Islamedia
– Perjalanan bangsa Indonesia
tidak luput dari pertempuran demi pertempuran untuk merebut kemerdekaan dari
para penjajah. Umat Islam berperan besar dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia . Demikian
disampaikan Ketua Umum PPP, Djan Faridz.
“Para pejuang Islam melawan kezoliman penjajah yang congkak
dan merasa rakyat Indonesia
yang beragama Islam adalah hamba sahaya, kini sejarah berulang dengan
penjajahan model baru yang berkedok kan
jabatan dan kekuasaan,” ungkapnya, seperti dikutip dari RMOL, Sabtu (23/01/2015)
Menurutnya, sejarah mencatat, 17 Agustus 1945 kemerdekaan
Indonesia baru saja diproklamirkan, namun tanggal 15 September 1945 datang lagi
persoalan baru, yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland
Indies Civil Administration).
Mereka datang dengan penuh kecongkakkan seolah-olah paling
berhak atas tanah Indonesia
sebagai bekas jajahannya. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan
senjata seaadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap
dan modern.
Perlawanan umat Islam terhadap sekutu dan NICA antara lain: Pertempuran
arek-arek Surabaya , Bandung lautan Api, pertempuran di Ambarawa
dan lain-lain.
Umat Islam, lanjut Djan Faridz, melahirkan pejuang-pejuang
tangguh seperti terkenang Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman yang
namanya sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia .
PPP sebagai partai milik umat Islam kata Djan Faridz harus
bangga karena Jendral Sudirman adalah Panglima besar TNI berlatar belakang
santri. Pernah jadi da’i atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar
tahun 1936-1942. Masuk kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam pengajian-pengajian
yang diadakan oleh Muhammadiyah.
Untuk sebagian besar hidupnya adalah untuk berjuang, dan
bahkan dalam kondisi sakit sekalipun beliau terus memimpin perang gerilya ke hutan-hutan.
Djan Faridz juga menambahkan pejuang Islam lainnya hadir
dalam pertempuran arek-arek Surabaya
dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan kumandang takbir, beliau mengobarkan semangat
berjihad melawan tentara Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November 1945.[islamedia/rmol/YL]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan