Nusanews.com - Sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) di
Pemprov DKI Jakarta bekas anak buah Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),
sepakat membentuk organisasi simbol perlawanan, yaitu Forum Birokrat Korban (Fobiak)
Ahok.
Koordinator Fobiak Ahok, Junaedi Nur mengatakan, organisasi
tersebut dibentuk sebagai wujud otokritik terhadap perlakuan Ahok yang semena-mena
selama berkuasa.
"Forum ini merupakan kumpulan para birokrat korban
kebijakan-kebijakan Ahok," kata Junaedi, Jakarta , Senin (3/10/2016).
Dijelaskan Junaedi, selama memimpin Ibu Kota kebijakan Ahok
selalu mengutamakan pencitraan seolah-olah ada ketegasan terhadap para birokrat
yang telah mengabdi puluhan tahun di Pemprov DKI.
Junaedi mengungkapkan, sejatinya pencitraan itu hanya
sekedar untuk menutupi ketidakmapuan Ahok dalam mengelola pemerintahan.
Menurutnya, banyak kepentingannya yang menguntungkan pihak
lain, namun ketika ada persoalan dibelakang hari, selalu anak buah para
birokrat yang disalahkan.
"Bahkan ada birokrat yang kemudian dipidanakan. Padahal
mereka menjalankan perintah atasan semata karena ketaatan mereka pada pimpinan
tertinggi seorang gubernur," sesal Junaedi.
Junaedi menambahkan, ketidakmampuan Ahok dalam mengelola
pemerintahan serta mengeluarkan kebijakan yang tanpa perencanaan sangat rentan
digugat dikemudian hari.
Hal itu bisa dilihat dalam kasus RS Sumber Waras, pembelian
tanah Cengkareng, penggusuran di Jakarta Utara, serta pembebasahan lahan makam
dan sebagainya.
Namun sayangnya, kata Junaedi, seluruh kebijakan tersebut
berujung dengan dikorbankannya bawahan. Sementara Ahok berlaga bersih dan suci.
"Lebih parahnya kadang mereka dituduh melakukan
kesalahan yang sudah di opinikan di media. Namun mereka sendiri tidak pernah
melakukannya, sehingga mereka mendapat tekanan mental baik dari lingkungan
kerja, bahkan lebih prihatin dari lingkungan keluarga," terang Junaedi.
Junaedi menuturkan, sebenarnya banyak sekali birokrat serta
pejabat DKI baik yang masih aktif maupun sudah distafkan ingin melawan.
Namun, mereka tidak memiliki keberanian, seperti beberapa
pejabat lain yang berani minta mundur dari posisinya.
Sebab bila mereka berani menyampaikan keberatan secara
terbuka, maka Ahok dengan segala dukungan medianya akan mem-bully bawahan
tersebut seolah melakukan kesalahan besar sehingga opini berpihak pada
keuntungan pencitraan diri sang gubernur.
"Untuk itu kami dari Fobiak Ahok, akan melakukan langkah-langkah
perlawanan dengan mengungkapkan fakta sebenarnya yang terjadi atas kesalahan
dalam pengelolaan pemerintahan yang telah jauh keluar dari etika birokrasi yang
diatur oleh UU maupun PP," beber Junaedi.
Junaedi menambahkan, perjuangan ini tentu akan membawa efek
bagi karir mereka. Namun pengorbanan mereka tidak akan sia-sia bila masyarakat
luas mengetahui sebenarnya seperti apa gubernur pencitraan yang saat ini selalu
mengaku bahwa dirinya yang paling bersih, serta selalu merasa paling benar.
"Waktu akan membuktikan, fakta akan bicara, maka dari
itu kami akan terus mengadvokasi para birokrat yang karirnya dirugikan serta
dirinya terzolimi, semoga ikhtiar kecil ini akan membuka mata masyarakat Jakarta ," pungkas
Junaedi. (ts)
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan