Jumat, Maret 25, 2011

Jawabanku untuk Ust Shaleh al Munajjid penyusun buku " La tahzan "




Di tulis oleh H Mahrus ali .


Allah kembalikan roh Rasulullah SAW  ?

Ust Saleh al Munajjid penyusun banyak kitab arab   berkata ;
وَقَدْ صَحَّتْ أَحَادِيْثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يُبَلِّغُهُ سَلاَمُ مَنْ يُسَلِّمُ عَلَيْهِ مِنْ أُمَّتِهِ ، وَِأَنَّهُ يَرُدُّ ذَلِكَ .
Sungguh banyak hadis  dari Nabi SAW  bahwa  salam – salam orang yang yang membaca  sholawat kepadanya selalu di sampaikan kepadanya . Dan beliau juga menjawabnya .

فعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : (مَا مِن أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلا رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيهِ السَّلَامَ) رواه أبو داود (2041) ، صححه النووي في "الأذكار" (ص/154) ، وابن حجر في "فتح الباري" (6/563) ، والشيخ الألباني في "صحيح أبي داود" .
Dari Abu Hurairah ra , sesungguhnya Nabi SAW  bersabda : Setiap orang yang membaca salam kepadaku maka Allah akan mengembalikan rohku hingga  aku menjawab salam padanya .
HR Abu Dawud  2041 , Ia di sahihkan oleh Imam Nawawi  dalam kitab al adzkar 154 , Ibnu Hajar dalam fathul bari  6/563 , Syaikh Al albani dalam kitab Sahih  Abu dawud .
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ia juga tercantum   dalam kitab Jamiul ahadis  19/ 114 , Sunan Kubra  karya al baihaqi 5/245 – 10050 . Imam Nawawi berkata :
4 - وَرَوَيْنَا فِيْهِ أَيْضًا بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ  ،
Kami riwayatkan dalam masalah tsb juga dengan  sanad yang sahih . [1]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam footnotnya ada komentar sbb :
 (6) قَالَ الْحَافِظُ فِي " تَخْرِيْجِ اْلأَذْكَارِ " : وَسَنَدُهُ حَسَنٌ.
Al Hafidz ( Ibnu Hajar ) dalam takhrij al adzkar  berkata :  Sanadnya hasan .
Lihat antara  dua imam  dalam menilai satu hadis berbeda . Imam Nawawi menyatakan sahih dan Ibnu Hajar menyatakan hasan . Pada hal  sanadnya satu dan  redaksi hadis juga sama . Lalu kita kemana harus ikut atau kita kaji ulang  ? Ikut saja  , kadang enak , juga kadang bahaya bila ada kekeliruan . Nah sekarang bila kita  tidak mengerti identitas perawi hadis , kita akan bengong melihat perbedaan anatara ulama dalam menilai satu hadis , manakah yang harus di buang dan manakah yang di ikuti . Bila sekedar mengabaikan saja mudah sekali di lakukan sebagaimana norok buntek boi . Yang penting kita selamat dan lurus , pengkajian kita ilmiyah dan mengkeritisi  kekeliruan orang dulu adalah kewajiban agar kekeliruan itu berhenti  disitu dan tidak terus mengembang dari tempat ke tempat atau generasi ke generasi dan dari masa ke masa .
Kita kaji sanad hadis tsb sbb :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ عَنْ أَبِي صَخْرٍ حُمَيْدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ
Bercerita kepada kami  Muhammad bin Auf , lalu berkata : Bercerita kepada kami Al Muqri , lalu berkata : Bercerita kepada kami Haiwah  dari Abu  Shakher – Humaid bin Ziyad  dari Yazid bin Abdillah bin Qust  dari Abu Hurairah  , sesungguhnya  Rasulullah SAW  bersabda : …………………………………….
Dalam sanad tsb terdapat perawi bernama Yazid bin Abdillah bin Qusaith yang lemah
وَ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ : لَيْسَ بِاْلقَوِىِّ ، ِلأَنَّ مَالِكًا لَمْ يَرْضَهُ .
تَتِمَّةُ كَلاَمِ ابْنِ حِبَّانَ : رُبَّمَا أَخْطَأَ
Abu Hatim berkata : Dia ( Yazid bin Abdillah ) perawi yang tidak kuat , sebab Imam Malik tidak rela kepadanya .
Lanjutan dari perkataan Ibnu Hibban  , dia kadang keliru , kata Imam Dzahabi [2]
Untuk perawi bernama Humaid bin Ziyad , maka keterangan para ulama  sbb :
صَدُوْقٌ يَهِمُ كَمَا قَالَ بْنُ حَجَرَ
Dia perawi yang sering berkata benar tapi keliru, kata Ibnu Hajar .
مُخْتَلَفٌ فِيْهِ وَقَالَ أَحْمَدُ لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ
Dia perawi yang masih hilaf kevalidan riwayatnya . Imam Ahmad menyatakan : Tidak apa – apa .
وَقَالَ إِسْحَاقٌ بْنُ مَنْصُوْرٍ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ مَعِيْنٍ : أَبوُ صَخْرٍ حُمَيْدٌ بْنُ زِيَادٍ ضَعِيْفٌ .
Ishak bin Mansur dari yahya bin Ma`in menyatakan : "Abu Shakher – Humaid bin Ziyad adalah perawi lemah ".
وَ قَالَ النَّسَائِى : حُمَيْدٌ بْنُ صَخْرٍ ضَعِيْفٌ .
Imam Nasai berkata :" Humaid bin Shakhr adalah perawi lemah" . [3]
Di samping  cacat perawi – perawinya, hadis tsb hanya dari satu orang yaitu Abdullah bin Yazid Al Muqri , tiada perawi lain yang meriwayatkannya . Di temukan di kitab arab , jawa , indonesia kapanpun . Asal usulnya hadis tsb dari Abdullah bin Yazid tadi .  Bila benar , mesti ada perawi lain yang meriwayatkannya . Isinya  juga bertentangan dengan al quran  yang berbunyi :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ(30)
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).[4]

 Kita  punya pikiran  dan al hamdulillah masih bisa membedakan mana yang salah dan yang benar . Kita dahulukan Allah dari pada Abdullah bin Zaid al Muqri sebagai perawinya tadi . Kita  tidak menyembahnya tapi  menyembah Allah . Allah berfirman :
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا
Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? [5]

Ibnu Hajar dalam kitab Talkhis berkata :
وَأَصَحُّ مَا وَرَدَ فِي ذَلِكَ مَا رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد مِنْ طَرِيقِ أَبِي صَخْرٍ حُمَيْدِ بْنِ زِيَادٍ ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا : { مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ }
Paling sahih  dalam hal tersebut adalah hadis riwayat Ahmad dan Abu dawud  dari jalan Abu  Shakhr – Humaid bin Ziyad …………..[6]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sungguhpun di katakan sahih , tapi ini kekeliruan yang nyata dan menyesatkan . Buktinya sanadnya  sama . Dan Ibnu Hajar sendiri yang menyatakan Humaid bin Ziyad adalah sering keliru  dalam menyampaikan hadis. Barang kali ini kekeliruannya  . Apalagi bertentangan dengan ayat al Quran . Apakah nabi – nabi dulu juga begitu , rohnya di kembalikan untuk menjawab salam dari umatnya . Dan apakah kita yang di kubur lalu menjawab salam dan roh kita di kembalikan ke tubuh kita . Dalilnya dari al quran tidak ada , Apalagi menurut para ulama perawi- perawinya ada yang cacat .


Ibnu Hajar  berkata lagi ; 
رِجَالُهُ ثِقَاتٌ
Perawi – perawinya terpercaya . [7]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Tidak tepat , bahkan Dzahabi sendiri tentang Humaid bin Ziyad menyatakan   masih hilaf . Dan Abu hatim juga melemahkan sebagian perawinya  , lalu imam Nasai mendukungnya .
Al bani menyatakan :
إِسْنَادُهُ صَحِيْحٌ
Sanadnya  sahih [8]
Al Iraqi menyatakan :
أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ .
HR Abu Dawud dari hadis Abu Hurairah  dengan sanad yang baik . [9]

Komentarku ( Mahrus ali ):
Di katakan sahih  itu membingungkan, bila kita  belum mengkaji sanadnya . Tapi bila sudah , maka tenang saja dan kita katakan bahwa sebagian sanadnya cacat sebagaimana kita terangkan dulu , rujuklah ke sana  bila  ingin tahu kebenaran .

Dalam ww.ahlalhdeeth.com Abu Abdillah al utaibi menyatakan :

بَلْ عِلَّةُ هَذَا الْحَدِيْثِ هُوَ أَبُو صَخْرٍ حُمَيْدٌ بْنُ زِيَادٍ حَيْثُ تََفَرَّدَ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُسَيْطٍ مَا لَمْ يَرْوِهِ الثِّقَاتُ مِنْ كِبَارِ تَلاَمِذِةِ يَزِيْدَ

Cacat dalam hadis  ( Roh Rasulullah SAW  di kembalikan  setelah meninggal dunia ) adalah Abu Shakhr – Humaid bin Ziyad yang meriwayatkan secara  sendirian   dari Yazid bin Abdillah bin Qusaith – sesuatu yang  tidak di riwayatkan oleh murid – murid  Yazid yang besar – besar dan terpercaya .

وَهُمْ مَالِكٌ بْنُ أَنَسٍ - وَيَزِيْدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنُ خَصِيْفَةَ وَابْنُ أَبِي ذِئْبٍ مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدٍ الرَّحْمَنِ وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ . بِلْ أَبوُ صَخْرٍ أَقَلُّ مَا قِيْلَ فِيْهِ أَنَّهُ صَدُوْقٌ يَهِمُ وَمِثْلُهُ لاَ يَأْمَنُ مِنْهُ الْغَلَطُ وَالْوَهْمُ وَيُخْشَى مِنْهُ كَما فِي هَذَا الْحَدِيْثِ ،
Mereka adalah Malik bin Anas , Yazid bin Abdillah bin Khashifah , Ibnu Abi Dzuaib , Muhammad bin Abd Rahman , Laits bin Sa`d . Bahkan  paling mudah bisa di katakan untuknya adalah  dia perawi yang selalu berkata benar dan dan kadang keliru .
Orang yang seperti dia itu mungkin sekali keliru dan  hal ini yang di takutkan sebagaimana dalam hadis di atas .

ِلتَفَرُّدِهِ بِهَذَا الْحَدِيْثِ عَنْ أَكْبَارِ الثِّقَاتِ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُسَيْطٍ . وَاللهُ أَعْلَمُ . أَرْجُوا ْالِإفَادَةَ ؟
Karena  Abu Shakhr  sendiri yang meriwayatkan hadis , pada  hal murid – murid yang besar dan terpercaya  tidak meriwayatkannya   dari Yazid bin Abdillah bin  Qusait .
Wallahu a`lam , aku mohon jawaban ? . [10]

Komentarku ( Mahrus ali ):
Sebetulnya jawabannya itu mudah karena hadis tsb jelas cacat secara  sanadnya , maka  untuk apakah kita masih mempersoalkan  sesuatu yang jelas harus di abaikan  karena lemah tadi .  Kadang hadis lemah itu   di buat orang – orang yang sesat untuk minta tolong kepada Nabi SAW , minta perlindungan , minta sesuatu padanya lalu terus memfokuskan diri untuk ingat pada Rasulullah SAW  dan minta padanya  lalu merasakan beberapa kemenangan dan kesuksesan lalu di teruskan permintaannya pada  Rasulullah SAW  dan bila di ingatkan akan bilang :" Kamu masih belum merasakan apa yang ku rasakan . Bila kamu mengalaminya  kamu akan ikut saya .
Bila kamu mengalaminya , kamu akan tidak memberi peringatan kepada saya  dan kamulah yang perlu diingatkan" . Disinilah setan tak tinggal diam dan kesempatan  ini  setan gunakan untuk menyesatkan dia dan orang lain .
Orang tsb akan mengajak teman lain sebagai mangsanya .Orang yang asalnya lurus akan ikut karena tertarik berbagai keistimewaan  yang di peroleh. Tepatlah firmanNya :
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.( Fathir 8 ) .




[1] al adzkar lin nawawi 1/115
[2] Mausuah ruwatil hadis  7741
[3] Mausuah ruwatil hadis 1546
[4] Zumar 23
[5] Annisa` 122

[6] Talkhis 357/3
[7] Fathul bari  6/488
[8] Riyadhus shalihin  1/405
[9] Takhrij Ahadisil ihya 3/13
[10] http://www.ahlalhdeeth.com/
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan