Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Abdul Mun’im DZ mengatakan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah gerakan intelektual muda. Organisasi ini memiliki peran strategis untuk NU dan Indonesia di masa yang akan datang.
Menurut Mun’im, PMII telah berperan dalam kaderisasi NU. Hal itu terbukti ketika masa rezim Orde Baru, “Ketika kaderisasi NU mandeg, PMII terus berjalan. Kemudian sekarang terlihat, PMII mewarnai NU di semua tingkatan,” katanya di gedung PBNU, Rabu (17/4).
Dulu, PMII menghadapi Orde Baru, sekarang yang dihadapi adalah globalisasi, baik dari pemikiran, ekonomi, dan agama. Dalam pemikiran dan gerakan, PMII jangan mengikuti yang liberal dan radikal. Justru harus dihadapi.
Wasekjen PBNU yang pernah aktif di PMII Yogyakarta tahun 1985 ini mengatakan, cara menghadapi kedua kubu itu, PMII harus berpegang kepada ideologi NU, yaitu Pancasila dan Islam Ahlussunah wal-Jamaah.
Sementara dalam bergerak, PMII juga harus berpegang sebagaimana NU. Runtutannya melalui risalah (berpikir), musyawarah (digodok), istikharah (bertanya kepada kiai atau langsung kepada Allah). Kemudian bergerak, berjuang untuk masyarakat.
“Kritik saya kepada gerakan PMII sekarang adalah lebih banyak menggunakan paradigma luar PMII, padahal di NU sudah menyediakannya,” pungkasnya.
Penulis: Abdullah Alawi
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Abdul Mun’im DZ mengatakan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah gerakan intelektual muda. Organisasi ini memiliki peran strategis untuk NU dan Indonesia di masa yang akan datang.
Menurut Mun’im, PMII telah berperan dalam kaderisasi NU. Hal itu terbukti ketika masa rezim Orde Baru, “Ketika kaderisasi NU mandeg, PMII terus berjalan. Kemudian sekarang terlihat, PMII mewarnai NU di semua tingkatan,” katanya di gedung PBNU, Rabu (17/4).
Dulu, PMII menghadapi Orde Baru, sekarang yang dihadapi adalah globalisasi, baik dari pemikiran, ekonomi, dan agama. Dalam pemikiran dan gerakan, PMII jangan mengikuti yang liberal dan radikal. Justru harus dihadapi.
Wasekjen PBNU yang pernah aktif di PMII Yogyakarta tahun 1985 ini mengatakan, cara menghadapi kedua kubu itu, PMII harus berpegang kepada ideologi NU, yaitu Pancasila dan Islam Ahlussunah wal-Jamaah.
Sementara dalam bergerak, PMII juga harus berpegang sebagaimana NU. Runtutannya melalui risalah (berpikir), musyawarah (digodok), istikharah (bertanya kepada kiai atau langsung kepada Allah). Kemudian bergerak, berjuang untuk masyarakat.
“Kritik saya kepada gerakan PMII sekarang adalah lebih banyak menggunakan paradigma luar PMII, padahal di NU sudah menyediakannya,” pungkasnya.
Penulis: Abdullah Alawi
Komentarku ( Mahrus
ali):
Sepengetahuanku : Mendukung
pancasila sebagai landasan negara ber arti mendukung negara ini menggunakan
hukum Thaghut dan membuang hukum Allah. Ini sama dengan mendukung kekufuran
anti iman. Orang beriman kepada kebenaran Al Quran lalu di injak dan menjunjung
hukum Thaghut. Muslim harus kufur dengan thaghut dan iman pada Allah. Lihat ayatnya:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ
الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ(256)
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Al Baqarah 256.
Pengalaman kita dengan hukum
Thaghut menjadikan pajak menjadi beban yang berat bagi rakyat , lalu
penggunaannya ke arah keharaman, banyak koruptor, ekonomi merosot, banyak penganiayaan,
kekerasan dan pembunuhan. Sudah tentu hukum negara saat ini perlu di ganti
dengan hukum Allah untuk kesejahtraan rakyat dan kebaikan aparatnya..Inilah pengetahuan
saya yang saya sumbangkan untuk kebaikan bersama.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan