Islamiqpos - Tahun 1999. Terjadi Pembantaian oleh orang-orang
Kristen terhadap 3 sampai 5 ribu lebih umat Islam di Maluku. Wahai Umat Kristen,
ketahuilah "kami tidak akan pernah melupakan PENGKHIATAN kalian terhadap
saudara kami Umat Islam Maluku !"
Di Maluku, Tanpa pernah diduga sebelumnya orang-orang
Kristen tega menyerbu habis-habisan umat Islam yang tak tahu apa-apa dan selama
ini selalu berbaik sangka pada mereka.
Terlebih lagi mereka salibis-salibis haus darah itu
melakukan penikaman habis-habisan ketika umat Islam sedang merayakan hari raya
Idul Fitri (Tahun 1999).
Yang lebih menyakitkan lagi adalah disaat mereka sedang
asyik melakukan pembersihan massal terhadap umat Islam disana, sebagian
kalangan Kristen yang memang sejak dulu dikenal memiliki lobby-lobby yang kuat
justru melemparkan fitnah keji ke dunia internasional, bahwa justru umat
Kristen yang diserang dan dibantai oleh orang-orang Islam. Untunglah, bermacam
metode pembuktian siapa yang benar dan siapa yang bersalah di Maluku bisa
diteliti dengan baik.
Karena dari penelitian dari sudut manapun sudah jelas, bahwa
orang-orang Kristenlah yang berkepentingan untuk melakukan pembantaian terhadap
umat Islam, karena memang mereka merasa terdesak akibat alasan ekonomis dsb.
Apalagi ditopang dengan dorongan nafsu keji gerakan
separatis RMS (Republik Maluku Selatan) yang telah berjuang selama puluhan
tahun untuk melepaskan diri dari NKRI. Namun sayangnya perjuangan illegal
mereka itu kurang mendapat tanggapan positif dari umat Islam.
Sebagian besar umat Islam menentang gerakan mereka dan tetap
setia berlindung di bawah bendera NKRI. Hal ini membuat RMS geram dan menghasut
orang-orang Kristen di Maluku untuk membunuhi umat Islam, atau setidaknya bisa
ditakut-takuti supaya mereka muslim-muslim transmigran yang berasal dari Jawa, Sulawesi
dsbnya segera pulang ke daerah asalnya. Tujuan mereka mengusir umat Islam untuk
keluar dari sana adalah supaya persentase umat Kristen di Maluku menjadi
meningkat dan Muslim menurun.
Harapan mereka apabila sewaktu-waktu perjuangan mereka
mengalami kemajuan dan berhasil memaksa pemerintah RI untuk melakukan
referendum, sebagian besar penduduk Maluku akan memilih merdeka, menuruti
keinginan RMS karena penduduk muslim yang selama ini anti melepaskan diri dari
NKRI sudah dibunuhi atau diusir keluar dari Maluku.
Dalam kerusuhan Ambon, target bunuh pertama orang-orang
Kristen itu adalah para ulama, lalu orang-orang Arab, pemuka-pemuka Islam, yang
keempat barulah BBM (Buton, Bugis, Makasar).
Ternyata setelah 'BBM' ini banyak yang mengungsi ke
kampungnya, ternyata orang-orang Kristen itu tetap memerangi orang-orang Ambon
yang Muslim.
Ini terjadi di Pelauw. BBM ternyata bukan sekedar Buton, Bugis,
Makasar, tapi lebih kepada "Bakar, Bunuh Muslim"! Itu pengertian BBM
sekarang ini, sebab hal tersebut terus saja berjalan selama beberapa tahun
lamanya.
Ujian yang dialami kaum Muslimin di Karang Tagepe tidak
kalah beratnya. Rumah dan kampung mereka habis dibakar oleh orang-orang kafirin.
Di sana, menurut mereka, wanita-wanita Muslimah yang sedang hamil dibedah
perutnya. Lalu dikeluarkan janinnya, dan dicincang-cincang. Anak-anak kecil
yang lari ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri ditangkapi lalu dilempar ke
dalam api yang menyala. Jerit tangis bocah-bocah mungil (anak-anak kecil) itusangat
menyayat hati. Perlakuan iblis itu dilakukan orang-orang Kristen di sana atas
nama agamanya.
Gadis-gadis Muslimah diperkosa beramai-ramai. Payudaranya
ditoreh tanda salib dengan parang, lalu dipotong. Setelah puas, barulah dibunuh.
Banyak di antara para Muslimah yang sudah syahid sebelum dibunuh kaum kafirin. Rasa
sakit yang tak terperikan menghentikan detak jantungnya. Semoga Allah SWT
berkenan menerima mereka di syurga seperti dijanjikanNya. Kejadian yang
berlangsung di Rumah Sakit Umum (RSU) di daerah Kudamati juga memilukan.
Karena terjadi penyerangan di hari pertama, banyak orang
Islam terluka. Mereka dibawa ke RSU di Kudamati. Walau mereka tahu Kudamati
merupakan basis Kristen, namun mungkin disebabkan lebih dekat maka mereka ke
sana. Para penyerang itu diberitahu bahwa orang Islam banyak yang dirawat di
RSU tersebut.
Akhirnya orang-orang Kristen itu menyerang RSU. KTP-KTP (kad
pengenalan) pasien (pesakit) digeledah untuk mengetahui pasien tersebut Islam
atau non-Islam. Jika si pasien Islam maka langsung dibantai. Ibu-ibu hamil yang
ada di rumah sakit itu pun banyak yang hilang, mendengar kejadian tersebut, akhirnya
banyak orang yang berobat ke Rumah Sakit Bersalin (RSB) yang ada di dalam
kompleks Masjid Raya Al-Fatah. RSB Al-Fatah beralih fungsi menjadi Rumah Sakit
Umum. Banyak lagi kekejaman-kekejaman yang dilakukan oleh Kristen-Kristen
biadab disana terhadap umat Islam.
Kaum Muslimin Buton, Bugis, dan Makasar yang pulang ke
daerahnya sesungguhnya hanya untuk mengantar anak dan istrinya saja ke tempat
tinggal yang aman. Setelah itu mereka akan kembali semua ke Ambon bersama sanak
famili yang laki-laki. Mereka akan mempertahankan Ambon sampai tetes darah
terakhir. Mereka sudah bertekad untuk jihad fi sabilillah.
Penyerangan orang-orang Kristen kepada umat Islam di Ambon
dan sekitarnya bukanlah tindakan kriminal murni. Mereka melihat itu sebagai
bagian dari perang sucinya.
PEMBANTAIAN MUSLIM POSO !
Sementara itu di Poso, Sulawesi Tengah, Kristen-Kristen haus
darah disana pun tidak mau kalah dengan saudara sesama iblisnya di Maluku. Mereka
membantai seribu lebih umat Islam disana pada tahun 2000.
Bukannya berterima kasih karena selama ini umat Kristen yang
menjadi minoritas di kantong-kantong Islam seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Makassar dll telah dibiarkan untuk hidup dan bernafas dengan nyaman oleh umat
Islam, namun di daerah-daerah terpencil dimana jumlah orang Kristen cukup
signifikan mereka justru dengan buasnya membantai umat Islam. Tak terkecuali di
Poso, telah seribu lebih umat Islam dibunuh oleh orang-orang Kristen haus darah.
Tak peduli laki-laki, wanita maupun anak-anak, siapapun yang
beragama Islam disana dihabisi oleh Pasukan Ninja bertuhankan Yesus Kristus itu.
Sama seperti ketika Salibis Kristen membantai umat
Islam tanpa pandang bulu ketika menaklukan Yerusalem tahun 1099,
Kristen Poso pun sama saja, cuma menapaktilasi pembantaian biadab, ciri khas
agama Kristen itu.
Para gembong pelaku penyerangan itu sendiri seperti Fabianus
Tibo dan Dominggus Soares sudah mengakui kejahatannya dan kini telah divonis
mati, menunggu di eksekusi.
Padahal di Poso populasi umat Kristen -sebelum kerusuhan- hanya
25%, sedangkan umat Islam adalah mayoritas, hampir 75%. Namun karena umat Islam
selama ini selalu berbaik sangka dan tidak pernah menduga bahwa orang-orang
Kristen akan menyerbu umat Islam ketika mereka sedang lengah (tertidur lelap), maka
episode horror pembantaian yang disutradarai dan dilakoni sendiri oleh Kristen-kristen
BIADAB HAUS DARAH Poso itu berlangsung sukses.
Ini merupakan pelajaran berharga bagi kita umat Islam. Karena
ternyata walaupun dengan hanya berjumlah 25%, orang Kristen di Poso sudah
berani melakukan penyerangan dan pembantaian terhadap umat Islam yang mayoritas.
Di Jakarta kini kalau tidak salah populasi Kristen berjumlah
hampir 15%, sedangkan umat Islam hampir 85%. Ini berarti orang Kristen hanya
perlu menambah beberapa persen lagi jumlah mereka di Jakarta, sehingga ambisi
mereka untuk mem-Poso-kan Jakarta bisa segera kesampaian.
Asalkan mereka telah mempersiapkan strategi penyerangannya
dengan jitu, seperti yang telah dipraktekkan di Poso, maka bersiap-siaplah kita
umat Islam untuk LAGI-LAGI dibantai secara biadab oleh orang Kristen walaupun
kita di Jakarta ini adalah mayoritas, sama seperti di Poso.
Orang Kristen bisa menambah persentase jumlah mereka di
Jakarta dengan berbagai cara.
Misalnya : dengan melakukan Kristenisasi secara paksa -yang
memang sudah biasa dilakukan-, atau mendatangkan, menyusupkan secara pelan-pelan
atau terang-terangan orang-orang Kristen dari wilayah basis-basis Kristen di
Indonesia seperti Maluku, Papua, Kupang, Flores, Tapanuli, Toraja, Manado dll.
Dengan mudahnya mereka pun bisa saja mendatangkan kembali
preman-preman Ambon yang dulu pernah bikin rusuh di Ketapang dan telah diusir
keluar dari Jakarta tahun 1998. Setelah pulang dengan membawa dendam terhadap
umat Islam preman-preman itu pun melakukan kerusuhan di Ambon dan membantai
umat Islam disana beberapa bulan kemudian.
Kalau Kristen sudah berhasil menambah sedikit saja lagi
populasinya di Jakarta sehingga persentase jumlahnya menjadi setidaknya 25%, bersiaplah
kita umat Islam di kota Jakarta, ibukota kita yang tercinta ini untuk "di-Poso-kan"
.. Waspadalah! Waspadalah!!!
Laporan US Comitte of Refugees tentang Indonesia yang
diterbitkan Januari 2001 menyebutkan dalam kerusuhan/konflik Poso yang terjadi
selama tiga tahun belakangan ini, pihak Muslim telah menderita secara tidak
seimbang. Dalam laporan itu disebutkan, jumlah pengungsi akibat konflik Poso
kini sebanyak hampir 80.000 orang, dan diperkirakan 60.000 orang adalah Muslim.
Para pengungsi ini hidup menderita tanpa kejelasan masa
depan mereka; dan mereka kehilangan hak-haknya berupa tanah, kebun coklat, cengkih,
kopra, rumah, harta benda, bahkan nyawa sanak-saudaranya. Bantuan makanan, obat-obatan
sangat terbatas, sehingga penyakit senantiasa menghantui mereka. Bantuan hukum
umtuk meminta keadilan praktis tidak ada. Bahkan, nyawa mereka terancam setiap
saat, karena diserang pasukan kelelawar Merah (Kristen pada malam hari, walau
barak-barak pengungsi dijaga oleh polisi (Republika, 4 September 2001).
Bila mengingat awal tragedi Poso, sebagian kita terfokus
pada pesantren Walisongo dan seluruh penghuninya yang dihabisi Tibo cs. Padahal,
tak hanya wilayah Tagolu (lokasi pesantren tersebut) saja yang berkobar. Yang
lebih mengkhawatirkan sekali adalah kondisi geografis kaum Muslimin Poso yang
terjepit. Rentang jalur Palu-Poso mayoritas dikuasai pihak Kristen. Sementara
jalur Poso-Ampana juga dikelilingi desa-desa Kristen. Dan, sepanjang trans
Tagolu-Pindolo adalah hunian kelompok merah.
Ketika terjadi pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam
Poso, pihak Kristen sengaja mengisolir wilayah Poso kota dari jangkauan aparat.
Jalur segitiga tadi mereka kepung dan halangi dengan pepohonan yang
ditumbangkan. Sehingga, aparat gagal mencapai Poso. Namun dalam kondisi yang
demikian, berkat pertolongan Allah Ta'ala kaum Muslim Poso berhasil
mempertahankan wilayahnya.
Gejolak nafsu pihak Kristen untuk melumat habis Muslimin
Poso tetap membara. Dengan dukungan pendudukan wilayah yang mengepung Poso, mereka
selalu berinisiatif menyerang. 5 unit pos aparat yang ada di Pindolo tak dapat
berbuat banyak untuk mengatasi, sebab jalur Tagolu-Pindolo telah mereka jepit. Ada
indikasi kuat bahwa jenazah kaum Muslimin yang selama ini dibantai dibuang di
jurang.
Ulah pihak Kristen tak hanya ditujukan kepada kaum Muslimin
saja. Aparat keamanan yang dianggap menghalangi kebrutalan mereka pun, disikat.
Seperti tragedi yang menimpa Serka Muslimin, 21 Juni lalu di Tomata kembali
mereka beraksi (lihat Patroli).
Tak hanya Mujahidin yang mereka serang. 15 Juni lalu di Sepe
Silanca mereka menghadang mobil yang menjemput Habib Sholeh Al Jufri, salah
seorang tokoh tarekat di Poso. Padahal sikap kelompok tarekat selama ini tidak
menunjukkan simpati pada perjuangan jihad kaum Muslimin di Poso. Makna jihad
misalnya, diartikan tidak dengan senjata. Cukup dengan pentungan dan kerikil
yang telah 'diisi'. Dengan kesyirikan itulah, pasukan merah hendak dilawan! Tentu
secara teknis perang, kelompok tarekat tidak membahayakan posisi kelompok
Kristen. Toh begitu, tetap mereka serang.
Fakta tersebut menunjukkan betapa kuat keinginan mereka
untuk menghabisi umat Islam di wilayah Sulawesi Tengah, terutama Poso. Jadi, jelaslah
tragedi ini bukan sekadar konflik memperebutkan jabatan politik atau sentimen
antarsuku. Melainkan sebuah grand disain yang rapi untuk menjadikan Poso
sebagai lahan banjir darah umat Islam, sebagaimana Maluku.
Untunglah setelah 1 tahun konflik di Maluku dan 2 tahun di
Poso, Laskar Jihad berhasil masuk kesana. Lambat laun keadaan menjadi lebih
berimbang, dan umat Islam berhasil mempertahankan diri bahkan mampu memukul
balik serangan-serangan Laskar Kristen di kedua wilayah tersebut. Alhamdulillah
dengan demikian hal itu berhasil memaksa pasukan Kristen untuk berunding dan
menandatangani perjanjian damai.
Episode pembantaian biadab orang Kristen ketika menyerbu
pesantren Walisongo begitu memilukan hati, tentu bagi orang yang masih memiliki
hati.(dm)
MENGENANG TRAGEDI PEMBANTAIAN UMAT ISLAM MALUKU & POSO...
SEMOGA PENGKHIANATAN KRISTEN TIDAK TERULANG LAGI...
Sumber : http://duniamuallaf.blogspot.co.id/
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan