Ust
Aqsith menulis lg :
3.
"apabila kisah ini benar" tetap blm jelas apa yg dilakukan ibn mahdy
itu shalat sunat atau wajib?
مع الاحتمال
بطل به الاستدلال
sedangkan
mnurt k.h.mahrus aly klo sunnah itu tdk apa apa.
tau
dari mana bhw yg dilakukan ibn mahdy adalah shlat wajib?
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Sy tdk pernah mengambil istinbat dr perkataan Imam
Malik untuk memutuskan salat wajib
langsung sujud ke tanah dan salat sunat boleh menggunakan sajadah.
Bukan dr situ tp realita salat wajib Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam selalu di tanah dan hadisnya dlm hal ini sangat banyak. Juga mengambil dr hadis ini:
وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا
وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ
أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ
Bumi di jadikan
tempat sujud dan alat suci ( untuk tayammum )Setiap lelaki yang
menjumpai waktu salat , salat
lah ( di tempat itu ) ………( HR Bukhori /Tayammum/ 335. Muslim / Masajid dan
tempat salat /521 )
Bumi dijadikan tmpat sujud bukan sajadah, keramik, lantai
tingkat. Hadis itu untuk salat wajib karena Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Setiap lelaki yang
menjumpai waktu salat , salat lah ( di tempat itu ) ………
Bila di arahkan kpd salat sunat tdk bisa. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam sendiri pernah menjalankan salat sunat di atas
unta bukan di tanah, juga pernah di khumrah – sajadah kecil yg cukup untuk wajah .
Kalau dlm kisah Abd rahman bin Mahdi itu jls ada
kemungkinan, salat sunat atau salat wajib. Dan sy blm pernah menentukan bahwa
apa yg akan di lakukan oleh Abd rahman itu untuk salat wajib apalagi sunat.
Dan
ini hadis dukungan untuk salat wajib di tanah .Muaiqib ra berkata :
قَالَ
فِي الرَّجُلِ يُسَوِّي التُّرَابَ حَيْثُ يَسْجُدُ قَالَ إنْ كُنْت فَاعِلًا
فَوَاحِدَةً
Rasulullah saw, bersabda
tentang seorang lelaki yang meratakan
debu di tempat sujudnya . Beliau bersabda : “Bila kamu harus melakukannya cukup sekali “.Muttafaq alaih ,1207
Bila anda melakukan salat di masjid berkarpet , mk
anda tdk akan meratakan debu yg akan di
sujudi. Jadi salat anda tdk sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
Bila anda punya prediksi kisah Abd rahman bin Mahdi itu
tdk benar, mk anda hrs mendatangkan
dalil yg menafikannya. Paling tidak refrensi kitabnya yg menyatakan
kisah itu dusta belaka , tdk benar.
Bila anda tdk bisa menjumpainya, mk blm bisa di
katakana final . Realitanya kisah itu
populer, karena itu sy jumpai di refrensi sebagaimana sy sebutkan di artikel yg lalu.
Anda menyatakan:
مع الاحتمال
بطل به الاستدلال
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kaidah itu biasanya bukan untuk perkataan Ulama tp untuk istidlal
dari dalil hadis atau al quran.
قال الشيخ عبد الرحمن السديس:
وتكلم على هذه المسألة الشيخ عبد العزيز بن فيصل الراجحي في كتابه "مجانبة
أهل الثبور" ص 193-197،
Syaikh Abd Rahman As sudais berkata:
Masalah ini telah di bicarakan oleh Syakh Abd Aziz bin Faishal ar
rajihi dlm kitabnya : “ Mujanabat ahlis
tsubur hal 193- 197.
ونقل عن الشيخ العلامة الأصولي عبد الله بن غديان قوله :
هذه القاعدة لا يصح إطلاقها ، وإنما هي صحيحة في صورة واحدة : إذا كان
الاحتمال مساويا .
أما إذا لم يكن مساويا : فكان راجحا = وجب المصير إليه .
أو مرجوحا وهميا = وجب اطراحه ، وتركه ،ولا تأثير له .
وإطلاقها كإطلاق الناس لقاعدة "درء المفاسد مقدم على جلب المصالح "
، مع أن هذه القاعدة لا تصح إلا في صورة واحدة فقط ، وهي إذا تساوت المصلحة
والمفسدة . اهـ
Intinya kaidah
tsb berlaku bila ihtimalnya sama/ kemungkinannya sama. Bila tdk, mk tdk
berlaku.
ويلفت النظر: إلى أن تعدد الاحتمالات ليس مبناها على ما يرد في الأذهان، بل
على أمرين:
- دلالات الألفاظ معانيها.
- تفسيرات الصحابة.
Intinya : Kemungkinan – kemungkinan itu bukan yg ada
dlm pikiran. Tpi pd dua perkara : 1.
Pengertian lafadh dan dilalahnya 2 pentafsiran para sahabat.
Anda menyatakan lg :
sedangkan
mnurt k.h.mahrus aly klo sunnah itu tdk apa apa.
tau
dari mana bhw yg dilakukan ibn mahdy adalah shlat wajib?
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bukan dr perkataan Imam Malik , sy menyatakan salat
wajib hrs ke tanah dan sunat boleh di sajadah. Keliru sekali , bila di
katakan dari situ. Sy tdk pernah
menyatakan spt itu.
Anda
menyatakan:
ust
mahrus berkata:
Jadi
masjid Rasulullah shallahu alaihi wasallam dari masa sahabat sampai di masa Imam Malik yg lahir pd 93 H dan wafat pd 179 H [1] masih
berlantaikan tanah bukan sajadah atau
tikar
komentar
ana:
iya
apabila riwayat kisah tadi itu bisa dipertanggung jawabkan. namun tetap blm
bisa diambil keputsan krn kisahnya majhul. coba riwayat kisah yg aslinya
gimana?
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Sdh sy tunjukkan refrensinya. Dan ia telah
di kutip oleh Ibn Taimiyah ,
lajnah daimah untuk ifta dan Irsyad ,
Syaikh Muhammad Al amin dll.
Bila perkataan Imam Malik itu benar tdk ada menurut anda , mk anda hrs datangkan refrensi atau
data yg menafikannya. Dan anda blm membawa data itu.
Anda hendaknya hrs memberikan data bahwa di saat Imam Malik masjid Medinah sudah di tegel, di lepa atau digelari
tikar dll. Coba sampaikan hal itu .
Sampai sekarang sy blm menjumpainya. Sy hanya
menjumpai kebid`ahan sajadah .
Ibnu
taimiyah berkata :
. أَمَّا الصَّلاَةُ عَلَى السَّجَّادَةِ
فَلَمْ تَكُنْ هَذِهِ سُنَّةَ السَّلَفِ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ;
بَلْ كَانُوا يُصَلُّونَ فِي مَسْجِدِهِ عَلَى اْلأَرْضِ لاَ يَتَّخِذُ أَحَدُهُمْ
سَجَّادَةً يَخْتَصُّ بِالصَّلاَةِ عَلَيْهَا
Melakukan
salat diatas sajadah ( tikar, karpet, keramik ) tidak termasuk budaya kaum muhajirin, Ansar, tabi`in yang mengikuti
jejak mereka dengan baik di masa
Rasulullah saw. Bahkan mereka
menjalankan salat di atas tanah , seseorang diantara mereka tiada yang
menggunakan sajadah husus salat [1]
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kesan sy dlm pernyataan Imam Ibn
Taimiyah itu para muhajirin dan Anshor dan
para tabiin yg mengikuti mereka dg
baik tidak mengenakan sajadah dlm salat. Sdh tentu masjid
mereka tdk di gelari sajadah.
Bila masjid Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam di gelari sajadah, mk Ibnu Taimiyah tdk
menyatakan spt itu. Bila di katakana masjid Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam saat tabiin di gelari sajadah, mk datangkan
refrensinya.
Karena itu, sy masih tetap
berkesimpulan masjid medinah masih berlantaikan
tanah di era tabiin sebagaimana
perbuatan para sahabat yg masih
mengikuti sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dlm
menjalankan salat wajib di tanah dan
mereka tdk akan menyelisihinya. Lalu bersajadah atau bertikar dlm salat wajib.
محمد الأمين
الأصل هو ترك المساجد كما كانت على أيام الصحابة، أي أرضها حصى وتراب. وهكذا
بقيت الأمور إلى أن أطغى الرخاء ثلة من المسلمين فأبوا على أنفسهم أن يسجدوا على
التراب، ففرشوا المساجد بالسجاد. قال شيخ الإسلام عنهم: فما أحق هؤلاء بقول ابن
مسعود لأنتم أهدى من أصحاب محمد أو أنتم على شعبة ضلالة؟
Syaikh Muhammad al amin berkata :
Asalnya masjid – masjid spt masjid
di masa sahabat - ya`ni
lantainya krikil dan debu / tanah. Keadaan sedemikian ini masih ttp terpelihara sehingga sebagian kaum
muslimin mendapat kemakmuran melebihi , lalu mereka tdk mau bersujud ke tanah /
debu. Lalu masjid – masjid di hampari
karpet.
Syaikh Islam berkata tentang
mereka : Alangkah berhaknya mereka dengan perkataan Ibnu Mas`ud : Kalian lebih mendapat petunjuk dr pd
para sahabat Muhammad atau kalian
berada di cabang ke sesatan ?
وإن سمعوا بأحد يدعو الناس أن يصلوا كما صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
وأصحابه الكرام، سخروا منه، واتهموه بأنه "يتشبه بالرافضة" واتهموه "بحمى
(!) التسرع في التبديع فيما ليس فيه تشريع" وبالـ"كذب" (!!!) و "النظر
السطحي" و "عدم قراءة الأقوال مكتملة" و "غياب النفس الفقهي"
و "العجلة" و "غير ذلك" من التهم الباطلة.
Bila mereka mendengar seorang yg
mengajak manusia agar melakukan salat
sebagaimana tuntunan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dan sahabat – sahabatnya yg mulia. Mereka sm
ngbully , menghina, lalu tudingan miring di lontarkan . Dia mirip dengan rafidhah , lalu di tuduh demam cepat membid`ahkan tentng perkara yg tdk ada
sariatnya ( bikin – bikin sariat ) . Malah dituduh dusta, pandangan dangkal, tdk baca qaul ulama
dg sempurna, tdk punya jiwa fikih, tergesa gesa dll dr
pd tudingan yg batil.
Ingat sy menyampaikan pendapat
ulama ini bukan sebagai landasan mutlak.
Ia hanyalah pendukung dan add ilmu pengetahuan belaka agar di jadikan renungan.
Bersambung……………,
.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan