ابو
خنساء menulis lagi : ada lg riwayat yg dilemahkan oleh Ustadz Mahrus
yakni atsar Ibnu Umar yg mengisolasi ayam karena aspek jalalahnya
:ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻗﺎﻝ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮﻥ ﻋﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ : ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺒﺲ ﺍﻟﺪﺟﺎﺟﺔ ﺍﻟﺠﻼﻟﺔ ﺛﻼﺛﺎ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Sufyaan, dari ‘Amru bin Maimuun, dari Naafi', dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya ia mengurung ayam yang sering memakan kotoran selama tiga hari (sebelum disembelih)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, atsar ini dishahihkan sejumlah Ulama diantaranya pensyarah shahih Bukhari Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Asqalani, penulis tuhfatul ahwadziy yakni Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Al Mubarakfuriy, jg dihasankan Syaikh Albani) aspek kelemahannya adl Sufyan Ats Tsauri yg katanya mudallis. sbgmn diketahui beliau byk menolak perawi mudallis, bahkan yg dimasukkan dlm thabaqah pertama oleh Ibnu Hajar semisal Yahya bin Sa'Id (dlm pembahasan hadits innamal a'malu binniyat), dmn thabaqah yg pertama itu adl thabaqah perawi yg sangat jarang melakukan tadlis, shg rwayatnya oleh para muhadditsin(spt Imam Bukhari misalnya) diterima. nah dimanakah posisi Sufyan Ats Tsauri dst?
Komentarku
( Mahrus ali ):
Untuk
atsar Ibnu Umar mengurung Ayam bila ingin memakannya , maka harus kita bahas asal usulnya, tidak boleh kita
biarkan, lalu membikin keraguan orang orang yang sudah yakin. Kita harus
mengkajinya untuk menyakinkan kepada
orang yang ragu – ragu. Atsarnya
sbb:
7 مصنف عبد الرزاق - (ج 4 / ص 522)
8717 - عبد الرزاق عن عبد الله عن نافع
عن ابن عمر أنه كان يحبس الدجاجة ثلاثة إذا أراد أن يأكل بيضها.
8717……, Abd Razzaq
meriwayatkan dari Abdullah
dari Nafi` dari Ibnu Umar ,
sesungguhnya beliau mengurung Ayam
tiga hari, bila ingin makan telornya.
Sahih ,Musahnnaf Abd razzaq 522/4
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 576)
(7) حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع عن سفيان
عن عمرو بن ميمون عن نافع عن ابن عمر أنه كان يحبس الدجاجة الجلالة ثلاثا
bercerita
kepada kami Au bakar, lalu berkata : bercerita kepada kami Waki` dari Sofyan dari Amar bin Maimun dari Nafi` dari Ibnu Umar , bahwa beliau
mengurung Ayam yang suka makan kotoran tiga hari. Sahih
Komentarku
( Mahrus ali ):
Dalam
atsar ini ada tambahan " yang suka makan kotoran " di saat
di atsar yang pertama tadi tidak ada kalimat itu.
Ada juga pengurangan yaitu kalimat " bila ingin makan
telornya" Dan kalimat ini tidak ada di atsar yang pertama.
Muhammad Abd rahman bin Abd Rahim Al Mubarakfuri ,
lahir 1283 H. Wafat 1353 H.berkata:
dalam kitab Tuhfatul ahwadzi 32/5
تحفة الأحوذي - (ج 5 / ص 32)
وَقَدْ أَخْرَجَ اِبْنُ أَبِي شَيْبَةَ
بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنْ اِبْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَحْبِسُ الدَّجَاجَةَ
الْجَلَّالَةَ ثَلَاثًا
Sungguh Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad
yang sahih dari Ibnu Umar , sesungguhnya
beliau mengurung Ayam yang suka makan najis
tiga hari.
روضة المحدثين - (ج 5 / ص 220)
فتح الباري 648/9 )
** إسناده صحيح
Pentashihan itu juga didukung oleh Ibn Hajar dalam kitab Fathul bari
dengan mengatakan : Sanadnya sahih.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Atsar
yang sanadnya sahih, ada kemungkinan masih dikatakan lemah karena redaksinya
yang kacau belau
antara dua atsar yang sanadnya sahih
tsb. Masak atsar yang kacau belau artinya
masih diterima dan tidak ditolak , lalu digunakan untuk menghalalkan Ayam. Ini
kekeliruan yang tidak boleh terulang lagi, bukan kebenaran yang harus
dilakukan berkali – kali.
Penilaian sahih itu dari kedua ulama
itu hanya dari segi sanadnya.
Makanya keduanya hanya mengatakan
sanadnya sahih. Mereka tidak menyatakan
atsar tsb sahih.
Sebab
kesahihan atsar itu tidak hanya dilihat dari segi sanad belaka, tapi redaksi
atsar harus diperhitungkan juga.
Kita
kembali kepada pakem ilmu musthalah hadis sbb:
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ
مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ
اْلفَنِ
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Jadi atsar Ibnu Umar itu harus di tolak untuk
menghurmati ilmu dan tidak boleh diterima dengan kebodohan. Ia tidak boleh di buat landasan untuk menghalalkan Ayam,Bebek
dan Burung Dara. tapi anggap saja atsar itu tidak ada biar tidak membingungkan.
Yakinilah bahwa hewan yang bercakar adalah larangan yang berlaku sampai hari
kiamat dan tidak boleh dihalalkan pada akhir zaman.
Dan
ia hanya sekedar perbuatan Ibnu Umar yang tidak didukung oleh para sahabat. Bahkan mereka
tidak pernah makan Ayam. Kita ikuti saja mereka yang termasuk generasi
salaf terbaik, bukan masarakat sekarang yang banyak kekeliruan dan
kejelekannya.
Selain
itu ada cacat lagi yaitu tafarrudnya Nafi` sebagaimana masalah tafarrud ini telah kita bahas bersama dalam jawaban yang lalu . Kita kutipkan
sedikit dari padanya:
ذهب الخليلي إلى أن الحديث الذي تفرد به
الثقة: "يتوقف فيه، ولا يحتج به".4
Al
khalili menyatakan bahwa hadis yang
hanya seorang perawi terpercaya yang
meriwayatkannya di tahan dulu ( di inventarisir atau masih bimbang ) dan tidak
boleh di buat hujjah .
- الخليلي؛ الإرشاد: 176-177.
Lihat
al Irsyad karya al Khalili 176 – 177.
الكامل فى ضعفاء الرجال
رقم الحديث: 6616
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ
عَبْدِ الْعَزِيزِ الْمُوصِلِيُّ ، ثنا مَسْعُودُ بْنُ جُوَيْرِيَّةَ ، ثنا عُمَرُ
بْنُ أَيُّوبَ ، عَنْ غَالِبٍ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ
دَجَاجَةً أَمَرَ بِهَا فَرَبَطَتْ أَيَّامًا ثُمَّ يَأْكُلُهَا بَعْدَ ذَلِكَ "
…………….., dari Ghalib
dari Nafi` dari Ibnu Umar : Sesungguhnya
Rasul SAW bila mau makan Ayam , maka diperintahkan agar di ikat beberapa
hari lalu di makannya setelah itu. 6616
dalam kitab al kamil fi
dhu`afa` al rijal
Komentarku
( Mahrus ali ):
Cacatnya
hadis tsb karena sanadnya yang lemah yaitu ada perawi bernama Ghalib . Dia adalah bernama Ghalib bin Ubaidillah al jazri .
غالب بن عبيد الله الجزري
وقال يحيى بن معين ليس بثقة وقال
الدارقطني وغيره متروك
Yahya
bin Ma`in berkata : Dia tidak tsiqah –
tidak dipercaya
Daraquthni
dan lainnya berkata: Dia telah ditinggalkan ulama.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Biasanya hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang
ditinggalkan oleh ulama adalah palsu.
Untuk
hadis amal perbuatan terserah niatnya, boleh baca lagi disini:
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ
سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
2.46/52.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah
bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.. HR Bukhari
Muttafaq alaih
الْمُسْنَدُ الْجَامِعُ - (جَ 14 / صَ
52)
أَخْرَجَهُ الْحُمَيْدِيُّ (28) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَ"أَحْمَدُ"1/25(168) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَفِي 1/43(300) قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيْدُ .
أَخْرَجَهُ الْحُمَيْدِيُّ (28) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَ"أَحْمَدُ"1/25(168) قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ . وَفِي 1/43(300) قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيْدُ .
Dalam
Al musnadul jami` - (Juz 14 / hal 52) ada keterangan sbb :
Hadis
tsb diriwayatkan oleh Al-Humaidi (28) lalu mengatakan: Bercerita kepada kami Sufian. Dan "Ahmad" 1 / 25
(168) berkata: Bercerita kepada kami
Sufian. Dalam 1 / 43 (300) beliau berkata: Bercerita kepada kami Yazid .
وَ"الْبُخَارِيُّ"1/2(1)
قَالَ : حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ ، عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ
الْزُّبَيْرِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
. وَفِي 1/21(54) قَالَ : حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ . وَفِي 3/190(2529) قَالَ : حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ ، عَنْ سُفْيَانَ . وَفِي 5/72(3898) قَالَ
: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ ، هُوَ ابْنُ زَيْدٍ
Dan
"Bukhari" 1 / 2 (1) berkata: Bercerita kepada kami Humaidi, Abdallah ibn al-Zubair,
mengatakan: Bercerita kepada kami
Sufian. Dalam 1 / 21 (54) Bukhari mengatakan: Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah lalu berkata:
Bercerita kepada kami Malik. Dalam 3 /
190 (2529) Bukhari berkata: Bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir,
dari Sufyan. Dalam 5 / 72 (3898) beliau mengatakan: Bercerita pada kami
Musaddad, lalu berkata : Bercerita
kepada kami Hammad - anak Zaid.
. وَفِي
7/4(5070) قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ قَزَعَةَ ، حَدَّثَنَا مَالِكُ
. وَفِي 8/175(6689) قَالَ : حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَهَّابِ . وَفِي 9/29(6953) قَالَ : حَدَّثَنَا
أَبُوْ الْنُّعْمَانِ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ
Dan dalam 7/4/5070 , Bukhari berkata :
Bercerita kepada kami Yahya bin Qaza`ah
, lalu berkata : Bercerita kepada kami Malik . Dan dalam 8/170 ( 6689 )beliau mengatakan: Bercerita kepada kami Qutaybah bin Said, lalu
berkata : Bercerita kepada kami Abdul Wahab. Dalam 9 / 29 (6953) beliau
mengatakan: Bercerita kepada kami Abu al-Nu'man, lalu berkata : Bercerita kepada kami Hammad bin Zaid
. وَ"مُسْلِمٍ"6/48(4962) قَالَ
: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ
بْنِ قَعْنَبٍ ، حَدَّثَنَا مَالِكُ . وَفِي
(4963) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ ابْنُ
الْمُهَاجِرِ ، أَخْبَرَنَا الْلَّيْثُ (حَ) وَحَدَّثَنَا أَبُوْ
الرَّبِيْعِ الْعَتَكِيُّ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ (حَ)
وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابْنُ الْمُثَنَّىْ
، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ ، يَعْنِيْ الْثَّقَفِيُّ
.
Dan "Muslim" 6 / 48 (4962): berkata : Bercerita kepada kami Abdullah
bin Maslamah bin Qo`nab, lalu berkata :
Bercerita kepada kami Malik . Pada (4963) Muslim mengatakan: Bercerita
kepada kami Muhammad bin Rumhin bin Al
Muhajir , lalu Bercerita kepada kami Laits (Pindah sanad ) dan mengatakan kepada kami Abu Rabi` Al
ataki, lalu mengatakan kepada kami Hammad bin Zaid (Pindah sanad )
Bercerita
kepada kami Muhammad Ibnu Mutsanna, lalu mengatakan kepada kami Abdul -Wahab,
berarti Tsaqafi (Pindah sanad )
(حَ)
وَحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ، أَخْبَرَنَا أَبُوْ خَالِدٍ
الْأَحْمَرُ ، سُلَيْمَانُ بْنُ حَيَّانَ (حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا حَفْصُ ، يَعْنِيْ
ابْنَ غِيَاثٍ ، وَيَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ
dan
mengatakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, lalu memberitahukan kepada kami Abu
Khalid Al ahmar , Sulaiman bin Hayyan (Pindah sanad ) dan menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdullah bin Numair, lalu berkata : Bercerita
kepada kami Hafsh, maksudku, Ibnu
Ghias, dan Yazid bin Harun
(حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْعَلاَءِ الْهَمْدَانِيُّ ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ
(حَ) وَحَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
. وَ"أَبُوْ دَاوُدَ"2201 قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ
، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ .
(Pindah
sanad ) Bercerita kepada kami Muhammad
Al ala` al-Hamdani,
lalu berkata : Bercerita kepada kami
Ibnul Mubarak (Pindah sanad ) Bercerita kepada kami Ibnu Abu Umar, lalu berkata : Bercerita kepada kami
Sufian . Dan "Abu Dawud" 2201 berkata: Bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir , lalu
berkata : Bercerita kepada kami Sufyan .
وَ"ابْنُ مَاجَةَ"4227 قَالَ : حَدَّثَنَا
أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ
(حَ) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ ، أَنْبَأَنَا الْلَّيْثُ
بْنُ سَعْدٍ . وَ"الْتِّرْمِذِيُّ"1647 قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّىْ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الْثَّقَفِيُّ
.
Dan
"Ibnu Majah," berkata 4227: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi
Shaybah, lalu mengatakan kepada kami Yazod anak Harun (Pindah sanad ) Bercerita kepada kami Muhammad bin Rumhin, memberitahu kepada kami
Al-Laits bin Saad. Dan "al-Tirmidzi," berkata 1647: Bercerita kepada
kami Mutsanna , lalu berkata : Bercerita
kepada kami Abd Wahhab ats
tsaqafi
وَ"الْنَّسَائِيُّ"1/58 ،
وَفِي "الكُبْرَى "78 قَالَ : أَخْبَرَنَا
يَحْيَى بْنُ حَبِيْبِ بْنِ عَرَبِيٍّ ،
عَنْ حَمَّادِ (حَ) وَأَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
مَنْصُوْرٍ ، قَالَ : أَنْبَأَنَا عَبْدُ الْلَّهِ
بْنُ الْمُبَارَكِ . وَفِي 1/58 وَ6/158 ،
Dan
"Nasa`I " 1 / 58, dan dalam " Sunan al kubro " 78
beliau berkata : Bercerita kepada kami
Yahya bin Habib bin Arabi, dari Hammad (Pindah sanad ) dan
Sulaiman bin Mansour mengatakan kepada kami, katanya, mengatakan kepada
kami Abdullah bin Al-Mubarak. Dalam 1 / 58 dan 6 / 158,
وَفِي "الكُبْرَى
"5601 قَالَ : الْحَارِثُ بْنُ مِسْكِيْنٍ ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ
وَأَنَا أَسْمَعُ ، عَنْ ابْنِ الْقَاسِمِ ، قَالَ : أَخْبَرَنِيْ مَالِكٌ
. وَفِي 6/158 ، وَفِي "الكُبْرَى "5601 قَالَ :
أَخْبَرَنَا عَمْرُوْ بْنُ مَنْصُوْرٍ ،
dan
dalam “ Sunan kubro “ 5601Nasai berkata
: Al-Harits bin Miskin, membacanya dan
saya mendengar, dari anak Qasim yang
mengatakan: Bercerita kepada kami Malik . Dalam 6 / 158, dan dalam “
Sunan kubro “ 5601 Nasai berkata: Bercerita kepada kami Amr bin al-Mansur,
قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ
بْنُ مَسْلَمَةَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مَالِكُ
. وَفِي 7/13 ، وَفِي "الكُبْرَى
"4717 قَالَ : أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ، قَالَ
: أَنْبَأَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَيَّانَ .
Lalu
mengatakan: Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah yang berkata: Bercerita kepada kami Malik . Dalam
7 / 13, dan dalam “ Sunan kubro “ 4717 Nasai berkata: Ishaq bin Ibrahim
memberitahu kepada kami, katanya, Memberitahu
kepada kami Sulaiman bin Hayyan.
وَفِي "الكُبْرَى " )تُحْفَةِ
الْأَشْرَافِ) (10612) عَنْ سُوَيْدِ بْنِ نَصْرٍ ، عَنْ ابْنٍ الْمُبَارَكِ
. وَ"ابْنُ خُزَيْمَةَ"142 وَ455 قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيْبِ بْنِ
عَرَبِيٍّ الْحَارِثِيِّ ، وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الْضَّبِّيُّ
، قَالاَ : حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ .
Dalam
“Sunan kubro “ ( Tuhfatul asyraf ) (10
612) dari Swaidi Bin Nasr, dari Ibnu Al-Mubarak. Dan " Ibnu
Khuzaymah" 142 dan 455, berkata: Habib Bin
Yahya Ibnu Arabi Al Haritsi, Ahmad Bin
Abdah ad dhobi , mereka berkata: Bercerita kepada kami Hammad bin Zaid.
وَفِي (143) قَالَ
: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيْدِ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ
، يَعْنِيْ ابْنَ عَبْدِ الْمَجِيْدِ الْثَّقَفِيِّ.
Dalam
(143) Ibnu Khuzaimah berkata:
Bercerita kepada kami Muhammad bin
al-Walid, lalu mengatakan , bercerita kepada kami Abdul –Wahhab ya`ni Ibn Abd
Al-Majid Ats Tsaqafi.
عَشْرَتُهُمْ (سُفْيَانُ بْنُ
عُيَيْنَةَ ، وَيَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ ، وَمَالِكُ
، وَسُفْيَانُ الْثَّوْرِيُّ ، وَحَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ ، وَعَبْدُ
الْوَهَّابِ ، وَاللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ ، وَأَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ
، وَحَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ ، وَعَبْدُ الْلَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ)
عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ
الْأَنْصَارِيِّ ، أَخْبَرَنِيْ مُحَمَّدُ
بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْحَارِثِ الْتَّيْمِيِّ ، أَنَّهُ سَمِعَ
عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ الْلَّيْثِيَّ يَقُوْلُ ، فَذَكَرَهُ.
Sepuluh perawi tsb (Sufyan bin Uyainah, Yazid bin Harun, Malik, Sufyan Ats tsaury , Hammad bin Zaid , 'Abd al-Wahhab, al-Laits
bin Sa'ad, Abu Khaled Al ahmar, Hafsh bin Ghias, dan Abdullah bin Mubarak) dari
Yahya ibn Said al-Anshari yang memberitahu
kepada saya Muhammad bin Ibrahim bin Taymi Harits, bahwa ia mendengar
Alqamah bin Waqas Laitsi mengatakan, ia menyebutkan hadis tsb .
Komentarku
( Mahrus ali ):
Di riwayatkan oleh siapapun , hadis Innamal
a`malu binniyat adalah dari satu orang yaitu Yahya bin Sa`id al anshari tidak
ada perawi lain yang meriwayatkannya . Jadi banyak sahabat yang tidak tahu atau
tidak kenal hadis tsb.Bahkan dimasa tabiin, hadis tsb tida populer, hanya
seorang yang tahu. Lalu siapakah Yahya bin Said al anshari ini .
Dia adalah
tingkatan 5 dari yunior tabiin ,
wafat 144 . Jadi hadis amal perbuatan
terserah niatnya itu di masa
shigharut tabi`in masih belum di kenal. Mulai masa sahabat, hadis itu tidak dikenal kecuali
satu orang dan sampai di masa tabiin juga masih tidak dikenal. Dan ini adalah
tanda kelemahannya menurut pakar
hadis yang dulu bukan ahli hadis sekarang.
1- كراهية
المتقدمين لرواية الغريب:
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
كان المتقدمون من علماء الحديث يكرهون رواية الغرائب وما تفرد به الرواة، ويعدونه من شَرِّ الحديث، كما قال الإمام مالك رحمه الله: "شَرُّ العلم الغريبُ، وخيرُ العلم الظاهرُ الذي قد رواه الناس" 1،
Hukum hanya seorang perawi yang meriwayatkan hadis.( tafarrud )
1. Ulama hadis dahulu tidak suka atau benci terhadap riwayat gharib ( nyeleneh )
Ulama hadis dahulu benci terhadap terhadap riwayat – riwayat yang gharib ( nyeleneh ) dan hadis yang di riwayatkan oleh seorang perawi , lalu di anggap sebagai hadis yang terjelek sebagaimana di katakan oleh Imam Malik rahimahullah: Ilmu terjelek adalah yang gharib dan ilmu yang terbaik adalah yang tampak yang di riwayatkan oleh manusia. ( banyak ). 1
Ada lagi perawi yang lain yang tafarrud yaitu :
مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ
الْحَارِثِ بْنِ خَالِدٍ الْقُرَشِىِّ الْتَّيْمِىِّ ، أَبُوْ عَبْدِ الْلَّهِ
الْمَدَنِىُّ
الْطَّبْقَةُ : 4 : طَبْقَةُ تَلِى الْوُسْطَى مِنْ الْتَّابِعِيْنَ
الْوَفَاةُ : 120 هِـ عَلَى الْصَّحِيْحِ
رَوَىَ لَهُ : خَ مْ دِ تَ سْ ق
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرْ : ثِقَةٌ لَهُ أَفْرَادٌ
الْطَّبْقَةُ : 4 : طَبْقَةُ تَلِى الْوُسْطَى مِنْ الْتَّابِعِيْنَ
الْوَفَاةُ : 120 هِـ عَلَى الْصَّحِيْحِ
رَوَىَ لَهُ : خَ مْ دِ تَ سْ ق
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرْ : ثِقَةٌ لَهُ أَفْرَادٌ
Muhammad
bin Ibrahim bin Al-Harits bin Khalid Al Qurasyi At taymi, Abu Abdullah al
madani
Peringkat : 4: Setelah tingkat tengah dari Tabiin
Peringkat : 4: Setelah tingkat tengah dari Tabiin
Wafat
: 120 H menurut pendapat yang benar
Beliau perawi Bukhari, Muslim , Abu Dawud , Tirmidzi , Nasa`I , Ibn Majah
Peringkatnya menurut Ibnu Hajar, dia terpercaya , juga punya hadis yang ganjil
Beliau perawi Bukhari, Muslim , Abu Dawud , Tirmidzi , Nasa`I , Ibn Majah
Peringkatnya menurut Ibnu Hajar, dia terpercaya , juga punya hadis yang ganjil
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الْذَّهَبِـيُ : وَثَّقُوهُ ، وَ قَالَ أَحْمَدُ : رَوَىَ مَنَاكِيْرَ
Peringkatnya
menurut Dzahabi : Mereka menyatakan dia
perawi terpercaya, dan Ahmad berkata:
Dia juga meriwayatkan hadis –
hadis mungkar . 5691 Mausuah ruwatil hadis
قُلْتُ : مِنْ غَرَائِبِهِ الْمُنْفَرِدُ بِهَا حَدِيْثُ "الْأَعْمَالِ" عَنْ عَلْقَمَةَ ، عَنْ عُمَرَ وَقَدْ جَازَ الْقَنْطَرَةَ ، وَاحْتَجَّ بِهِ أَهْلُ الْصِّحَاحِ بِلاَ مَثْنَوِيَّةٍ
Aku berkata: Dari kenyelenehan Muhammad bin Ibrahim adalah hadis yang ganjil ( yang di riwayatkan secara sendirian ) " hadis al a`malu binniyat " dari Al qomah dari Umar , Namun dia telah melewati jembatan ( Sudah menjadi perawi Bukhari sehingga di cela bagaimanapun tetap di pakai ) Dan para ulama yang memiliki kitab hadis yang sahih juga telah berpegangan kepadanya tanpa dipikir lagi.
Komentarku
( Mahrus ali )
Hadis innamal a`malu binniyat adalah hadis
tiada yang meriwayatkan kecuali melalui
jalur Muhammad bin Ibrahim . Dia sendiri
yang meriwayatkannya . Karena itu , hadis tsb di masa sahabat , tabiin tidak
populer . nyeleneh, ganjil sekali.Sebab bila populer akan banyak yang
meriwayatkannya .
Syaikh
Kholid bin Abdillah al Muslih berkata :
وَمِثَالُهُ الْحَاضِرِ فِي الْذِّهْنِ حَدِيْثُ عُمَرَ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهُ
فِي الْنِّيَّةِ: ((إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالْنِّيَّاتِ)). فَقَدْ انْفَرَدَ بِهِ عَنْ سَائِرِ
الْصَّحَابَةِ فِي الْنَّقْلِ، وَانْفَرَدَ
عَنْهُ عَلْقَمَةُ بِنَ وَقَّاصٍ فِي
رِوَايَتِهِ، وَكَذَلِكَ انْفَرَدَ
مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ، كَذَلِكَ انْفَرَدَ
عَنْهُ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ،
فَهُنَا الِانْفِرَادُ فِي عِدَّةِ طَبَقَاتٍ.
Dan
contoh yang hadir di hati adalah hadis
Umar ra di dalam masalah niat : (( amal
perbuatan tergantung dengan niat)). Dia ) Umar ) telah menyendiri dan tiada sahabat lainnya yang meriwayatkannya , dan
dari dia sendiri di riwayatkan oleh Alqamah bin Waqas secara sendirian lagi , serta dari Alqamah sendiri di riwayatkan
oleh Muhammad bin Ibrahim Taymi secara
sendirian , serta dari Muhammad sendiri
, hadis itu di riwayatkan
oleh Yahya bin Said al-Anshari,
di sini tafarrud dalam beberapa
peringkat . Syarah Baiquniyah
Komentarku
( Mahrus ali )
Yang bikin janggal bagi saya adalah hadis itu
di katakan oleh Umar di Mimbar – mestinya tidak hanya al Qomah yang ngerti atau mendengarnya . Tapi ternyata tiada sahabat yang mengerti hadis itu. Di
Medinah saat itu , tiada sahabat yang
tahu . Bila banyak yang tahu , sudah tentu
hadis ini tidak di katakan Umar sendiri yang meriwayatkannya . Tiga
perawi berturut – turut meriwayatkan hadis itu dengan sendirian mulai Umar bin
Khatthob lalu di sampaikan pada Al qomah
bin Waqqash di mimbar orang banyak , lalu dari Al qomah di sampaikan ke
Muhammad bin Ibrahim secara sendirian ,
lalu di riwayatkan oleh Yahya secara sendirian . Jadi tiga tingkat lebih secara
sendirian hadis itu di riwayatkan . Bila bukan Bukhari Muslim yang punya perawi
sedemikian ini baik Imam Ahmad , Malik , Nasa`I , Tirmidzi , Ibn Majah dan
banyak ahli hadis lain sejagat ini , maka
hadis itu akan di katakan lemah dan tidak boleh di buat hujjah . Inilah
yang membikin keganjilan dalam pemikiran saya mengapa kita ini kurang fair dalam mengkaji suatu
hadis, kurang obyektif , masih subyektif, masih ada fanatisme figur yang
membikin sesat orang lalu dan sekarang. Sebagaimana kalangan ahli bid`ah fanatik kepada Imam Syafii dan menolak segala pendapat yang lain .
DR Abu Lubabah At thahir Shalih Husain
kepala bagian dirosah Islamiyah di
Emirat menyatakan :
وَإِطْلاَقُ الْحُكْمِ عَلَى التَّفَرُّدِ
بِالرَّدِّ وَالنَّكَارَةِ أَوِ الشُّذُوْذِ مَوْجُوْدٌ فِي كَلاَمِ كَثِيْرٍ مِنْ
أَهْلِ الْحَدِيْثِ
Mengghukumi perawi yang secara sendirian
meriwayatkan agar riwayatnya tertolak ,
dikatakan mungkar , syadz memang ada dlm perkataan kebanyakan ahli hadis .
Ulumul hadis 12/1
وَقَالَ الْعُقَيْلِيُّ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ أَحْمَدَ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبِيْ ذُكِرَ مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ ، فَقَالَ : فِي حَدِيْثِهِ شَيْءٌ ، يَرْوِيْ أَحَادِيْثَ مَنَاكِيْرَ أَوْ مُّنْكَرَةً .
'Al uqaeli berkata : Bercerita
kepada kami Abdullah bin Ahmad, lalu
berkata: Aku mendengar Abu Muhammad bin Ibrahim
At. taymi di sebut di muka ayahku
, lalu beliau mengatakan : Ada sesuatu dalam
hadisnya , ia meriwayatkan hadis – hadis yang mungkar .
Komentarku
( Mahrus ali )
Barang
kali, hadis amal perbuatan terserah niatnya
salah satu kemungkarannya, apalagi Imam Ahmad sudah menyatakan seperti
itu .
Dalam http://www.taimiah.org/ terdapat keterangan sbb :
Syaikh
Sa`d bin Abdullah al Humaid berkata dalam kitab Syarah Nukhbatul fikar .
/ شَرْحِ نُخْبَةِ الْفِكَرِ لِفَضِيْلَةِ الْشَّيْخِ سَعْدِ بْنِ عَبْدِ الْلَّهِ الْحَمِيْدِ
لَكِنْ هُنَاكَ مَنْ جَعَلَ الْشَّاذُّ مُجَرَّدَ الْتَّفَرُّدِ، فَقَالَ: الْشَّاذُّ هُوَ: مَا يَرْوِيْهِ.. مَا يَتَفَرَّدُ بِرِوَايَتِهِ الثِّقَةُ، أَوْ مَا يَنْفَرِدُ بِرِوَايَتِهِ الثِّقَةُ، فَبِهَذَا الْاعْتِبَارِ يَكُوْنَ حَدِيْثُ: « إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْنِّيَّاتِ »(1) عَلَى هَذَا الْقَوْلِ حَدِيْثًا شَاذًّا؛ لِأَنَّهُ يَنْفَرِدُ بِرِوَايَتِهِ ثِقَةٌ، وَهُوَ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ، بَلْ وَيَنْفَرِدُ بِهِ أَيْضًا عَنْ عَلْقَمَةَ مُحَمَّدٌ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيُّ، بَلْ وَيَنْفَرِدُ بِهِ عَنْ مُحَمَّدٍ إِبْرَاهِيْمَ الْتَّيْمِيِّ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، فَإِذَنْ هَذَا لاَ خِلاَفَ بِأَنَّهُ بِنَاءٌ عَلَى هَذَا الْرَّأْيِ يُعْتَبَرُ شَاذَّا.
Tapi
di sana ada ulama yang menjadikan hadis Syadz (
ganjil / anomali) karena perawinya sendirian ( tiada perawi lain yang
meriwayatkannya ) . Dia berkata “ Hadis Syadz ( anomali ) adalah hadis yang di riwayatkan oleh perawi
terpercaya secara sendirian . Dengan demikian , hadis Innamal a`malu binniyati
) termasuk hadis yang syadz . Sebab hanya seorang perawi yang
meriwayatkannya yaitu Al Qomah bin
Waqqash , lalu secara sendirian juga Muhammad bin Ibrahim attaimi dari Al Qomah . Bahkan Yahya bin Sa`id Al anshari
juga secara sendirian meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim Attaimi . Dengan
pandangan ini , jelas sekali
bahwa hadis Amal perbuatan terserah
niatnya tergolong hadis Syadz ( anomali
) .
Komentarku
( Mahrus ali )
Bila
hadis amal perbuatan terserah niatnya
itu di kategorikan hadis syadz , maka
tidak bisa di buat pegangan dan
keliru orang yang membuat pegangan padanya atau menyuruh orang lain untuk
berpegangan kepadanya. Lepaskan saja. Dan benarlah
orang yang menyatakan hadis tsb syadz. Jangan berpegangan kepadanya dan
menyuruh orang lain berlandaskan
kepadanya. Namun hadis itu sudah
terlanjur populer , meski lemah . Apakah kita pilih yang tidak kaprah meski
benar , sudah tentu kebenaran di perlukan dan kesalahan di lemparkan.
Dalam
kitab al baiquniyah di katakan :
أَوَّلُهَا( الْصَّحِيْحُ) وَهُوَ
مَااتَّصَل إِسْنَادُهُ وَلَمْ يُشَذَّ
أَوْيُعَلْ
Permulaan
pembagian hadis adalah sahih – yaitu hadis yang sanadnya bersambung , tidak
syadz , juga tidak ada illatnya . Al Baiquniyah karya Ibn Utsaimin.
Bila
kita menjalankan salat, kita tidak perluniat di hati apalagi di lafadhkan. Kita
mengerjakan salat lima
waktu karena taat kepada ayat:
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ
إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ
مَشْهُودًا
Dirikanlah
shalat sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Al
isra` 78.
Mulai
awal kita mengerjakan salat karena perintah Allah bukan atas kehendak kita
sendiri atau Tuhan lainNya. Lalu untuk apa kita perlu niat di hati atau di
lafadhkan. Rasul SAW dan para sahabat
tidak menjalankan hal itu. Rasul SAW
juga tidak memerintahkan bila kita
menjalankan salat agar niat dulu.
Kita
sudah cukup mengikuti ayat:
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, Al an`am 162
Niat
di hati atau di lafadhkan perlu tuntunan
dan tiada tuntunannya. Memang saya dulu juga di ajari niat seperti itu. Bila saya ikuti, maka saya akan tetap seperti kebayakan orang yang
menjalankannya. Dan saya termasuk orang yang bertaklid buta seperti kerbau yang
di tuntun pengembalanya. Sekarang saya bila menjalankan sesuatu harus mencari dalilnya dulu, bukan mencari
dalil setelah mengerjakan. Hal itu untuk menghurmati ayat:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. Al Isra` 36
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan