Nusanews.com - Peringatan genting disampaikan pengamat
kebijakan publik Budgeting Metropolitan Watch (BMW), Amir Hamzah, menyikapi
skenario penguasaan China
atas Indonesia .
Amir menyebutkan, di masa lalu, China
pernah menjalankan skenario yang sama ketika menyerang Tibet . Dalam
hal ini, skenario penguasaan Tibet
itu bisa diterapkan penguasaan China
untuk merusak dan menguasai Indonesia .
Dengan gaya yang terkesan
santun, China membantu Tibet dalam
membangun infrastruktur. “Proyek dikerjakan militer China ,
yang dikirim ke Tibet
sebagai pekerja pada proyek-proyek investasi pembangunan kereta api, jalan dan
proyek lainnya,” ungkap Amir kepada intelijen (21/07).
Menurut Amir, pada saat yang sudah ditentukan para pekerja China mengeluarkan senjata untuk menyerang
polisi dan tentara, hingga akhirnya peradaban di Tibet hancur. “Negaranya hancur
sampai sekarang, dan mereka dalam kekuasaan China ,” beber Amir.
Terkait skenario itu, Amir Hamzah menilai, saat ini China sudah
menjalankan skenario jahat itu. Yakni, selain berinvestasi di Indonesia, investor
China juga telah ‘menyelundupkan’ para militer China ke Indonesia dengan dalih
tenaga kerja proyek.
“Daerah pesisir Indonesia, dari Pelabuhan Belawan Bagian
Timur Sumatera, kemudian masuk ke Banten, sampai akhirnya sampai ke Surabaya, sekitar
97 persen telah dikuasai oleh pekerja China,” papar Amir Hamzah.
Amir mengingatkan, ada kemungkinan apartemen-apartemen dan
tempat-tempat tertentu di pesisir pantai telah digunakan sebagai tempat
persembunyian untuk mengintai perairan Indonesia .
Di Sulawesi Tengah, kata Amir, ada pabrik nikel yang cukup
besar, di mana sekitar 5.000 dari 6.700 pegawainya merupakan tenga kerja asal
China. Belum lagi di Banten dan di Katapang.
“Coba bayangkan itu, jika sebagian besar di antara mereka
adalah militer China yang
sekarang banyak menyamar menjadi tenaga kerja di Indonesia . Tiba saatnya mereka akan
menguasai Indonesia .
Negara kita akan hancur,” pungkas Amir. (it)
*[NUSANEWS.com]*
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan