Akhunal karim Ust. Syamsuddin Mukti menuliss :
Imam Bukhari membuat bab :
باب الصلاة على الفراش وصلى أنس على
فراشه وقال أنس كنا نصلى مع النبي .ص. فيسجد احدنا على ثوبه.
حدثنا مروان بن معاوية عن حميد قال : سئل
انس عن الصلاة في السفينة ؟ فقال علد الله بن ابي عتبة مولى أنس وهو معنا جالس : سافرت
مع ابي سعيد الخذري و ابي الدرداء وجابر
بن عبد الله فقال حميد ، واناس قد سماهم، فَكَانَ إِمَامُنَا يُصَلِّي بِنَّا فِي
السَّفِينَةِ قَائِمًا وَنُصَلِّي خَلْفَهُ قِيَامًا وَلَوْ شِئْنَا لَأَرْفَيْنَا.
( مصنف ابن ابي شيبة : ٦٦٢٦ )
Makbul
Jika shahih...ini menjadi bukti kuat bahwa semua sahabat
tidak ada yang memahami seperti pemahaman kyai mahrus.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bukhari membikin bab
باب الصلاة على الفراش وصلى أنس على
فراشه وقال أنس كنا نصلى مع النبي .ص. فيسجد احدنا على ثوبه.
Tentang sahabat Anas menjalankan salat di hamparan itu
blm di jelaskan salat sunat atau salat wajib. Jadi masih blm bisa di gunakan
untuk landasan salat wajib dg tikar.
Bila di gunakan
landasan untuk salat wajib jg
keliru. Sebab blm ada kejelasan salat
wajib atau sunat.
Dan disini , Imam
Bukhari memberikan keterangan sahabat
Anas melakukan salat dg hamparan
tanpa sanad. Ya`ni masih di ta`liq.
Benar imam Bukhari membikin bab spt itu, tp dalil yg di
gunakan kurang pas, tidak tepat.
Bila di paksakan untuk mengikuti sahabat Anas yaitu
menjalankan salat wajib dengan hamparan , kita akan menyelisihi Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yg selama hidupnya
tak pernah menjalankan salat wajib di tikar. Kita ingat Ali ra berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku tidak akan
meninggalkan sunah Nabi S.A.W. karena
perkataan orang “.
Imam Syafii berkata:
لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ
فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang , sebab mereka mungkin juga salah .
Imam Bukhari menyatakan
sahabat Anas menjalankan salat di atas hamparan tanpa sanad – ya`ni ta`liq. Dan tdk bisa di
sahihkan langsung karena tanpa sanad.
Ust Hassan Abu Tsabit menulis :
تعليقات البخاري يعني ذكره الحديث بغير
إسناد كأن يقول مباشرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم. وهذا يخالف شرط الصحيح
عند البخاري. ومع ذلك فقد يكون صحيحا أو خفيف الضعف
www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=266696
Ta`liqat dlm sahih
Bukhari , hadis yg di cantumkan tanpa
sanad spt beliau berkata langsung
: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : ……………….(
tanpa sanad ).
Ini menyalahi
sarat sahih menurut Bukhari. Meski
bgt , kadang jg sahih atau lemah yg ringan.
Jd sanad tdk di cantumkan
, menurut beliau tdk sesuai dengan sarat
sahih dlm sahih Bukhari.
Relevansinya dlm
masalah ini adalah Anas menjalankan salat di hamparan itu jg tanpa sanad, termasuk ta`liqat
imam Bukhari bukan musnadatnya .
Sanad atsar tsb di
sambungkan oleh ibn Syaibah dan Said bin Mansur
قَوْلُهُ وَصلى أنس وَصله بن أَبِي
شَيْبَةَ وَسَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ كِلَاهُمَا عَنِ بن الْمُبَارَكِ عَنْ حُمَيْدٍ
قَالَ كَانَ أَنَسٌ يُصَلِّي عَلَى فِرَاشِهِ
فتح الباري لابن حجر (1/ 491)
Kisah tentang Anas
melakukan salat di hamparan itu dari Abdullah bin Mubarak – syaikh Khurasan dan
Humaid Atthawil dari Basrah. Jadi beliau perawi tunggal . Sy
blm menjumpai perawi yg meriwayatkannya kecuali perawi Khurasan ini. Identitas
beliau sbb:
ــ عبد الله بن المبارك بن واضح الحنظلى التميمى
مولاهم ، أبو عبد الرحمن المروزى ( أحد الأئمة الأعلام و حفاظ الإسلام )
المولد
: 118 هـ
الطبقة : 8 : من الوسطى من أتباع التابعين
الوفاة : 181 هـ بـ هيت
روى له : خ م د ت س ق
مرتبته عند ابن حجر : ثقة ثبت فقيه عالم
جواد مجاهد ، جمعت فيه خصال الخير
مرتبته عند الذهبـي : شيخ خراسان
3570 mausuah ruwatil hadis.
Kisah sahabat Anas menjalankan salat di hamparan itu di tahun sekitar 150
hijriyah masih di riwayatkan oleh satu orang yaitu seorang dari Khurasan. Tiada
penduduk Medinah yg tahu tentang hal itu. Para
sahabat sampai mati tdk kenal kisah itu. Anehnya malah
Humaid dari Basrah yg meriwayatkannya.
Hal sedemikian ini yg menjadi cacat suatu sanad, yaitu
tafarrud penduduk Kufah Basrah , dimn penduduk medinah tdk tahu.
Dalam majalah Buhus Islamiyah terdapat keterangan:
ولهذا نقول إنه ينبغي لطالب العلم أن
ينظر أن من قرائن الإعلال والرد للأحاديث، في تفردات الكوفيين والعراقيين على وجه
العموم،
مجلة البحوث الإسلامية
Karena ini, kami katakan: Layak sekali bagi thalib ilm
untuk melihat bahwa sebagian tanda cacat dan tertolaknya beberapa hadis adalah
tafarrudnya perawi Kufah dan Irak secara umum.
Perawi yg tafarrud disini adalah perawi Khurasan dari perawi Basrah yaitu Humaid . Dan Humaid jg dlm hal ini termasuk perawi yg tafarrud
dari Irak. Dan tafarrud sedemikian ini
termasuk faktor yg melemahkan hadis . Penduduk Medinah, Mekkah dari
kalangann sahabat , tabiin Atbaut
tabiin tidak paham hadis itu, lalu orang
Irak tahu dan paham hadis itu.Mestinya penduduk Medinah lebih dulu mengerti
bukan orang Basrah atau Khurasan. Ini
aneh , tidak wajar, tidak nalar tidak
rasional sekali. Bukan hadis yg mashur, rasional dan sangat cocok dengan nalar manusia.
3ـ ألا يكون فيما تعم
به البلوى العلمية أو العملية، أي أن المحدث يتفرد بحديث في حين سائر الصحابة لا
يعلمون مع أنه من الأمور العلمية العامة
3. Agar tidak termasuk musibah ilmiyah atau amaliyah yg
umum – yaitu seorang perawi hadis menyampaikan hadis secara
sendirian. Pada hal sahabat yg
lain tidak mengetahui. Dan ia termasuk
masalah ilmiyah yg umum.
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=152431
Abdul hay al luknowi berkata:
فكثيراً ما يطلقون النكارة على مجرَّد
التَّفرُّد،
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . ( satu
perawi yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
Jadi kisah Anas melakukan salat di hamparan adalah kisah
yg nyeleneh dan munkar.Bila tdk bgt , mk
mesti ada perawi lain yg meriwayatkannya selain Humaid Atthawil. Dan realitanya
menurut sy blm di temukan perawi lain. Bila
di temukan, akan terjadi tafarrud lg yaitu pd Ibn Mubarak dari Khurasan
itu. Sebab tafarrudnya mulai dari
Humaid hingga Ibn Mubarak .
Bila kisah Anas
salat di hamparan itu di gunakan sbg landasan
bolehnya salat wajib di karpet, mk sangat rapuh landasannya dan tdk
boleh.Landasan hrs kuat dan sahih, apalagi
masalah salat . Kisah yg munkar itu di jadikan landasan salat wajib
sangat membahayakan.
Pd hal tuntunan salat wajib yg sahih sudah ada.
Bila di bolehkan melakukan salat wajib di sajadah, mk menyelisihi tuntunan
salat wajib Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yg tdk pernah melakukan salat wajib di
hamparan selama hidupnya.
Kita kembali kpd redaksi
di Bukhari sbb:
باب
الصلاة على الفراش وصلى أنس على فراشه وقال أنس كنا نصلى مع النبي .ص. فيسجد احدنا
على ثوبه
Komentarku ( Mahrus ali ) :, liht komentar sbb:
هذا التعليق وصله البخاري أيضا فيما بعد
في الباب الذي يليه قوله أحدنا أي بعضنا قوله على ثوبه يحتمل أن يكون المراد منه
بعض ثوبه الذي كان لابسه نحو الفاضل من كمه أو ذيله ويحتمل أن يكون ثوبه الذي
يقلعه من جسمه فيسجد عليه وحديثه المسند يصرح بأن المراد منه بعض ثوبه حيث قال فيه
فيضع أحدنا طرف الثوب من شدة الحر في مكان السجود على ما يأتي إن شاء الله تعالى
http://islamport.com/d/1/srh/1/45/1271.html
Bab setelahnya sbb:
صحيح البخاري -ت عبد الباقي (1/ 396)
بَاب السُّجُودِ عَلَى الثَّوْبِ فِي
شِدَّةِ الْحَرِّ
5 - حَدَّثَنَا أَبُو
الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ
الْمُفَضَّلِ قَالَ حَدَّثَنِي غَالِبٌ الْقَطَّانُ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كُنَّا نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ أَحَدُنَا طَرَفَ الثَّوْبِ مِنْ شِدَّةِ
الْحَرِّ فِي مَكَانِ السُّجُودِ
Sebagian riwayat sbb:
- حَدِيْثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ،
قَالَ: كُنَّا نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي شِدَّةِ الْحَرِّ، فَإِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ
أَحَدُنَا أَنْ يُمَكِّنَ وَجْهَهُ مِنَ الأَرْضِ بَسَطَ ثَوْبَهُ فَسَجَدَ
عَلَيْهِ
360.Anas ibnu Malik menuturkan: “Kami pernah shalat
bersama Nabi saw pada hari yang sangat panas. Jika seorang di antara kami tidak
dapat meletakkan wajahnya di tanah karena panas, maka ia menggelar kainnya di
atas tanah dan ia dapat bersujud di atasnya.” (Bukhari, 21, kitabul ‘amal fish
shalati, 9, bab menggelar kain ketika shalat untuk sujud).
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Keadaan tanah yang sangat panas, bukan dingin seperti di
masjid yang berkarpet. Panasnya adalah panas padang
pasir bukan panasnya kota
Malang Jawa timur. Para sahabat dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
tetap menjalankan salat berjamaah di
tanah yang sangat panas itu tanpa tikar, hanya
salah seorang di antara mereka yang menggelar pakaiannya untuk bersujud
karena tidak tahan. Sebab, biasanya dia
menjalankan salat seperti sahabat yang lain tanpa kain yang dihamparkan dimukanya.
Perbuatan satu orang yang menghamparkan bajunya untuk
sujud ini karena tanahnya sangat panas tidak bisa di buat landasan untuk memperbolehkan menggelar karpet di
masjid yang udaranya sederhana , kadang dingin, kadang sangat dingin.
Maaf jawabannya
lambat...
Bersambung.............................,
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan