Mengajari orang yang akan mati dengan kalimat la ilaaha illallah di anjurkan karena ada hadis :
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Ajarilah orang – orang yang akan matimu dengan kalimat laa ilaaha illallah.
Al albani menyatakan : Hadis tsb sahih, [1] kata al albani
Komentarku ( Mahrus ali ):
Hadis tsb hasan sahih nyeleneh, kata Tirmidzi.
Ibnu Majah membikin bab :
بَاب مَا جَاءَ فِي تَلْقِينِ الْمَيِّتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Bab tentang mengajari orang yang akan mati dengan kalimat laa ilaaha illallah
Di hadis lain di sebutkan sbb:
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Dari Usman berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang meninggal dunia dan dia mengetahui bahwa tiada Tuhan selain Allah akan masuk ke surga. [2]
Arti kalimat mautaakum mestinya mayat – mayatmu. Jadi talkin tidak di anjurkan waktu akan mati tapi setelah mati sebagaimana yang di lakukan oleh masarakat muslim tradisional. Mautakum adalah orang – orang matimu. Jadi ajarilah orang – orang matimu dengan kalimat la ilaaha illallah. Ya`ni setelah mati. Baik telah dikubur atau belum.
Namun bila betul begitu, maka kita tidak menjumpai dalil Rasulullah SAW mentalkin mayat setelah mati atau setelah di kubur. Kita belum menjumpai hadis sahih dimana para sahabat melakukan seperti itu.
Mayat atau mautaakum maksudnya menurut Imam Nawawi adalah orang yang akan meninggal dunia, ya`ni diingat kan orang yang akan meninggal dunia itu dengan laa ilaaha illallah agar ahir perkataannya adalah kalimat tauhid karena ada hadis :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barang siapa yang ahir perkataannya adalah la ilaha illallah akan masuk surga.
Perintah mengajari orang yang akan meninggal dunia ini adalah sekedar sunat. Ulama telah ijma` untuk di memperkenankannya. Mereka tidak suka memperbanyaknya atau terus menerus sehingga orang yang akan meninggal itu bosan atau sangat sedih, lalu hatinya tidak suka dan berkata sesuatu yang tidak layak.
Mereka berkata: Bila orang yang sekarat itu telah mengatakannya, maka tidak usah di ulang lagi kecuali ada perkataan lain yang keluar dari mulutnya.
Jadi bila ada orang yang akan meninggal dunia di sunatkan hadir untuk mengingatkannya, menghiburnya, menutup kedua matanya dan ini telah di sepakati oleh ulama [3] Kata Imam Nawawi
Saya katakan : Tapi ketika Nabi Ya`kub akan meninggal dunia malah berwasiat, dan beliau tidak diajari untuk membaca kalimat itu sebagaimana ayat :
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ ءَابَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."[4]
Dalam ayat tsb, Nabi Ya`kub mendahulukan berwasiat kepada anak – anaknya agar tetap setia untuk menyembah kepada Allah - sebagai Tuhan Nabi Ismai`l, Nabi Ibrahim, Ishak yaitu Tuhan yang Esa, Bukan tuhan banyak sebagaimana kaum Budha yaitu ada dewa laut, dewa perusak alam, dewa yang memperbaiki alam atau Tuhan tiga seperti kaum Nasrani atau mengangkat manusia sebagai Tuhan sebagaimana Nasrani danYahudi yang mengangkat Uziar dan Isa al masih sebagai anak Allah, atau mempertuhankan sapi sebagaimana kaum Hindu di India dll.
Begitu juga Nabi Sulaiman ketika akan meninggal dunia, juga tidak ada orang yang mengajarinya untuk membaca laa ilaaha illallah sebagaimana ayat :
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.[5]
Tiada orang yang mengajari Nabi Sulaiman untuk membaca laa ilaaha illallah, dan tiada orang yang tahu bahwa beliau saat itu dalam keadaan sekarat. Jin dan manusia tidak mengetahuinya, bahkan jinpun tidak mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat sehingga mereka tetap berkerja giat karena mengira bahwa Nabi Sulaiman menjaga dimuka mereka. Ketika jin mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal ketika ada rayap yang makan tongkatnya dan Nabi Sulaiman tersungkur karenanya, maka jin mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat, lalu mereka cepat pergi dan tidak melakukan pekerjaannya.
Aisyah sebagai istri Rasulullah SAW juga tidak mengajari Rasulullah SAW untuk membaca la ilaaha illallah ketika akan wafat, dan seandainya perintah talkin itu diketahui oleh Aisyah nescaya Aisyah akan mengajari Rasulullah SAW untuk membaca la ilaaha illallah. Rasulullah SAW juga tidak mengingatkan Aisyah untuk mentalkin. Memang hadis perintah talkin itu sahih, tapi menurut Imam Tirmidzi riwayat tsb nyeleneh. Hadis yang menjelaskan tentang menjelang wafatnya Rasulullah SAW sbb:
عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِاللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْغَتْ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ وَهُوَ مُسْنِدٌ إِلَيَّ ظَهْرَهُ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ *
Dari Abbad bin Abdillah bin Zubair bahwasannya Aisyah memberitahukan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi saw, sebelum meninggalnya dengan menyandarkan punggungnya padaku :
ُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ *
Allohummaghfirlii warhamnii wa alhiqnii birrofiiq
Ya Allah ampunilah aku, belas kasihanilah aku dan pertemukan aku dengan teman ( yang tinggi ). [6]
Menurut riwayat Muslim ada tambahan keterangan sbb :
وَهُوَ مُسْنِدٌ إِلَى صَدْرِهَا
Rasulullah saw, menyandarkan punggungnya ke dada Aisyah [7]
Menurut riwayat Tirmizi sbb :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ اْلأَعْلَى
Allohummaghfirlii warhamnii wa alhiqnii birrofiiqil a`laa
Ya Allah ampunilah aku, belas kasihanilah aku dan pertemukan aku dengan teman yang tinggi.
قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ *
Abu isa ( Imam Tirmizi ) berkata : Hadis tsb hasan sahih [8]
Ada seorang lelaki sahabat ketika akan meninggal dunia, juga tidak di ajari la ilaaha illallah tapi dia berkata sesuatu untuk memberikan tanah kepada istrinya, kisahnya sbb:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ أَتَرْضَى أَنْ أُزَوِّجَكَ فُلاَنَةَ قَالَ نَعَمْ وَقَالَ لِلْمَرْأَةِ أَتَرْضَيْنَ أَنْ أُزَوِّجَكِ فُلاَنًا قَالَتْ نَعَمْ فَزَوَّجَ أَحَدَهُمَا صَاحِبَهُ فَدَخَلَ بِهَا الرَّجُلُ وَلَمْ يَفْرِضْ لَهَا صَدَاقًا وَلَمْ يُعْطِهَا شَيْئًا وَكَانَ مِمَّنْ شَهِدَ الْحُدَيْبِيَةَ وَكَانَ مَنْ شَهِدَ الْحُدَيْبِيَةَ لَهُ سَهْمٌ بِخَيْبَرَ فَلَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَوَّجَنِي فُلاَنَةَ وَلَمْ أَفْرِضْ لَهَا صَدَاقًا وَلَمْ أُعْطِهَا شَيْئًا وَإِنِّي أُشْهِدُكُمْ أَنِّي أَعْطَيْتُهَا مِنْ صَدَاقِهَا سَهْمِي بِخَيْبَرَ فَأَخَذَتْ سَهْمًا فَبَاعَتْهُ بِمِائَةِ أَلْفٍ
Dari Uqbah bin Amir ra, sesungguhnya Nabi saw berkata kepada seorang lelaki, apakah kamu relasaya kawinkan dengan perempuan anu ?
Lelaki mernjawab : Ya.
Rasulullah saw bertanya kepada perempuan : Apakah kamu rela saya kawinkan dengan lelaki anu ?
Dia menjawab : Ya.
Ahirnya lelaki itu menjadi suaminya, lalu masuk kepada perempuan itu sebelum di tentukan maskawinnya dan belum memberi sesuatu. Dia termasuk orang yang ikut perdamaian Hudaibiyah dan orang yang mengikutinya akan mendapatkan bagian tanah di Khoibar. Ketika menjelang kematian, dia bilang : Sesungguhnya Rasulullah saw mengawinkan aku dengan perempuan anu dan aku belum menentukan maskawinnya, aku tidak memberinya sesuatu, aku menyaksikan kepadamu bahwa aku memberinya bagianku di tanah Khoibar. Dia mengambil bagian tsb lalu di jualdengan harga seratus ribu [9]
Muhammad bin Abdillah Al Hakim Annaisaburi, wafat tahun 405 H. berkata :
Hadis tsb sahih menurut sarat perawi Bukhori dan Muslim tapi keduanya tidak meriwayatkannya
Perintah untuk mengajari talkin pada orang yang akan meninggal dunia itu, pernah di lakukan oleh Nabi terhadap orang kafir agar masuk Islam sebagaimana hadis sbb:
Al Musayyab berkata :
أَنَّ أَبَا طَالِبٍ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ فَقَالَ أَيْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُاللهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَالاَ يُكَلِّمَانِهِ حَتَّى قَالَ آخِرَ شَيْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ فَنَزَلَتْ ( مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ) وَنَزَلَتْ ( إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ )
Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, Nabi Muhammad saw, masuk kepadanya. Disisi Abu Tholib terdapat Abu Jahal. Nabi saw, berkata :” Wahai pamanku ! Katakanlah la ilaha illallah suatu kalimat yang saya gunakah hujjah untukmu disisi Allah “.
Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata : “ Wahai Abu Tholib ! Apakah kamu benci agama Abdul muttholib . Keduanya mengatakan begitu terus hingga akhir perkataan Abu Tholib adalah : “ Saya ikut agama Abd Muttholib “.
Nabi Muhammad saw, bersabda :” Sungguh aku akan memintakan ampun kepadamu selama tidak dilarang, lalu turunlah ayat :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam. [10]
Lantas turunlah ayat lagi
إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang kamu senangi. [11] Lantas turunlah ayat larangan minta ampun untuk kaum musyrik tadi ayat 113 Tobat.
Ada lagi kisah sbb:
كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ
Anak muda Yahudi yang menjadi pelayan Nabi Muhammad SAW, lalu sakit. Rasulullah SAW berkunjung kepadanya, lalu duduk di kepalanya. Rasulullah SAW bersabda: “ Masuklah Islam “. Dia melihat kepada ayahnya yang berada disisinya, lalu berkata:”Taatlah kepada Abul Qasim “. Dia masuk Islam. Rasulullah SAW keluar dengan berkata: “segala puji bagi Allah yang menyelamatkannya dari api Neraka “.[12]
Ahmad bin Ali bin Hajar al asqalani lahir 712-853 berkata:
ذَكَرَ العُتْبِي الْماَلِكِي فِي الْعُتْبِيَّةِ عَنْ زِيَادَ سَبْطُوْنَ صَاحِبِ مَالِكٍ أَنَّ اسْمَ هَذَا اْلغُلاَمِ عَبْدُ اْلقُدُّوْسِ
Al utbi Al Maliki menyebutkan dalam Alutbiyah dari Ziyad Sabthun – teman Imam Malik, sesungguhnya nama anak muda Yahudi itu adalah Abd Quddus[13]
Kholaf bin Abd Malik bin Basykawal Abul qasim, lahir 495 H, wafat 578 H berkata:
وَهُوَ غَرِيْبٌ مِنْ طَرِيْقِهِ وَمَا وَجَدْنَاهُ عَنْ غَيْرِهِ وَلاَ أَعْلَمُهُ فِي الصَّحَابَةِ وَاللهُ اَعْلَمُ بِحَقِيْقَةِ ذَلِكَ
Kisah tsb adalah nyeleneh dari jalur itu. Kami tidak menjumpai dari orang lain, dan kami tidak menjumpainya tergolong sahabat. Dan Wallohu a`lam tentang kebenaran hal itu. [14]
Kami mencantumnkan kisah tersebut dalam buku kami Solusi tuntas permasalahan agama jilid II tanpa komentar bahwa kisah tsb nyeleneh di bab Tuntunan membaca salam dan masuk Islam dengan membaca laa ilaaha illlallah,mohon maaf kepada para pembaca dan memang sejauh itu pengetahuan kami dan kami saat itu sudah mantap adanya kisah tsb di masukkan ke dalam sahih Bukhori.
Ada hadis lagi sbb :
حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي صَالِحُ بْنُ أَبِي عَرِيبٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Dari Muadz bin Jabal berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang akhir perkataannya adalah laa ilaaha ilallah, maka masuk surga.
Penilaian ulama tenatng hadis tsb berbeda sbb:
Al bani menyatakan hadis tsb sahih [15]
Ibnu Hajar berkata : Hadis tsb menurut Al Hakim adalah sahih sanadnya. Ia juga diriwatayatkan oleh Thobroni [16]
Ibnul Qatthon menyatakan hadis tsb Ma`lul ( lemah ) karena ada perawi bernama Shaleh bin Abu Arib, dia tidak dikenal [17]
Ibnu Hibban menyebut Saleh bin Abu Arib dalam perawi – perawi yang lemah. Sofyan Ats tsauri menyatakan dia pembohong [18]
Abd Qadir al arnauth menyatakan : Ini hadis di nyatakan oleh al hakim sahih, menurut kaidah, pentashihan Hakim adalah Hasan. [19]
Kalau kita tinjau ulama yang paling dulu adalah Ibnul Qatthon yang menyatakan hadis tsb lemah dan AL Hakim yang menyatakan hadis tsb sahih.
Saya katakan : sebetulnya masih ada satu perawi lagi dalam sanad Abu dawud bernama Abd Hamid bin Ja`far yang tertuduh qadariyah dan terkadang keliru dalam menyampaikan hadis.
Hadis tsb di buat pegangan oleh kebanyakan orang lalu berkata : Biarlah sekarang saya terkadang melakukan kejahatan, dosa kecil, kadang besar, lalu kecil lagi. Yang penting ahir hayatku, saya akan membaca laa ilaaha illallah, saya akan masuk surga.
Terkadang ada orang bilang: Jangan kamu bilang sesat kepada ahli bid`ah, orang kafir, kamu kan tidak tahu dimanakah dia mati dan bagaimanakah bila nanti dia menyatakan laa ilaaha illallah dalam ahir hayatnya. Dari sini kebanyakan awam selalu berpegangan hadis itu dan males untuk bertobat.
Hadis itu bertentangan dengan ayat :
حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنْتُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ آ ْلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ ءَايَاتِنَا لَغَافِلُونَ
); hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.[20]
Dalam ayat lain, Allah berfirman :
وَفِرْعَوْنَ ذِي اْلأَوْتَادِ(10)الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلاَدِ(11)فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ
dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,
Ayat tsb menjelaskan bacaan laa ilaaha illallah fir`aun ternyata tidak diterima oleh Allah. Seolah ayat ini menafikan hadis diatas. Untuk Abu Tholib yang diperintah oleh Nabi SAW untuk baca laa ilaaha illallah bisa di benarkan karena saat itu belum ada syariat salat dll. Jadi yang penting menyatakan kalimat tauhid itu. Saya cari peraktek di kalangan sahabat, siapakah diantara mereka yang mengajarkan laa ilaaha illallah ketika menjelang ajal, saya tidak menjumpainya . Malah saya jumpai mereka berpesan dengan pesan yang baik sebagaimana ayat :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ ءَاخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي اْلأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلاَةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لاَ نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَلاَ نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ ا ْلآثِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: “(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”.[21]
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa[22]
Kalau orang yang kuat imannya, perilakunya selalu dilandasi dengan hadis dan al Quran, selalu mengajak kepada keduanya dan tidak mendahulukan budaya lingkungan bahkan ingin merobah budaya dan di sesuaikan dengan al Quran dan hadis, maka sekalipun ketika menjelang ajal tanpa di ajari kalimat tauhid itupun tidak berbahaya. Tapi bila orang yang tiap harinya berat melakukan kebaikan, apa yang di pikirannya hanyalah ingin berbuat jahat kepada kaum muslimin, malas melakukan salat, maka kalimat tsb di ajarkan kepadanya, diapun juga membacanya apakah tidak sama dengan fir`aun yang membacanya lalu ditolak oleh Allah.
Jadi hadis barang siapa yang di ahir hayatnya membaca la ilaaha illlah tidak di riwayatkan oleh Imam Bukhori, dan Imam Nasai.
Realitanya, ada orang PKI ketika akan di sembelih membaca yasin. Pada hal dia tidak melakukan salat, sering berjudi, sering main dengan perempuan, minum miras dll. Bahkan sekarang ini di lokalisasi WTS, juga banyak diantara mereka yang bisa baca barzanji, Al Quran, bahkan keluaran dari ponpes.
Ada juga orang komunis yang akan di sembelih baca fatehah, surat AlIhlas dll.
Ada ayat sbb:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ ا ْلآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. [23]
Ayat tsb menerangkan bahwa tobat itu diterima bagi orang yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti lalu bertobat. Dan tidak akan diterima bagi orang yang menjalankannya lalu tidak bertobat, dan masih terus mengotori dirinya dengan berbagai kesyirikan, kebid`ahan dan kemungkaran. Ketika ajal datang, dia bertobat. Allah dengan ayat tsb menyatakan tidak akan menerima tobatnya.
Saya simpulkan, bacaan laa ilaaha ilallah di ahir hayat bagi ahli bid`ah yang penuh noda syirik tiada gunanya, layaknya seperti Fir`aun yang beriman ketika ajal menjemputnya. Ada hadis lemah sbb:
Saya simpulkan, bacaan laa ilaaha ilallah di ahir hayat bagi ahli bid`ah yang penuh noda syirik tiada gunanya, layaknya seperti Fir`aun yang beriman ketika ajal menjemputnya. Ada hadis lemah sbb:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat [24] ( lemah ).
Sedang hadis barang siapa yang ahir perkataannya laa ilaaha ilallah adalah lemah kata Ibnul Qatthan dan inilah yang saya lebih condong karena bertentangan dengan ayat tsb dan dua perawinya yang lemah.
Ada ayat sbb :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ فَتَبَيَّنُوا وَلاَ تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلاَمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا إِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan ni`mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[25]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بَعَثَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً فِيْهِ (اْلمِقْدَادُ بْنُ اْلاَسْوَدِ) فَلَمَّا أَتَوْا اْلقَوْمَ وَجَدُوْهُمْ قَدْ تَفَرَّقُوْا وَبَقِيَ رَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيْرٌ وَلَمْ يَبْرَحْ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَهْوَى إِلَيْهِ الْمِقْدَادُ فَقَتَلَهُ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ: أَقَتَلْتَ رَجُلاً شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ؟ وَاللّهِ َلأَذْكُرَنَّ ذَلِكَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا قَدِمُوْا عَلىَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا يَا رَسُوْلَ اللّهِ إِنَّ رَجُلاً شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فَقَتَلَهُ الْمِقْدَادُ فَقَالَ: "اُدْعُوا لِي اْلمِقْدَادَ، يَا مِقْدَادُ أَقَتَلْتَ رَجُلاً يَقُوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ؟ فَكَيْفَ لَكَ بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ غَداً؟"
Dari Ibnu Abbas ra berkata : Rasulullah SAW mengirim kontingen yang dipimpin oleh Al Miqdad bin Al aswad. Ketika mereka sampai di suatu kaum, mereka menjumpai kaumitu berpecah belah. Ada seorang lelaki punya harta banyak, lalu berkata : Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Miqdad mengayunkan tangan kepadanya lalu membunuhnya.
Seorang lelaki dari sahabatnya berkata kepadanya : “ Apakah kamu membunuh seorang lelaki yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah ?
Demi Allah ! sungguh aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW.
Ketika sampai pada Rasulullah SAW, mereka berkata : Wahai Rasulullah ! sesungguhnya seorang lelaki telah membaca syahadat yaitu membaca laa ilaaha ilallah, lalu tetap dibunuh oleh Al Miqdad.
Rasulullah SAW bersabda : Panggilkan Al Miqdad untukku !
Rasulullah SAW bertanya : Wahai Miqdad ! Apakah kamu membunuh seorang lelaki yang membaca laa ilaaha ilallah, bagaimanakah tanggung jawabmu kelak terhadap kalimat laa ilaaha ilallah kelak ? HR Al Bazzar dengan sanad baik kata Ibnu Hajar al Haitami. [26]
Al bani berkata : Hadis tsb lemah [27]
Penulis berkata : Saya hanya menjumpai kisah tsb di kitab Majmauz zawaid tanpa sanad. ketika Ibnu Hajar menyatakan sanadnya baik, lalu saya cek sanadnya, ternyata saya tidak mendapatkannya. Saya curiga mengapa hanya Ibnu Hajar al Haitami yang mencantumkan kisah tsb dalam kitab Majmauz zawaid nya. Mengapa pengarang kutubut tis`ah tidak mencantumkannya dalam kitab sunan mereka. Lalu saya lega ketika saya jumpai Al bani menyatakan hadis tsb lemah. Secara realita banyak gembong – gembong PKI dulu ketika akan di bunuh membaca ayat kursi, membaca al Quran juga mengatakan laa ilaaha ilallah dll. Ini sama dengan perkataan kaum munafikin.
[1] Misykatul mashobih , Misykatul mashobih 367/1 , Mukhtashor irwa`ul gholil 152/1
[2] Sahih Muslim 26, sahih
[3] Syarah Muslim karya Imam Nawawi
[4] Al Baqarah 133
[5] Saba `
[6] Muttafaq alaih , Bukhori 4086
[7] Muslim 4474
[8] HR Tirmidzi 3418
[9] Tafsir Qurthubi 101/5 Al mustadrak alassahihain 198/2 Sahih ibnu Hibban 381 /9 Mawaridud dhom`an 308/1 Sunan Baihaqi al kubro 232/7 Mu`jam ausath 221/1 Al firdaus bima`tsuril khithob 247/5 Al bayan watta`rif 41/2 HR Abu Dawud 2117
[10] At taubah 113
[11] HR Bukhori / Janaiz / 1360. Manaqib / 3884. Tafsir / 4675. Muslim / Iman / 24 . Nasai / Janaiz / 2035.
[12] HR Bukhori 1356 Tafsir Ibnu Katsir 356/1 Sunan Baihaqi al kubro 455/1 Sunan Abu Dawud 185/3 Musnad Imam Ahmad 175/3 Musnad Abu Ya`la 93/6 Al adabulmufrad 185/1 Al Ishobah 379/4 Ghowamidhul asma` 646/2 Nasbur royah 459/3 271/4 Al Mustadrak alassahihaini 173/5 Al Mughni 212/6 Nailul author 227/8
[13] AlIshobah 379 / 4
[14] Ghowamidhul asma` 646/2
[15] Assilsilatus sahihah 470/5
[16] Nasbur royah 466/3
[20] Yunus 89- 92
[21] Al maidah 108
[22] Al Baqarah 180
[23] Annisa` 17- 18
[24] HR Tirmidzi / Daawat /3537, dan beliau menyatakan hasan ghorib , Ibnu Majah /Zuhud /4253. Namun sanadnya terdapat Al walid bin Muslim yang suka menyelinapkan perawi lemah , begitu juga Makhul addimasyqi .
[25] Annisa`94
[26] Majmauz zawaid 150 / 3
[27] Assilsilatud dhoifah 110/9
Artikel Terkait
assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
BalasHapussaya mau tanya, hadis yang berbunyi "Ajarilah orang – orang yang akan matimu dengan kalimat laa ilaaha illallah."
hadis ini sebenar nya shohih atau gimana,...
kalau shohih kenapa imam turmudzi mengatakan hasan shahih nyeleneh,..??
dan jika tidak shohih kenapa di kumpulkan dalam kitab shohih bukhori-muslim,..??
Untuk Brian Al-Huda , hadis tsb lemah
BalasHapusustadz saya masih belum paham, mengapa di sebut hadis lemah,..?? sanad cacat atau gmna,..???
BalasHapuslalu kenapa di taruh di kitab shohih,...????
sebelum nya terima kasih,...
Untuk Brian Al-Huda
BalasHapusSanad cacat Ibnul Qatthon menyatakan hadis tsb Ma`lul ( lemah ) karena ada perawi bernama Shaleh bin Abu Arib, dia tidak dikenal
Ibnu Hibban menyebut Saleh bin Abu Arib dalam perawi – perawi yang lemah. Sofyan Ats tsauri menyatakan dia pembohong