SURYA
Online, JEMBER - Anang Hermansyah bersama Ashanty yang baru saja mengadakan
Ngunduh Mantu di Jember, tampil sebagai artis yang menutup Jember Fashion
Carnaval (JFC) 2012, Minggu (8/7/2012). Mereka membawakan lagu Sumpah Mati
sambil berjalan di catwalk.
Berdua, Anang dan Ashanty bernyanyi hingga di depan podium bupati Jember MZ Abidin Djalal. Mereka naik ke podium sebentar untuk bersalaman dengan bupati. Tak urung, warga segera menyerbu mereka. Petugas kemanan pun jadi kelabakan, berlari-lari mendekati podium.
Namun, Anang dan Ashanty tetap berjalan menembus kerumunan itu dengan dipagari petugas keamanan. Mereka berjalan menuju podium VVIP yang khusus digunakan para reporter dan fotografer untuk memberi kesempatan ambil foto.
"Saya senang diberi kesempatan ini. Nggak pernah menyangka bakal tampil di JFC," ucap Anang.
Karena ingin tampil apik, Anang memilih budaya Papua sebagai tema kostumnya. "Saya suka dengan hal-hal yang berkenaan dengan Papua," ujarnya.
Maka, busana dan mahkota didesain lengkap dengan sentuhan budaya Papua. Anang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana jins hitam. Kalung berhiaskan potongan kaca, tali tampar, dan bulu burung menutup bagian atas dada.
Tak lupa, koteka yang biasa dipakai orang Papua juga melengkapi kostum, termasuk sandal bertali mengikat kaki Anang hingga lutut. Bulu burung juga diaplikasikan untuk mahkota bertema King of Papua tersebut.
"Anang itu orang pertama yang saya buatkan kostum Papua. Sebab, dia memang menyukainya," ungkap Dynand Fariz, penggagas JFC.
Begitulah, gelar JFC 2012 telah usai. Anang dan Ashanty pun sudah keluar dari area karnaval. Mereka sempat mengalami kesulitan ketika hendak keluar Central Park, Pemkab Jember karena dikerubuti warga.
Berdua, Anang dan Ashanty bernyanyi hingga di depan podium bupati Jember MZ Abidin Djalal. Mereka naik ke podium sebentar untuk bersalaman dengan bupati. Tak urung, warga segera menyerbu mereka. Petugas kemanan pun jadi kelabakan, berlari-lari mendekati podium.
Namun, Anang dan Ashanty tetap berjalan menembus kerumunan itu dengan dipagari petugas keamanan. Mereka berjalan menuju podium VVIP yang khusus digunakan para reporter dan fotografer untuk memberi kesempatan ambil foto.
"Saya senang diberi kesempatan ini. Nggak pernah menyangka bakal tampil di JFC," ucap Anang.
Karena ingin tampil apik, Anang memilih budaya Papua sebagai tema kostumnya. "Saya suka dengan hal-hal yang berkenaan dengan Papua," ujarnya.
Maka, busana dan mahkota didesain lengkap dengan sentuhan budaya Papua. Anang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana jins hitam. Kalung berhiaskan potongan kaca, tali tampar, dan bulu burung menutup bagian atas dada.
Tak lupa, koteka yang biasa dipakai orang Papua juga melengkapi kostum, termasuk sandal bertali mengikat kaki Anang hingga lutut. Bulu burung juga diaplikasikan untuk mahkota bertema King of Papua tersebut.
"Anang itu orang pertama yang saya buatkan kostum Papua. Sebab, dia memang menyukainya," ungkap Dynand Fariz, penggagas JFC.
Begitulah, gelar JFC 2012 telah usai. Anang dan Ashanty pun sudah keluar dari area karnaval. Mereka sempat mengalami kesulitan ketika hendak keluar Central Park, Pemkab Jember karena dikerubuti warga.
Di belakang dua karnaval ini ada keterlibatan tangan Dynand Fariz, Presiden JFC. Sedangkan di kota lain juga bermunculan karnaval kota seperti di Probolinggo, Pasuruan juga Malang.
Meski banyak karnaval bermunculan beberapa tahun terakhir, Dynand Fariz yakin JFC akan tetap bertahan. "Karena JFC beda dan punya karakter," ujar Fariz.
JFC, kata dia, menggabungkan fashion dan karnaval. Kata fashion merujuk pada Kota Milan atau Paris. Sedangkan karnaval pada kota Rio De Janeiro atau Venesia.
"Kami menggabungkan itu. Selain itu, kami juga mandiri," imbuhnya.
Kemandirian swasta dalam membuat karnaval ini juga disebut Budayawan Jember Profesor Ayu Sutarto sebagai salah satu karakter JFC. "Tidak Ada intervensi negara di JFC. Itu yang berbeda dengan daerah lain. Karnaval di kota lain atas inisiatif pemda, tidak ada jaminan bisa terselenggara terus," ujar Ayu.
JFC, lanjutnya, ada atau tidak ada intervensi negara bisa terus tampil. Dan yang harus diakui bersama, kata Ayu, JFC telah menjadi icon Kota Jember.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Ada – ada saja orang – orang kafir yang
membikin tontonan kemungkaran, kedurhakaan dimuka kaum muslimin yang kebanyakan mereka sedang tidak tahu mana yang munkar dan
mana yang diridai oleh Allah seperti sekarang ini. JFC tsb harus di stop untuk
meridakan Allah bukan di teruskan untuk meridakan setan – setan manusia atau
jin. Saya ingat ayat:
وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي اْلإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat
buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.[1]
Bila melihat kemungkaran seharusnya ingkar
atau merobahnya dengan tangan atau dengan menyuruh agar kemungkaran tsb di
hentikan sebagaimana hadis :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيمَانِ
Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran , robahlah dengan
tangannya . Bila tidak mampu ,cukup
dengan lidahnya . Bila tidak
mampu cukup dengan hatinya dan itulah
iman yang paling lemah . [2]
Seorang mukmin
itu bukan orang yang membiarkan kemungkaran atau ikut sama menontonnya , tapi
harus benci dan menghindari tempat kemungkaran
sebagaimana ayat :
وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ
الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Dan Allah menjadikan
kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, [3]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan