Kata
pengantar:
Terkadang
penyampai kebenaran itu dikatakan gila, perlu
di ruqyah, nyeleneh. Hal ini mirip dengan perkataan orang – orang kafir kepada
nabinya yang menyampaikan kebenaran yang beda
dengan ajaran kaumnya. Saya ingat ayat sbb:
أَمْ
يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ
كَارِهُونَ
Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya
(Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran
kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. Almukminun 70
وَإِنْ تُطِعْ
أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ
إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخَرُصُون
Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
[1] Al
an`am 166
Ustadz Tommi Marsetio menulis:
4. 'Abdullaah bin Diinaar, melalui jalur Rabii'ah bin Farruukh (beliau adalah Rabii'ah Ar-Ra'yi, guru Al-Imam Maalik) dengan redaksi matan :
4. 'Abdullaah bin Diinaar, melalui jalur Rabii'ah bin Farruukh (beliau adalah Rabii'ah Ar-Ra'yi, guru Al-Imam Maalik) dengan redaksi matan :
قَالَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَأَنَا عِنْدَ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
فَسِرْنَا فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ
أَمْسَى قُلْنَا الصَّلَاةُ فَسَارَ
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ وَتَصَوَّبَتْ
النُّجُومُ ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
فَصَلَّى الصَّلَاتَيْنِ جَمِيعًا ثُمَّ
قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ صَلَّى
صَلَاتِي هَذِهِ يَقُولُ يَجْمَعُ
بَيْنَهُمَا بَعْدَ لَيْلٍ
('Abdullaah bin Diinar) berkata, "Matahari akan
terbenam sementara aku berada di sisi 'Abdullaah bin 'Umar, maka berangkatlah
kami. Tatkala kami melihat matahari telah tenggelam, kami katakan,
"Shalat!" namun Ibnu 'Umar tetap meneruskan perjalanannya hingga
senja telah menghilang dan muncullah bintang-bintang. Kemudian Ibnu 'Umar
singgah dan shalat dengan menjamak kedua shalat tersebut (yaitu Maghrib dan
'Isyaa') dan ia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wasallam jika mengalami kesulitan dalam perjalanan, beliau shalat
seperti shalatku ini," perawi mengatakan, "Dengan menjamak keduanya
setelah malam tiba."
[Sunan Abu Daawud no. 1217]
[Sunan Abu Daawud no. 1217]
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahannya keliru :
غَابَتْ الشَّمْسُ
Terjemahan Ustadz Tommi Marsetio:
"Matahari akan terbenam
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Matahari telah menghilang / tidak tampak ( mungkin
karena tertutup awan atau lainnya ).
Ghobat itu fi`il madhi , mengapa di artika oleh Ustadz
Tommi
Marsetio
dengan kalimat : "Matahari akan terbenam".
Bukan telah tapi beliau
menggunakan kalimat akan yang biasanya
untuk fi`il mudhari`.
Ghobat itu
artinya matahari tidak kelihatan atau
menghilang, jangan di artikan terbenam.
فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ أَمْسَى
Beliau
menterjemahkan: Tatkala
kami melihat matahari telah tenggelam
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Tatkala kami melihat Ibnu Umar berhenti ( tidak
meneruskan perjalanan ) .
Kalimat " hu " dia , maksudnya adalah Ibnu Umar , karena
kalimat " hu " itu mudzakkar –
untuk lelaki. Tapi Ustadz Tommi Marsetio
kalimat "hu " di rujukkan kepada matahari – atau di pahami untuk
matahari yang muannas majazi . Lihat kalimat
dalam hadis Ghobat syamsu . Ber
arti Syamsu disini muannas majazi.
أَمْسَى فلانٌ
: مَسَا
Fulan berhenti / tidak meneruskan perjalanan.
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ
Terjemahan menurut Ustadz
Tommi
Marsetio:
hingga senja telah menghilang
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Hingga sinar merah matahari telah menghilang.
Bahasa arabnya senja
itu waktul maghribi atau al maghribu atau atamah.
ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
Terjemahan menurut Ustadz
Tommi
Marsetio
Kemudian Ibnu 'Umar singgah
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Kemudian sesungguhnya Ibnu Umar turun ( dari
kendaraannya ).
ثُمَّ قَالَ
dan ia berkata
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Kemudian beliau berkata:
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Terjemahan menurut Ustadz
Tommi
Marsetio
jika mengalami kesulitan dalam perjalanan
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan itu keliru dan yang benar:
Bila beliau tergesa – gesa dalam perjalanan ( karena
ada kepentingan yang serius ).
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Terjemahan yang tepat hadis di atas sbb:
قَالَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَأَنَا عِنْدَ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
فَسِرْنَا فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ قَدْ
أَمْسَى قُلْنَا الصَّلَاةُ فَسَارَ
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ وَتَصَوَّبَتْ
النُّجُومُ ثُمَّ إِنَّهُ نَزَلَ
فَصَلَّى الصَّلَاتَيْنِ جَمِيعًا ثُمَّ
قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ صَلَّى
صَلَاتِي هَذِهِ يَقُولُ يَجْمَعُ
بَيْنَهُمَا بَعْدَ لَيْلٍ
Beliau berkata: Matahari telah menghilang / tidak
tampak ( mungkin karena tertutup awan atau lainnya ). Dan aku disisi
Abdullahbin Umar. Lalu kami tetap melakukan perjalanan. Tatkala kami melihat
Ibnu Umar berhenti ( tidak meneruskan perjalanan )
Kami berkata: "Salat" ( maksudnya marilah kita salat ). Hingga sinar merah
matahari telah menghilang dan bintang – bintang turun ( tampak sinarnya ).
Kemudian sesungguhnya Ibnu Umar turun ( dari kendaraannya ). Lalu menjalankan
dua salat ( Maghrib dan Isya` ) dengan di jamak. Kemudian belau berkata:
Aku melihat Rasul SAW bila beliau tergesa – gesa dalam perjalanan ( karena ada
kepentingan yang serius ). Beliau melakukan salat sebagaimana aku ini , ya`ni
beliau berkata : Menjamak dua salat
setelah malam tiba.
Dalam kitab " syarah Abu Dawud karya al aini
" terdapat keterangan sbb:
شرح أبي داود للعيني -
(ج 5 / ص 84)
(2)
تفرد به أبو داود.
Hanya Abu Dawud yang meriwayatkannya. ( dengan
redaksi seperti itu ).
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Sayang hadis itu di gunakan dalil untuk
memperbolehkan jamak taqdim dan ta`khir pada setiap berpergian. Pada hal , itu
sekedar perbuatan IbnuUmar, bukan perbuatan Nabi
SAW sebagaimana kemarin dikatakan oleh Imam Thahawi sbb:
قال الطحاوي : حديث ابن عمر إنما فيه
الجمع بعد مغيب الشفق من فعله ،
وذكر عن النبي - صلى الله عليه وسلم -
أنه جمع بين الصلاتين ، ولم يذكر كيف
كان جمعه ؛ هذا إنما فيه التأخير من فعل
ابن عمر لا فيما رواه عن النبي - صلى
الله عليه وسلم
Imam
Thahawi mengatakan: Hadis Ibn Umar itu
menjelaskan bahwa Ibnu Umar menjama` setelah sinar merah matahari hilang
hanyalah dari perbuatannya. Beliau menyebutkan
bahwa Nabi SAW juga menjalankan
salat jamak antara dua salat. Beliau
tidak menyebutkan bagaimana cara
Nabi SAWmenjamaknya. Jadi jamak ta`khir
ini hanyalah dari perbuatan Ibnu Umar
bukan apa yang di riwayatkannya
dari Nabi SAW مجلة المنار - (ج 27 / ص
513)
Ali ra berkata :
مَا كُنْتُ لِأَدَعَ سُنَّةَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقَوْلِ أَحَدٍ *
Aku tidak akan meninggalkan sunah Nabi S.A.W.
karena perkataan orang “. [1]
Imam
Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ
وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia , terkadang pendapatku benar , di lain waktu kadang
salah . Karena itu , cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis
Rasulullah .
Bandingkan dengan hadis riwayat Daroquthni yang menyatakan bahwa saat
itu Ibnu Umar menjalankan salat Maghrib dan Isya` tepat waktunya bukan di jamak
taqdim atau ta`khir.
سنن الدارقطني - (ج 4 / ص 130)
- حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَجَرِيرُ بْنُ
عَبْدِ الْحَمِيدِ وَاللَّفْظُ لِوَكِيعٍ عَنِ الْفُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ
نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ اسْتُصْرِخَ عَلَى صَفِيَّةَ وَهُوَ فِى سَفَرٍ
فَسَارَ حَتَّى إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ قِيلَ لَهُ الصَّلاَةَ فَسَارَ حَتَّى
إِذَا كَادَ يَغِيبُ الشَّفَقُ نَزَلَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ انْتَظَرَ
حَتَّى غَابَ الشَّفَقُ صَلَّى الْعِشَاءَ ثُمَّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- إِذَا نَابَتْهُ حَاجَةٌ صَنَعَ هَكَذَا.
…………..,Dari Ibnu Umar ra berkata: Ada informasi bahwa
Shafiyah ( istrinya ) meninggal dunia dan beliau berada dalam perjalanan. Lalu
beliau kembali ( ke Medinah , sebab saat
itu beliau di Mekkah ) hingga matahari tiada tampak. Di katakan kepadanya :
Salat "
Beliau masih tetap melanjutkan
perjalanan, hingga sinar merah
hampir lenyap, beliau turun, lalu
menjalankan salat Maghrib, lalu menanti ( masuknya waktu Isya` ) hingga sinar lenyap,
lalu beliau menjalankan salat Isya` ,
lalu berkata: Rasul SAW bila ada kebutuhan yang sangat, menjalankan sedemikian
ini. Hadis sahih riwayat Daroquthni .
Jadi saat itu, Ibnu Umar bukan
melakukan jamak taqdim atau ta`khir tapi
jamak suri – meng akhirkan salat maghrib
di akhir waktunya dan salat Isya` di awal waktunya. Dalam
kitab Faidhul bari
– syarah Bukhari 232/ 3 di katakan:
فيض
الباري شرح البخاري - (ج 3 / ص 232)
الصواب
عندي أنه واقعةٌ واحدة، وهي على وجهها عند أبي داود وفيه: «حتى إذا كان قبل غيوب
الشفق نَزَل فَصلَّى المغربَ، ثم انتظر حتى غاب الشَّفَقُ فَصَلَّى العشاءَ،
Yang benar menurutku adalah sekali
kejadian yang cocok dengan keterangan
hadis menurut Abu Dawud . Ada
keterangan di dalamnya sbb: hingga ketika
menjelang terbenamnya matahari, beliau turun dari kendaraan, lalu
menjalankan salat Maghrib. Kemudian beliau menanti hingga sinar merah di awan lenyap, lalu menjalankan
salat Isya`. ( Jamak suri ) .
ولم
يُرَ ابنُ عمرَ رضي الله تعالى عنه جَمَع بينهما إلا تلك الليلة، يعني ليلة
اسْتُصْرِخَ على صفيةَ رضي الله تعالى عنها. وعن مكحول عن نافع أَنَّ ابنَ عمرَ
رضي الله تعالى عنه فَعَل ذلك مرةً أو مرتين - بالشَّكِ .
Tiada kelihatan Ibnu Umar melakukan
jamak salat maghrib dan Isya` kecuali pada malam itu yaitu malam ada informasi kematian Shofiyah
ra .
Dan dari Makhul dari Nafi` ,
sesungguhnya Ibnu Umar menjalankan jamak itu sekali atau dua kali ……….. masih ragu ( antara sekali atau dua
kali ).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Di saat Ibnu Umar sendiri
menjalankan jamak suri itu sekali atau dua kali selama hidupnya, tapi kita ini
malah menjalankan jamak takdim dan ta`khir beberapa kali, bahkan tiap kali kita
pergi. Ini jelas keliru dan tidak benar, menyalahi tuntunan dan cocok dengan
tontonan. Ingin cocok dengan hadis, tinggalkan jamak taqdim atau ta`khir dan
lakukan salat tepat waktu dalam
berpergian atau di rumah. Hurmatilah ayat :
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
"Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman." [QS An-Nisaa' : 103]
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 141)
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً بِغَيْرِ مِيقَاتِهَا إِلَّا صَلَاتَيْنِ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَّى الْفَجْرَ قَبْلَ مِيقَاتِهَا
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي عُمَارَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً بِغَيْرِ مِيقَاتِهَا إِلَّا صَلَاتَيْنِ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَّى الْفَجْرَ قَبْلَ مِيقَاتِهَا
………..,
dari Abdullah ra berkata:
Aku tidak melihat Nabi SAW
menjalankan salat di luar waktunya
kecuali dua salat yang di jamak antara Maghrib dan Isya` . Dan beliau
menjalankan salat fajar sebelum waktunya.
HR Bukhari 141/6
Komentarku
( Mahrus ali ): Hadis tsb muttafaq alaih, Jadi menurut Abdullah bin
Mas`ud Rasul tidak pernah melakukan jamak di perjalanan dan dirumah kecuali di Muzdalifah itu. Ini jelas
bertentangan dengan hadis Ibnu Umar tadi .
Saya pilih ini saja yang tidak bertentangan dengan al Quran dari pada
memilih jamak salat lalu saya buang ayat. Dan saya termasuk inkarul ayat.
أَخْبَرَنَا
عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شُمَيْلٍ قَالَ
حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ قَارَوَنْدَا قَالَ
سَأَلْنَا سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
عَنْ الصَّلَاة فِي السِّفْر فَقُلْنَا أَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يَجْمَعُ بَيْنَ
شَيْءٍ مِنْ الصَّلَوَاتِ فِي السَّفَرِ فَقَالَ لَا إِلَّا بِجَمْعٍ
Telah mengabarkan kepada kami 'Abdah
bin Abdurrahim dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syumail dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Qarawanda, dia berkata;
"Aku bertanya kepada Salim bin Abdullah, "Apakah ayahmu (Abdullah)
menjama' antara dua shalat dalam perjalanan? ' la menjawab, 'Tidak kecuali di
Muzdalifah'. HADIST
NO – 593/ KITAB NASA'I
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Hadis tsb hasan kata al bani . Ada terusannya yang menceritakan kisah di
atas.
Ibnu Umar sendiri ternyata tidak pernah melakukan salat jamak kecuali di
Muzdalifah ketika berhaji sebagaimaa
keterangan dari anaknya .
Hadis tsb di riwayatkan oleh Bukhari dengan redaksi yang berbeda sbb:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ
الزُّهْرِيَّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ إِذَا جَدَّ بِهِ
السَّيْرُ
Telah menceritakan kepada kami 'Ali
bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, Aku
mendengar Az Zuhriy dari Salim dari bapaknya berkata: "Nabi shallallahu
'alaihi wasallam pernah menggabungkan (menjama') shalat Maghrib dan shalat 'Isya'
bila tergesa-gesa dalam perjalanan karena ada kepentingan yang serius". HADIST
NO - 1041 KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus ali ):
Realitanya tidak ada kecuali di
Muzdalifah ketika haji sebagaimana di kaakan oleh Thahawi
حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
بِطَرِيقِ
مَكَّةَ فَبَلَغَهُ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ أَبِي عُبَيْدٍ شِدَّةُ وَجَعٍ
فَأَسْرَعَ السَّيْرَ حَتَّى كَانَ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّفَقِ نَزَلَ فَصَلَّى
الْمَغْرِبَ وَالْعَتَمَةَ جَمَعَ بَيْنَهُمَا ثُمَّ قَالَ إِنِّي رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ أَخَّرَ
الْمَغْرِبَ وَجَمَعَ بَيْنَهُمَا
Telah menceritakan kepada kami Sa'id
bin Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah
mengabarkan kepada saya Zaid bin Aslam dari bapaknya berkata; Aku pernah
bersama 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu pada suatu jalan di kota Makkah. Lalu sampai
berita kepadanya bahwa Shafiyyah binti Abu 'Ubaid sedang menderita sakit. Maka
dia mempercepat jalannya hingga sinar merah dilangit telah hilang, dia berhenti dan
melaksanakan shalat Maghrib dan 'Isya' dengan dijama'
(menggabungkan keduanya), kemudian
dia berkata: "Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila
perjalanannya tergesa-gesa Beliau
mengakhirkan shalat Maghrib lalu menggabungkannya dengan keduanya (dengan
shalat 'Isya') ". HADIST NO - 1678 KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus ali ):
Beda sangat dengan hadis sahih
riwayat Daroquthni yang menyatakan , salat maghribnya dilakukan sebelum sinar merah dilangit hilang. Dan
salat Isya`nya di lakukan setelahnya. Tapi
riwayat Bukhari ini jamak di lakukan setelah sinar merah dilangit
lenyap. Jadi terjadi kacau redaksi hadisnya yang menandakan kelemahannya.
خْبَرَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْعَطَّافُ عَنْ نَافِعٍ قَالَ
أَقْبَلْنَا
مَعَ ابْنِ عُمَرَ مِنْ مَكَّةَ فَلَمَّا كَانَ تِلْكَ اللَّيْلَةُ سَارَ بِنَا
حَتَّى أَمْسَيْنَا فَظَنَنَّا أَنَّهُ نَسِيَ الصَّلَاةَ فَقُلْنَا لَهُ
الصَّلَاةَ فَسَكَتَ وَسَارَ حَتَّى كَادَ الشَّفَقُ أَنْ يَغِيبَ ثُمَّ نَزَلَ
فَصَلَّى وَغَابَ الشَّفَقُ فَصَلَّى الْعِشَاءَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ
هَكَذَا كُنَّا نَصْنَعُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ
Telah mengabarkan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Al Athaf dari Nafi', dia
berkata, "Kami datang dari Makkah bersama Ibnu Umar, malam itu kami berjalan
hingga kami berhenti dan kami menyangka
bahwa beliau telah lupa shalat, maka kami berkata, 'Shalat dulu'. Namun beliau
diam saja dan terus berjalan hingga sinar merah hampir lenyap. Kemudian kami
turun dari kendaraan lalu shalat (
Maghrib ), dan hilanglah sinar merah tersebut. Kemudian shalat Isya dan setelah
selesai ia menghadap kepada kami sambil berkata, 'Beginilah kami dahulu berbuat
bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bila sedang tergesa-gesa dalam
perjalanan'." HADIST NO – 592/ KITAB
NASA'I.
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Hadis sahih kata al bani dalam kitab sahih
wa dhoif sunan Nasai :
صحيح وضعيف سنن
النسائي - (ج 2 / ص 240)
تحقيق الألباني :
صحيح ، انظر ما قبله
( 595 )
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Dalam hadis itu jelas dan tidak samar lagi, salat
maghribnya di jalankan sebelum sinar merah dilangit hilang dan salat Isya`nya
dilakukan setelahnya. Jadi beda sekali
dengan riwayat Bukhari dan Abu
Dawud dalam salah satu
riwayatnya.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ يَحْيَى وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ وَمُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ جَمَعَ
بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَكَانَ فِي بَعْضِ حَدِيثِهِمَا إِلَى رُبُعِ
اللَّيْلِ أَخَّرَهُمَا جَمِيعًا
Telah menceritakan kepada kami
Abdurrazzaaq telah mengabarkan kepada kami Sufyaan dari Yahya dan Ubaidullah
bin Umar dan Musa bin Uqbah dari Naafi' dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu'alaihi
wasallam apabila perjalanannya tergesa – gesa , beliau menjama' antara Maghrib
dan 'Isyaa`. Kemudian pada sebagian hadits keduanya dengan redaksi -jika
bepergian sampai seperempat malam, beliau mengakhirkan maghrib dan isya.
HADIST NO – 5259/ KITAB AHMAD.
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Disini juga beda dengan riwayat Bukhari yang tiada kalimat sampai seper empat malam. Lihat hadisnya tadi
:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْتُ
الزُّهْرِيَّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ إِذَا جَدَّ بِهِ
السَّيْرُ
Telah menceritakan kepada kami 'Ali
bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, Aku
mendengar Az Zuhriy dari Salim dari bapaknya berkata: "Nabi shallallahu
'alaihi wasallam pernah menggabungkan (menjama') shalat Maghrib dan shalat 'Isya'
bila tergesa-gesa dalam perjalanan karena ada kepentingan yang serius".
HADIST NO - 1041 KITAB BUKHARI
Komentarku ( Mahrus
ali ):
Jadi hadis dengan redaksi kacau ini jelas sulit
dipilih mana yang benar dan mana yang salah. Ini menunjukkan kelemahannya. Kita
kembali saja kepada kaidah dalam
musthalah hadis :
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ
مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
المنتقى - شرح الموطأ - (ج 1 / ص 339)
وَقَالَ أَشْهَبُ أَحَبُّ إلَيَّ أَنْ
لَا يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي سَفَرٍ وَلَا حَضَرٍ إِلَّا
بِعَرَفَةَ
Asyhab
berkata: Aku lebih suka tidak melakukan jamak antara dhuhur dan Asar dalam perjalanan atau dirumah kecuali di
Arofah. Al Muntaqa 339/1
Jangan
melakukan jamak taqdim atau ta`khir dan memang tiada tuntunannya dari Rasul SAW.
Bersambung
…………………….bagi yang lain , insya Alloh masih menyusul jawabannya.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan