Kata pengantar:
Kesesatan ahli bid`ah, karena
mereka menganggap bahwa ajaran yang diterima dari gurunya atau dari golongannya
paling benar, final – tidak boleh dirobah sampai kapanpun dan dimanapun. Ingatlah
ayat ini:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ
رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ
بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka
tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan
membawa keterangan-keterangan yang jelas, mereka merasa senang dengan
pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang
selalu mereka perolok-olokkan itu. Ghafir 83.
Mereka
itu bangga dengan ajaran yang ada pada mereka, menghina ajaran Rasul yang
datang kepada mereka. Mereka merasa ajarannya
sudah final, sehingga tidak mau dirobah dengan ajaran Allah yang di bawa
oleh para Rasul itu sendiri. Akhirnya
mereka sesat dan menyesatkan.
Orang – orang yang komitmen kepada dalil mengakui bahwa
selama ada dalil yang kuat, maka mereka mau merobah ajarannya yang dalilnya
rapuh untuk tunduk pada dalil yang lebih kuat.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ
وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلَالًا مُبِينًا(36)
Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.al ahzab
Karena itu, ikutilah dalil dan buanglah ajaran tanpa dalil, jangan di ambil lagi, anda akan selalu di jalan yang lurus – jalan para
nabi, orang – orang yang komitmen kepada ajaran Allah dan orang – orang yang mati syahid di jalan
Allah bukan jalan orang yang ingin hidup
di jalan setan.
Inilah jawabanku ke 14 terhadap para komentator di fbku.
اختار
الشيخ ابن عثيمين رحمه الله أنه : إن خلل الخمر من يعتقد حلها كأهل الذمة
، أو خللها من يرى جواز تخليلها من المسلمين فحينئذ تصير خلا يباح استعماله .
قال رحمه الله :
" المشهور من المذهب : أنها إِذا خُلِّلَتْ لا تطهُر ، ولو زالت شدَّتُها المسكرة ... لأن زوال الإِسكار كان بفعل شيء محرَّم ، فلم يترتَّب عليه أثره .
http://majles.alukah.net/t113976قال رحمه الله :
" المشهور من المذهب : أنها إِذا خُلِّلَتْ لا تطهُر ، ولو زالت شدَّتُها المسكرة ... لأن زوال الإِسكار كان بفعل شيء محرَّم ، فلم يترتَّب عليه أثره .
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memilih: Bila khamar menjadi cuka karena olah orang yang punya keyakinan halal padanya seperti ahlud dzimmah ( kafir dzimmi yang hidup dinegara Islam ) atau dibikin cuka oleh orang yang berpandangan boleh menjadikan cuka dari khamar dari kalangan kaum muslimin . Maka khamar tsb menjadi cuka yang boleh dipakai.
Beliau juga berkata: Yang populer dalam madzhab ( Hambali ) bahwa khamar bila dibuat cuka tidak bisa suci sekalipun unsur memabukkannya telah lenyap. Sebab pemabuknya telah lenyap karena pengaruh sesuatu yang haram. Jadi tidak bisa berpengaruh padanya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memilih: Bila khamar menjadi cuka karena olah orang yang punya keyakinan halal padanya seperti ahlud dzimmah ( kafir dzimmi yang hidup dinegara Islam ) atau di bikin cuka oleh orang yang berpandangan boleh menjadikan cuka khamar dari kalangan kaum muslimin . Maka khamar tsb menjadi cuka yang boleh dipakai.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Suatu yang aneh, bukan populer lagi. Bila khamar di olah oleh non muslim, lalu menjadi cuka, maka boleh di makan oleh orang muslim yang shalih. Pada hal saya ini ketika mendatangi undangan pengajian oleh Muhammadiyah di Bali di masjid Baitul ma`mur di Monang maning, di masjid Tuban di Bali dekat dengan Bandara Ngurah rai. Di sana saya tidak berani makan sesuatu yang di olah oleh rumah makan orang – orang Bali yang hindu itu. Sebab, mereka tidak mengerti masalah najis dan masalah kesucian, keharaman dan kehalalan.
Lalu saya berkunjung ke masjid Salafy di Bali yang kata takmirnya mau mengundang saya. Salah satu anggota takmirnya ikut mendengarkan pengajian saya dan rupanya antusias sekali. lalu saya di suguhi makanan nasi bungkusan yang ikannya Ayam. Saya tidak berani memakannya sekalipun pemasaknya muslim. Naudzu billah saya makan Ayam disana dan tidak mau memakannya disini.
Pembuatan khamar untuk cuka ini bertentangan dengan hadis yang menyuruh membuang khamar, agar tidak di jadikan cuka riwayat Muslim yang lalu.
قد
نص أهل العلم على أن الخل المقصود في الحديث السابق هو الذي لم يتخذ من الخمر
, جاء في " تحفة الأحوذي " (4 / 399) وأما حديث " نعم الإدام الخل " , فالمراد
بالخل: الخل الذي لم يتخذ من الخمر جمعا بين الأحاديث " انتهى.
وإذا كان الخل قد صنع من غير الخمر ، فإنه حلال ، بلا خلاف , وهذا ما نص عليه علماء اللجنة الدائمة (
Sungguh ahlul ilmi
telah menyatakan ( dalam nas mereka ) bahwa
cuka yang dimaksud dalam hadis dulu adalah cuka yang tidak dari khamar . Dlm kitab Tuhfatul
ahwadzi 399/4 di jelaskan bahwa hadis tentang sebaik lauk adalah cuka , maksudnya adalah cuka yang tidak
terbuat dari khamar untuk mengambil solusi
dari beberapa hadis ……….., وإذا كان الخل قد صنع من غير الخمر ، فإنه حلال ، بلا خلاف , وهذا ما نص عليه علماء اللجنة الدائمة (
Bila cuka dari lain Khamar maka halal tanpa ada hilap . dan inilah yang dinyatakan ulama komite tetap saudi arabia dalam bidang dakwah dan Irsyad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya masih belum bisa membedakan antara cuka dari khamar dan dari lainnya. Dan siapa yang bisa membedakannya. Apalagi pabrik cukanya dari pabrik non muslim yang tidak mengenal halal dan haram. Kenalnya hanya uang. Pada hal, kebanyakan cuka dari khamar.
Karena itu, saya masih tetap menghindarinya untuk kebersihan agama dan diri dari masalah syubhat.
Kiyai Ahmad Rifai Alif menulis lagi:
Saya yakin Yai Mahrus kali
ini tidak akan berani ngutak atik an’anahnya Sufyan bin Said Atsauriy, sebab
dalam mengukuhkan pendapatnya bahwa cuka haram mutlak beliau menggunakan hadits
yang melalui jalur Sufyan juga secara an’anah, dan di sana beliau dengan gagah
menghukumi shahih.
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
An`anah Sufyan ats tsauri
sekalipun, tetap akan saya kritik bila redaksi hadisnya keliru, ganjil dan
bertentangan dengan ayat atau hadis yang lebih sahih.
Kemudian dilihat setelahnya beberapa tanda – tanda lain yang menunjukkan
bahwa khabar tsb lurus / benar.
Bila di dapatkan dalam khabar
itu keganjilan, nyeleneh atau menyalahi. Maka
ini adalah tanda tadlis . Oleh karena itu, terkadang kamu jumpai para
imam bila ingkar terhadap sesuatu akan
di kembalikan kepada perawi yang tidak
mendengarnya sebagaimana sudah
dimaklumi.
Hal 28. lihat kitab manhaj al mutaqaddimin fi al tadlis . Karya Syakh Nashir bin Hamd al
fahd.
Anda menyatakan lagi:
Dalam Shahih Muslim yang lain
no. 3824 juga bisa datang sebagai mutaba’ah hadits Jabir,
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ
1. Dari Jabir
bin Abdillah , sesungguhnya Nabi S.A.W. bertanya kepada keluarganya tentang
bumbu ,lalu mereka menjawab : “ Kami tidak memiliki sesuatu kecuali cuka ,beliau
memintanya ,lalu makan dengannya dan berkata :” lauk terbaik adalah cuka – lauk
terbaik adalah cuka “.
Dan Alhamdulillah hadits ini
njenengan tulis namun njenengan diamkan tanpa komentar, hingga terkesan bagi
pembaca bahwa hadits ini dhoif, padahal faktanya hadits ini shohih dan
termaktub dalam Shahih Muslim dan Sunan Tirmidzi
Saya ( Mahrus ali ) menjawab:
Lihat pula hadis riwayat
Muslim sbb:
و
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ
أَخْبَرَنَا حَجَّاجُ بْنُ أَبِي زَيْنَبَ حَدَّثَنِي أَبُو سُفْيَانَ طَلْحَةُ
بْنُ نَافِعٍ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنْتُ
جَالِسًا فِي دَارِي فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَشَارَ إِلَيَّ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا
حَتَّى أَتَى بَعْضَ حُجَرِ نِسَائِهِ فَدَخَلَ ثُمَّ أَذِنَ لِي فَدَخَلْتُ
الْحِجَابَ عَلَيْهَا فَقَالَ هَلْ مِنْ غَدَاءٍ فَقَالُوا نَعَمْ فَأُتِيَ
بِثَلَاثَةِ أَقْرِصَةٍ فَوُضِعْنَ عَلَى نَبِيٍّ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرْصًا فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَخَذَ قُرْصًا
آخَرَ فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيَّ ثُمَّ أَخَذَ الثَّالِثَ فَكَسَرَهُ بِاثْنَيْنِ
فَجَعَلَ نِصْفَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَنِصْفَهُ بَيْنَ يَدَيَّ ثُمَّ قَالَ هَلْ
مِنْ أُدُمٍ قَالُوا لَا إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ قَالَ هَاتُوهُ فَنِعْمَ
الْأُدُمُ هُوَ
2. Dan telah menceritakan
kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, Telah menceritakan kepada kami Yazid bin
Harun Telah mengabarkan kepada kami Hajjaj bin Abu Zainab, Telah menceritakan
kepadaku Abu Sufyan Thalhah bin Nafi' dia berkata; Aku mendengar Jabir bin
'Abdullah radliallahu 'anhu berkata: "Pada suatu hari aku sedang duduk di
rumahku, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat. Beliau
memberi isyarat kepadaku lalu aku berdiri menemui beliau. Beliau memegang
tanganku (mengajakku pergi bersama beliau). Kami berjalan hingga sampai ke
rumah sebagian isteri beliau. Beliau
masuk dan mempersilahkanku pula masuk. Karena itu aku masuk sampai ruangan
dalam ( ruangan husus istri ). Beliau bertanya kepada isterinya: 'Adakah kamu
sedia makanan? ' Jawab mereka; 'Ada! ' Maka dibawanya tiga buah roti bulat
pipih lalu dihidangkannya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Beliau ambil sebuah lalu di letakkannya dihadapan beliau, kemudian diambilnya
sebuah lagi lalu diletakkannya di hadapanku. Sesudah itu yang ketiga dipotong
separuhnya diambil oleh beliau dan separuhnya lagi diletakkannya di hadapanku.
Kemudian beliau bertanya: 'Apakah ada lauk pauk? ' Mereka Menjawab; 'Tidak ada
apa-apa selain cuka.' Kata beliau: 'Bawalah kemari! Sebaik-baik lauk adalah
cuka.' HR Muslim 3826
حَدَّثَنِي
يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنِي ابْنَ
عُلَيَّةَ عَنْ الْمُثَنَّى بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ
أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُاأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى مَنْزِلِهِ
فَأَخْرَجَ إِلَيْهِ فِلَقًا مِنْ خُبْزٍ فَقَالَ مَا مِنْ أُدُمٍ فَقَالُوا لَا
إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ قَالَ فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُ قَالَ جَابِرٌ فَمَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ
مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و
قَالَ طَلْحَةُ مَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ جَابِرٍ
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا
الْمُثَنَّى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ نَافِعٍ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ
بِيَدِهِ إِلَى مَنْزِلِهِ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ عُلَيَّةَ إِلَى قَوْلِهِ
فَنِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ
3.Telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Ad Dauraqi,
Telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu 'Ulayyah dari Al Mutsanna bin
Sa'id, Telah menceritakan kepadaku Thalhah bin Nafi' bahwa dia mendengar Jabir
bin Abdullah berkata; 'Suatu hari aku diajak Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ke rumahnya, kemudian beliau mengeluarkan sepotong roti. Beliau
bertanya kepada istri-istrinya: "Apakah ada lauk pauk?" Mereka
menjawab; 'Tidak ada, kecuali sedikit cuka. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya
cuka adalah sebaik-baik lauk.' Jabir berkata; 'Aku menyukai cuka sejak aku
mendengarnya dari Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Thalhah berkata;
Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari JabirTelah menceritakan kepada
kami Nashr bin Ali Al Jahdlami Telah menceritakan kepadaku Bapaku, Telah
menceritakan kepada kami Al Mutsanna bin Sa'id dari Thalhah bin Nafi', Telah
menceritakan kepada kami Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, mengajak dia ke rumahnya seperti yang disebutkan pada Hadits
'Ulayyah hingga sabda beliau: 'Sebaik-baik lauk adalah cuka.' Tanpa menyebutkan
kalimat lain sesudah itu. HR Muslim 3825
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ الْمُثَنَّى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ طَلْحَةَ بْنِ
نَافِعٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الْأُدْمُ الْخَلُّ
4. Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al Mutsanna bin
Sa'id sesungguhnya Abu Sufyan, Tholhah bin Nafi' dari Jabir bin Abdullah
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik
lauk adalah cuka". HR Ahmad 13708
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ عَنْ أَبِي
سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبَ وَسَأَلَ أَهْلَهُ
الْأُدْمَ قَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ قَالَ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ
يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدْمُ الْخَلُّ
5.Telah menceritakan kepada kami 'Affan Telah menceritakan
kepada kami Abu 'Awanah Telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu
Sufyan dari Jabir, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah meminta lauk
kepada keluarganya. Mereka menjawab, kami tidak memiliki kecuali cuka. (Jabir
bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; lalu beliau memintanya lalu beliau
makan dan bersabda: "Lauk terbaik adalah cuka". 14397
HR Ahmad.
خْبَرَنَا
عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ
سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَهُ فَإِذَا فِلَقٌ وَخَلٌّ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلْ فَنِعْمَ
الْإِدَامُ الْخَلُّ
6. Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin Ali berkata; telah
menceritakan kepada kami Yahya berkata; telah menceritakan kepada kami Al
Mutsanna bin Sa'id berkata; telah menceritakan kepada kami Thalhah bin Nafi'
dari Jabir berkata, "Aku bersama Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
memasuki rumahnya, dan ternyata di dalam ada beberapa potong roti dan cuka,
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Makanlah, lauk
yang paling enak adalah cuka." Nasai 3736.
حدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ حَجَّاجِ بْنِ أَبِي زَيْنَبَ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ
عَنْ جَابِرٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلُّ
مَا أَقْفَرَ بَيْتٌ فِيهِ خَلٌّ
7. Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yazid dari Hajjaj
bin Abu Zainab dari Abu Sufyan dari Jabir berkata; Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik lauk adalah cuka, dan
tidak akan menjadi miskin rumah yang di dalamnya terdapat cuka". HR Ahmad 14729
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam hadis pertama , tidak ada keterangan Jabir di
ajak ke rumah Rasulullah SAW
Juga tidak ada keterangan tiga roti yang di
makan
Dalam hadis kedua ada tambahan keterangan sbb:
Pada suatu hari aku sedang
duduk di rumahku, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat.
Beliau memberi isyarat kepadaku lalu aku berdiri menemui beliau. Beliau
memegang tanganku (mengajakku pergi bersama beliau). Kami berjalan hingga
sampai ke rumah sebagian isteri beliau. Beliau
masuk dan mempersilahkanku pula masuk. Karena itu aku masuk sampai ruangan
dalam ( ruangan husus istri – jadi melewati batas tabir hijab ). Beliau
bertanya kepada isterinya: 'Adakah kamu sedia makanan? ' Jawab mereka; 'Ada! '
Maka dibawanya tiga buah roti bulat pipih lalu dihidangkannya ke hadapan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau ambil sebuah lalu di
letakkannya dihadapan beliau, kemudian diambilnya sebuah lagi lalu
diletakkannya di hadapanku. Sesudah itu yang ketiga dipotong separuhnya diambil
oleh beliau dan separuhnya lagi diletakkannya di hadapanku
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pada hal hadis itu dikatakan
oleh Jabir kepada orang yang sama yaitu Abu Sofyan.
Dalam hadis yang ketiga ada tambahan keterangan
sbb:
'Suatu hari aku diajak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke rumahnya, kemudian beliau
mengeluarkan sepotong roti
Komentarku ( Mahrus ali ):
Pada hadis kedua tadi
diterangkan tiga roti. Tapi di hadis yang ketiga diterangkan sepotong roti
bukan tiga. Ini kontradiksi yang tidak diperbolehkan dalam meriwayatkan hadis.
Lalu ada keterangan tambahan
lagi:
Jabir berkata; 'Aku menyukai
cuka sejak aku mendengarnya dari Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
Thalhah berkata; Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Jabir
Komentarku ( Mahrus ali ):
Keterangan tambahan ini tidak
ada dalam hadis kedua dan ke tiga.
Hadis ke
lima sbb:
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah meminta lauk kepada keluarganya. Mereka
menjawab, kami tidak memiliki kecuali cuka. (Jabir bin Abdullah
radliyallahu'anhuma) berkata; lalu beliau memintanya lalu beliau makan dan
bersabda: "Lauk terbaik adalah cuka".
14397 HR Ahmad
Komentarku
( Mahrus ali ):
Dalam
hadis yang kelima ini, sahabat Jabir
tidak di ajak makan bersama Nabi SAW, juga tidak ada keterangan Jabir di
pegang tangannya, tidak keterangan satu roti atau tiga dll.
Pada hal,
hadis itu dikatakan oleh Jabir kepada
Abu Sofyan. Dan ini menurut riwayat dia saja, sudah banyak bertentangan.
Dalam hadis yang ketujuh. Rasulullah SAW tidak bertanya kepada keluarganya tentang makanan, tapi
langsung ada beberapa potong roti dan
cuka. Malah dalam
hadis yang ketujuh ada tambahan sbb:
tidak akan menjadi miskin
rumah yang di dalamnya terdapat cuka".
HR Ahmad 14729
Seluruh riwayat tsb dari satu orang yaitu Abu Sofyan atau Thalhah bin Nafi`dari
Jabir. Tapi redaksinya berbeda, lalu kejadian yang sesungguhnya itu bagaimana ?
Disana sini ada pengurangan dan tambahan kalimat, bahkan kalimat yang
kontradiksi. Hadis dengan redaksi sedemikian
ini namanya kacau redaksinya dan tidak bisa dikumpulkan. Dan ini sisi kelemahan
hadis tentang cuka adalah lauk pauk yang terbaik.
Dalam
ilmu mustholahul hadis di katakan :
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ
مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Jadi hadis
tsb lemah sekali, tidak boleh dibuat pegangan tapi lepaskan saja.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah tiada keterangan hadis
bahwa para sahabat menyimpan
khamar, lalu dibuat cuka. Bila cuka itu makanan Rasulullah SAW, maka akan banyak para sahabat yang menyimpan
khamar lalu dibuat cuka dan akan dijual belikan di pasar. Hal itu sebagaimana banyak
cuka dan Ayam di jual belikan di pasar kita, karena kita
suka Ayam dan Cuka.
Yai Mahrus berkata :..
Hadis tsb bertentangan dengan
hadis sahih sbb :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا فَقَالَ لَا *
Dari Anas , sesungguhnya Nabi
S.A.W. di tanya tentang khamar yang di gunakan untuk bikin cuka “. Beliau
bersabda : “ Tidak boleh “. 7
قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ *
Abu isa ( Imam Tirmizi )
berkata Itu hadis hasan sahih . 8
KOMENTAR SAYA, ABI AZKA
Hadits tersebut tidak
bertentangan yai…..!!! yang menyebabkan bertentangan itu pemahaman njenengan
terhadap hadits yang kacau balau, ditambah penguasaan kosakata bahasa Arab yang
kurang memadai seperti saya.
Coba njenengan renungkan
dengan hati tulus, penjelasan Imam Nawawi terkait hadits Anas bin Malik di
bawah ini.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
عَنْ سُفْيَانَ عَنْ السُّدِّيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ
خَلًّا فَقَالَ لَا
3669 – قَوْله : ( إِنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الْخَمْر تُتَّخَذ خَلًّا فَقَالَ : لَا )
هَذَا دَلِيل الشَّافِعِيّ وَالْجُمْهُور أَنَّهُ لَا يَجُوز تَخْلِيل الْخَمْر ، وَلَا تَطْهُر بِالتَّخْلِيلِ ، هَذَا إِذَا خَلَّلَهَا بِخُبْزٍ أَوْ بَصَل أَوْ خَمِيرَة أَوْ غَيْر ذَلِكَ مِمَّا يُلْقَى فِيهَا بَاقِيَة عَلَى نَجَاسَتهَا…الى ان قال. وَأَجْمَعُوا أَنَّهَا إِذَا اِنْقَلَبَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا طَهُرَتْ
Sabda Nabi: sesungguhnya Nabi
Saw ditanya tentang (Bolehkah) Khomr yang dijadikan cuka?, beliau menjawab, tidak
boleh.
Ini adalah dalil Asy Syafii
dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr,
dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr
berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya
yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada
perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah
menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
SYARAH
NAWAWI 6/482
Yai Mahrus mestinya bisa
memahami sabda Nabi Tuttakhodzu Khollan di sana berarti ada unsure kesengajaan.
Dalam ilmu Shorof ia masuk wazan ifta’ala yang mempunyai faedah al Ittikhodz
yakni menjadikan. Dari sini kemudian para ulama memaknai hadits tersebut bahwa
Nabi melarang membuat cuka (dengan sengaja) dari khomr. Adapun khomr yang
berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka tidak masuk dalam wilayah larangan
ini.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda menyatakan:
Hadits tersebut tidak
bertentangan yai…..!!! yang menyebabkan bertentangan itu pemahaman njenengan
terhadap hadits yang kacau balau, ditambah penguasaan kosakata bahasa Arab yang
kurang memadai seperti saya.
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
Ya, jelas bertentangan. Hadis
yang satu menyatakan cuka dari khamar merupakan lauk terbaik dan yang lain
melarang menjadikan cuka dari khamar.
Lalu khamarnya di suruh buang , dan
tidak boleh disimpan untuk dijadikan cuka. Apakah dua hadis ini singkron. Ya,
jelas bertentangan dan tidak samar lagi.
Anda menyatakan lagi:
Coba njenengan renungkan
dengan hati tulus, penjelasan Imam Nawawi terkait hadits Anas bin Malik di
bawah ini.
Ini adalah dalil Asy Syafii
dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr,
dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr
berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya
yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada
perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah
menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
SYARAH
NAWAWI 6/482
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
Saya sudah memahami
penjelasan Imam Nawawi itu dengan hati yang tulus dan pikiran yang ingin cari kebenaran dan tidak ingin mencari kesalahan orang. Ternyata
saya rasa tidak rasional sekali penjelasan tsb.
Bagi saya seluruh cuka yang dari khamar tidak boleh
dimakan baik dengan pengolahan manusia atau menjadi cuka dengan sendirinya.
Aneh bin ajaib, khamar yang
menjadi cuka dengan sendirinya halal.
Dan khamar yang menjadi cuka dengan olahan tangan manusia haram. Bagaimana kalau di balik. Yaitu khamar yang menjadi
cuka dengan olahan manusia halal dan yang menjadi cuka dengan sendirinya haram.
Sebab menjadi cuka dengan sendirinya itu masih murni khamar .
Sungguhpun demikian, keduanya
tidak memiliki landasan dalil.
Anda menyatakan:
Ini adalah dalil Asy Syafii
dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr,
dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr
berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya
yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada
perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah
menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
Saya ( Mahrus ali ) menjawab:
Saya tunjukkan dalil tsb sbb:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَيْتَامٍ وَرِثُوا خَمْرًا قَالَ أَهْرِقْهَا قَالَ أَفَلَا أَجْعَلُهَا خَلًّا قَالَ لَا *
Dari Anas bin Malik ,
sesungguhnya Abu Tholhah ( ayah tiri Anas ra ) bertanya kepada Nabi S.A.W.
tentang yatim – yatim yang punya warisan khamar “.
Rasulullah S.A.W. menjawab : “Tumpahkan
“.
Abu Tholhah bertanya :” Apakah
tidak kita bikin cuka ? “.
Rasulullah S.A.W. bersabda :” Tidak
boleh “.9( sahih )
Saya katakan:
Dalil tsb jelas larangan
membuat cuka dari khamar, lalu di takwil agar cuka halal untuk menentang dalil itu dengan cara
yang anda uraikan sbb:
Hal ini jika khomr
berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya
yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada
perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah
menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
Saya katakan :
Anda menyatakan lagi:
dan para ulama sepakat bahwa
sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya
suci.
Saya katakan:
Terjemahannya kurang pas, lihat arabnya:
وَأَجْمَعُوا
أَنَّهَا إِذَا اِنْقَلَبَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا
طَهُرَتْ
( Jangan di katakan sepakat tapi katakan ) Ulama telah Ijma` bahwa khamar bila
berubah menjadi cuka dengan
sendirinya maka hukumnya suci,
Saya katakan:
Tentang kekeliruan pernyataan Ijma` itu sudah di jawab kemarin. Bacalah
disana. Dan terbukti juga komite tetap untuk pengkajian dan fatwa Saudi arabia
, Ibnu Taimiyah menyatakan haram khamar dibuat cuka, begitu juga Ibnu Utsaimin.
Jadi Ijma` itu menurut pendapat Imam Nawawi, bukan Ijma` ulama. Sekedar pendapat mungkin benar juga mungkin salah.
Imam
Ahmad berkata : .
لاَ
تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan
ikut kepadaku,atau Imam Malik, Tsauri atau Syafii
Imam
Malik berkata :
إنَّمَا
أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ
وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia, terkadang
pendapatku benar, di lain waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku
ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah
Anda menyatakan:
Yai Mahrus mestinya bisa
memahami sabda Nabi Tuttakhodzu Khollan di sana berarti ada unsure kesengajaan.
Dalam ilmu Shorof ia masuk wazan ifta’ala yang mempunyai faedah al Ittikhodz
yakni menjadikan. Dari sini kemudian para ulama memaknai hadits tersebut bahwa
Nabi melarang membuat cuka (dengan sengaja) dari khomr. Adapun khomr yang
berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka tidak masuk dalam wilayah larangan
ini.
Saya ( Mahrus ali ) menjawab
Para sahabat yang mengerti
bahasa arab saja tidak memahami seperti itu dan mereka tidak menyimpan khamar untuk di jadikan cuka sebagaimana orang barat menyimpan khamar untuk di ambil
alkolholnya lalu di buat minuman yang segar. Inipun tidak boleh, karena memanfaatkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah lalu di jual belikan. Hal itu seperti kaum Yahudi yang memanfaatkan
bangkai yang di haramkan untuk di ambil
lemaknya.
Bersambung ……………….., dan
jawaban bagi yang lain masih menyusul.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan