JAKARTA (voa-islam) - Natal sudah usai, tapi
tetap saja karyawan masihs ada yang menggunakan atribut sinterklas.
Terlihat masih adanya ada beberapa perusahaan yang nakal dan masih mewajibkan
karyawan muslimnya mengenakan atribut Natal.
Hal ini terlihat di beberapa gerai atau outlet di beberapa pusat perbelanjaan
di Jakarta.
Saat wartawan situs
voa-islam mengunjungi pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (28/12) kemarin, terlihat dua
kawaryawan gerai makanan ringan D'Crepes memakai topi santa claus saat melayani
konsumennya. Ketika ditanya apa keyakinanya, dua karyawan ini mengaku beragama
Islam. "Saya Islam pak," jawab Ilham singkat
Dia mengaku bahwa pihak
perusahaan yang mewajibkan dirinya memakai atribut Natal. Belum diketahui secara pasti kapan atribut
itu mulai dan sampai kapan dipakainya. Menurut Ilham, atribut itu sengaja
dipakainya guna menarik konsumen.
"Saya nggak tau pak
soal surat
(larangan) itu. Suruh perusahaan pakai, saya pakai," ujar Ilham ketika
ditanya soal surat larangan bagi perusahaan
untuk memaksakan pemakaian atribut Natal.
Pemandangan serupa juga
terlihat di restoran "Remboelan" yang berada di lantai empat pusat
berbelanjaan tersebut. Bahkan, seluruh karyawan baik laki-laki dan perempuan di
restoran bagi kalangan atas ini terlihat memakai atribut Natal.
Sebelumnya, Anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris berkirim surat kepada perusahaan ritel, restoran,
cafe, dan pusat perbelanjaan. Isi surat itu
melarang pihak perusahaan untuk memaksakan karyawannya, khususnya karyawan
muslimah yang mengenakan hijab memakai atribut Natal.
Menurutnya, pemaksaan
pemakainya atribut natal terhadap karyawan tanpa terkecuali, merupakan sikap
intoleran dan bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945.
"Menurut saya ini
tindakan yang intoleran. Karena tidak menghargai hak dan keyakinan beragama
bahkan bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945," ujar Fahira.
Terkait dengan sikap sinis
terhadap upayanya ini, senator asal DKI ini mengaku bisa memahaminya. Sebab
baru pertama kali persoalan pemakaian atribut natal terjadi di Indonesia. Untuk
itu Fahira berharap kepada semua anggota senator maupun parlemen di seluruh Indonesia,
khususnya beragama muslim untuk ikut berjuang bersamanya.
"Saya berharap semua
pihak bisa paham dan membantu apa yang saya perjuangkan. Jika memang ingin
bersikap toleran jangan memaksakan kehendaknya sendiri terhadap suatu kelompok
atau golongan," pungkas Fahira. [robiawan/voa-islam.com]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Layak sekali, bukan masalah
aneh lagi bila kalangan kristen meminta pegawainya untuk mengenakan atribut sinterklas. Mereka
memperjuangkan keyakinannya untuk menampakkan budaya itu tampak banyak yang
melakukannya. Mereka bersemangat untuk itu , takkan melewatkan kesempatan natal
ini. Bahkan bila perlu masih mencari kesempatan yang lain. Pada hal, kaum
muslimin saling berebutan untuk menanggalkan busana khas muslimahnya. Lalu mengenakan rok busana wanita kafir. Kalangan kafirin
paling benci syiar busana Islami ini. Kafirin
sangat suka kaum muslimah tinggalkan
busananya yang Islami. Apalagi
bila banyak wanita yang mengenakannya di kota
atau desa. Ingat saja ayat ini:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ
وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. Ali imran 120
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan