْتَهَى . Tuhfatul Ahwadzi juz 3/408
Uraian dan penjelasan Al
Mubarokfuriy ini sama dengan syarah Nawawiy di atas, karena memang beliau
menukil dari pendapat imam Nawawi.
Intinya adalah membuat cuka
dari khomr (dengan sengaja) itu haram, adapun khomr yang berubah menjadi cuka
dengan sendirinya (tanpa unsure kesengajaan atau rekayasa kimia) maka itu suci
dan halal dimakan sebagaimana hadits Jabir di atas.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya tampilkan keterangan
dalam kitab yang sama bukan kitab yang beda sbb:
تحفة
الأحوذي - (ج 3 / ص 369)
قَالَ
الْخَطَّابِيُّ فِي الْمَعَالِمِ : تَحْتَ حَدِيثِ أَنَسٍ فِي هَذَا بَيَانٌ
وَاضِحٌ أَنَّ مُعَالَجَةَ الْخَمْرِ حَتَّى تَصِيرَ خَلًّا غَيْرُ جَائِزٍ .
وَلَوْ كَانَ إِلَى ذَلِكَ سَبِيلٌ لَكَانَ مَالُ الْيَتِيمِ أَوْلَى الْأَمْوَالِ
بِهِ لِمَا يَجِبُ مِنْ حِفْظِهِ وَتَثْمِيرِهِ وَالْحَيْطَةِ عَلَيْهِ ، وَقَدْ
كَانَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ إِضَاعَةِ
الْمَالِ ، فَعُلِمَ أَنَّ مُعَالَجَتَهُ لَا تُطَهِّرُهُ وَلَا تَرُدُّهُ إِلَى
الْمَالِيَّةِ بِحَالٍ . اِنْتَهَى
Al khatthabi dalam kitab al
ma`alim berkata: Dibawah hadis Anas disini ada keterangan yang jelas, bahwa
mengolah khamar menjadi cuka tidak boleh ( haram). Bila hal itu boleh, maka
harta anak yatim merupakan harta paling layak
untuk dijadikan cuka. Sebab ia
harus di jaga, di kembangkan dan di
pelihara. Sungguh Rasulullah SAW telah melarang menyiakan harta. Sudah
maklum bahwa mengolah khamar menjadi
cuka itu tidak bisa membikinnya suci dan
tidak bisa di kembalikan menjadi harta dengan cara apapun…………., selesai.
Tuhafatul ahwadzi 369/3
تحفة
الأحوذي - (ج 3 / ص 369)
قُلْتُ
: وَالْحَقُّ أَنَّ تَخْلِيلَ الْخَمْرِ لَيْسَ بِجَائِزٍ لِحَدِيثِ الْبَابِ ،
وَلِحَدِيثِ أَنَسٍ الْمَذْكُورِ ، وَمَنْ قَالَ بِالْجَوَازِ فَلَيْسَ لَهُ
دَلِيلٌ .
Aku ( Syaukani ) berkata:
Yang benar adalah membikin khamar menjadi cuka adalah dilarang karena ada hadis dalam bab ini dan karena ada hadis Anas tsb. Barang siapa yang memperbolehkan,
harus mendatangkan dalil. Tuhfatul
ahwadzi 369/3.
Anda menyatakan:
Intinya adalah membuat cuka
dari khomr (dengan sengaja) itu haram, adapun khomr yang berubah menjadi cuka
dengan sendirinya (tanpa unsure kesengajaan atau rekayasa kimia) maka itu suci
dan halal dimakan sebagaimana hadits Jabir di atas.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pernyataan tersebut akal –
akalan belaka, tanpa didukung dalil. Ia didukung ajaran madzhab belaka, bukan
ajaran para sahabat atau yang berdasarkan dalil. Sedang hadis Jabir sudah
diterangkan dalam jawaban saya
kemarin adalah lemah karena redaksinya
bertentangan antara satu riwayat dan beberapa riwayat yang lain.
Bila membuat cuka dari khamar
boleh, tidak diharamkan. Maka mengapa para
sahabat tidak ada yang menyimpan khamar lalu dijadikan cuka, lalu dijual
di pasar untuk makanan mereka. Karena para sahabat tidak makan cuka, maka home
indusri cuka dikalangan mereka tidak ada.
Anda menyatakan:
Yai Mahrus berkata lagi :
Muhammad bin Mukrim bin
Mandhur al ifriqi Al masri , lahir 630 H – wafat 711 berkata :
الـخَـلُّ: مَعْرُوْفٌ؛ قَالَ ابْنُ سَيِّدَه: الـخَـلُّ مَا حَمُضَ مِنْ عَصِيْرِ اْلعِنَبِ وَغَيْرِهِ؛ قَالَ ابْنُ دُرَيْدٍ: هُوَ عَرَبـِيُّ صَحِيْحٌ. ؛
Cuka sudah populer .Ibnu
sayyidih berkata : Cuka adalah Minuman peresan anggur atau lainnya yang sudah
masam .Ibnu Duraid berkata : Al khol ( الخَلْ ) adalah bahasa arab yang benar .
KOMENTAR
SAYA, ABI AZKA
الخل ) ما حمض من عصير العنب وغيره
Terjemahan
yang bener : cuka adalah perasan anggur
atau lainnya yg telah asam (min disitu memiliki faedah tabyiin) .Mu’jam washith
1/253
Komentarku ( Mahrus ali ):
Huruf min itu tidak hanya
punya faidah tabyin saja, tapi ia punya
faidah tab`idh. Saya ingat di nadhaman alfiyah ibnu Malik – nadhaman
Nahwu seribu bait dan saya pernah hapal ketika
belajar di pondok pesantren sbb:
شرح
ابن عقيل - (ج 2 / ص 15)
بَعِّضْ
وَبَيِّنْ وَابْتَدِئ فِي الاَمْكِنَه * بِمِنْ، وَقَدْ تَأْتِى لِبَدْءِ اْلاَزْمِنَة
Huruf min itu punya
arti Tab`idh , tabyin dan Ibtida`
untuk tempat , kadang ibtida`
untuk zaman.
( Keterangan hal itu lebih
detil di ilmu nahwu dan disini saya tidak sempat menjelaskannya dengan detil. ).
الـخَـلُّ
مَا حَمُضَ مِنْ
عَصِيْرِ اْلعِنَبِ وَغَيْرِهِ
Cuka adalah Minuman perasan
anggur atau lainnya yang sudah masam
Jadi terjemahan itu sudah
benar, tidak salah, tidak usah disalah- salahkan, tapi benarkan.
Kembali ke masalah Ayam
Omm Aid
menulis:
خالف تعرف!! لا احد من سلفنا يحرم
الدجاجة. لو كان كذالك لكانوا اقدم بالفتوى. عجييييييب.. هذا جاهل يريد اعترافا.
فما هذا الا يحقق قول العرب: خالف تعرف!!
Komentarku
( Mahrus ali ):
Bila
tiada ulama dulu yang mengharamkan Ayam , ber arti Ayam itu halal. Mengapa
tiada dikalangan para sahabat yang menjual belikan Ayam untuk dimakan. Bahkan
mereka tidak pernah memotongnya untuk kosumsi makanan. Ikuti saja para sahabat
dan jangan ikut orang sekarang. Jangan sampai menyelisihi mereka agar
cocok dengan budaya makanan orang
sekarang.
Perkataan
seperti itu persis dengan
sinyalemen orang – orang kafir ketika
menolak kebenaran :
وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا
الْأَوَّلِينَ
Dan
kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami
dahulu". Al qashas 36.
Bila
anda menyatakan : Seandainya Ayam itu
haram mesti mereka lebih dulu berfatwa
seperti itu.
Saya
jawab:
Perkataan
seperti itu persis dengan perkataan
orang kafir ketika menolak kebenaran
sbb:
وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا
إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
Dan
orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau
sekiranya dia (Al Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada
mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk
dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama". Al
Ahqof 11
Tentang
salat di tanah langsung tanpa keramik dan sajadah mengapa anda tidak melakukannya, malah anda
menjalankannya di sajadah sampai mati.
Dan tidak pernah menjalankan salat di tanah langsung sebagaimana Rasulullah SAW
dan para sahabatnya yang tidak
pernah menjalankan salat wajib di
sajadah.
Perkataan : "
Seandainya Ayam itu haram mesti
mereka lebih dulu berfatwa seperti itu
".
Saya jawab:
Jangan
berkata seperti itu, tapi tunjukkan dalil – dalil yang menghalalkan Ayam lalu
didiskusikan, lalu bagaimana dengan hadis pelarangan hewan yang bercakar.
Anda
menyatakan lagi:
.. هذا جاهل يريد اعترافا. فما هذا الا يحقق
قول العرب: خالف تعرف!!
Artinya:
Ini orang bodoh yang ingin pengakuan.
Ini hanya merealisasi perkataan bangsa
arab : Berbedalah kamu akan terkenal.
Saya
( Mahrus ali ) menjawab
Saya ini tidak butuh terkenal, saya sekalipun menyelinap dikamar,
tapi buku – buku saya sudah beredar sejak tahun
1990 M di seluruh Nusantara. Sekalipun tanpa masalah Ayam ini sudah
banyak kalangan yang tahu saya. Buktinya undangan pengajian saya sudah sampai Jakarta, Jogja, Bali , Bengkulu,
Jawa tengah dan kota – kota Jawa timur.
Sudah
kesiangan orang bilang : "Ini orang
bodoh ingin terkenal".
Saya
jawab juga:
Dan anda
juga bukan orang yang pandai ,
mungkin anda orang bodoh yang trselinap. Buktinya anda tidak mengeluarkan jawaban yang ilmiyah, tapi
hanya kalimat yang menunjukkan kebodohan anda.
Pelecehan
anda ini mengingatkan saya kepada penghinaan kafirin kepada Nabi Nuh yang
menyampaikan kebenaran:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ
الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ
فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ(27)
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin
yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai)
seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas
percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun
atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
Hud 27
Abu Muhammad
yang tinggal di Selong,
Nusa Tenggara Barat, Indonesiamenulis :
Ini majnun, jk Umar
radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa salah. Jadi ini
sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
. Atsar
Umar Bin Khattab
قَالَ عُمَرُ : ضَبٌّ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ دَجَاجَةٍ
Berkata Umar : “ Sungguh Dhabb lebih Aku sukai dari pada ayam”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya 8/84
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
Al
bani pernah menulis sbb:
وروى ابن أبى شيبة
فى " المصنف
": (8 / 272) , وابن جرير فى " تهذيب الآثار ": (1 / 171 , مسند عمر) من طريق وكيع عن شعبة عن
قتادة عن سعيد بن المسيب قال: قال عمر: " لضب أحب إلى من دجاجة ".
ورواه ابن جرير أيضا من طريقين أخريين عن شعبة به نحوه , وهذا إسناده رجاله ثقات أثبات معروفون , إلا أن سعيد بن المسيب اختلف فى سماعه من عمر , ومراسيله مقبولة عند جمع من أهل العلم , وقتادة مدلس وقد ضعف أحاديثه عن سعيد: ابن المدينى قال إسماعيل القاضى فى " أحكام القرآن ": (سمعت على بن المدينى يضعف أحاديث قتادة عن سعيد بن المسيب تضعيفا شديدا , وقال: أحسب أن أكثرها بين قتادة وسعيد فيها رجال) انتهى نقله من " التهذيب"
ورواه ابن جرير أيضا من طريقين أخريين عن شعبة به نحوه , وهذا إسناده رجاله ثقات أثبات معروفون , إلا أن سعيد بن المسيب اختلف فى سماعه من عمر , ومراسيله مقبولة عند جمع من أهل العلم , وقتادة مدلس وقد ضعف أحاديثه عن سعيد: ابن المدينى قال إسماعيل القاضى فى " أحكام القرآن ": (سمعت على بن المدينى يضعف أحاديث قتادة عن سعيد بن المسيب تضعيفا شديدا , وقال: أحسب أن أكثرها بين قتادة وسعيد فيها رجال) انتهى نقله من " التهذيب"
Ibnu
Abi Syaibah meriwayatkan dalam kitab al Mushannaf 272/8 dan Ibn Jarir dalam kitab " Tahdzib al atsar "
171/1 Musnad Umar dari jalaur Waki` dari Syu`bah dari Qatadah
dari Said bin al Musayyab berkata: Umar berkata: Biawak lebih aku sukai dari
pada Ayam"
Ia diriwayatkan oleh Ibnu jarir juga dari dua jalur yang lain
dari Syu`bah seperti atsar itu. Dan ini sanadnya , perawi – perawinya
adalah terkenal terpercaya lagi hapalannya kuat. Hanya saja Said bin Al Musayyab masih hilap tentang
mendengarnya dari Umar. Atsar atau hadis
yang mursal riwayat beliau masih bisa diterima dikalanga segolongan ahlil ilmi.
Qatadah
adalah Mudallis . Dan sungguh telah dilemahkan oleh Ibn al madini hadis – hadisnya yang dari Sa`id bin al
Musayyab.
Ismail
al qadhi berkata dalam " Ahkamul quran " : Aku mendengar Ali bin Al Madini sangat melemahkan hadis – hadis Qatadah dari Said bin Al Musayyab . Beliau berkata:
Aku mengira kebanyakannya antara Qatadah dan Said terdapat beberapa perawi
…………….. selesai kutipannya dari kitab
Tahdzib. Irwa`ul ghalil 2753 .
Atsar
sahabat itu tidak bisa di buat landasan hukum, Umar
sendiri juga kadang keliru, juga kadang benar. Makanya
beliau pernah di tegor oleh seorang
perempuan ketika membatasi mahar untuk wanita. Ingatlah perkataan Imam Syafii
sbb:
أَجْمَعَ
الْمُسْلِمُونَ عَلىَ أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللهِ لَمْ
يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ
“Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas
baginya sebuah sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
tak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat siapa
pun.” [1]
I’lamul Muwaqi’in, 2: 282.
Anda
menyatakan:
Ini
majnun, jk Umar radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa
salah. Jadi ini sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah
Saya (
Mahrus ali ) menjawab:
Saya yang
benar anda katakan majnun dan anda yang
tidak tahu kebenaran, dan tahunya hanya kesalahan yang di anggap kebenaran di anggap waras. Saya ingat seorang Rasul
yang di katakan majnun oleh masarakatnya sbb:
أَمْ
يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ
كَارِهُونَ
Atau
(apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit
gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan
kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. Almukminun 70
وَإِنْ
تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ
يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخَْرُصُون
Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu
dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan
mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).[1]
Ayatnya jelas dan tidak perlu di takwil lagi atau pengertiannya di
arahkan sesuai dengan kepentingan golongan , states , keuangan atau mencari
pendukung sebanyak banyaknya .
Anda menyatakan:
jk
Umar radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa salah. Jadi
ini sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
Atsar Umar yang menyatakan " Biawak lebih aku senangi dari pada
ayam " telah dilemahkan oleh al
bani sendiri, bukan ulama lain atau
saya.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan