Rabu, Juli 25, 2012

Komentar Bpk. Didit SH tentang mantan kiyai NU


“TABAYUNLAH.....”

K.H. Dr. Idham Chalid, Ketua Umum Missie Islam pada pengantar buku, “Mengapa Saya Memeluk Agama Islam?”, yang judul aslinya,” Lima Dza Ana Muslim?”, oleh Al-Ustadz Abdul Muta’al Shaidy, Dosen pada Universitas Al-Azhar Cairo – mengatakan: “Tahun 1345 H atau tahun 1926 M, telah terjadi perdebatan antara Pendeta “2” propagandis agama Masehi dengan Mohammad Muchtar pelajar cemerlang di Cairo – Mesir –
Pada debat terakhir debat kedua puluh Pendeta “2” antara lain  mengatakan, “... kaum muslimin juga menyeleweng dari agamanya, sehingga ditimpa berbagai macam malapetaka...”.
Mohammad Muchtar antara lain menjawab: “Saya tidak mengingkari Pendeta yang terhormat bahwa kami telah menyeleweng dari agama kami sehingga menjadi sebab timbulnya musibah dan malapetaka pada kami. Tapi kami berusaha untuk memperbaiki kerusakan kami, untuk membersihkan agama kami dari KOTORAN-KOTORAN BID’AH.
Di Indonesia juga pernah ada debat antara guru dan murid – Sunan Kalijaga berdebat dengan gurunya yaitu Sunan Bonang melestarikan ritual agama Hindu yaitu selamatan sesudah kematian, 1 – 7 – 40 – 100 – 360 dan 1000 hari   itu BID’AH. Sunan Kalijaga mengerti bahwa itu sesat. Beliau berpendapat bahwa masyarakat Hindu yang baru masuk Islam, belum mengerti tentang agama Islam. Beliau berkata, “Biarkan dulu ritualnya berlangsung, sampai nanti kalau agama Islam sudah mengakar  dalam masyarakat, biarlah generasi mendatang yang akan mengubahnya”.
Generasi yang diharapkan oleh beliau ternyata timbul pada generasi yang tergabung dalam organisasi Islam yang cukup besar di Indonesia yaitu kelompok cendekiawan / Ulama Islam – Nahdlatul Ulama (NU). Generasi tahun 1926. Tidak tanggung-tanggung  materi itu masuk dalam  pembahasan acara Muktamar NU ke I, tanggal 21 Oktober 1926 di Surabaya dan keputusannya tegas yaitu : “Acara selamatan sesudah  ada kematian adalah termasuk BID’AH dan HINA”.
Dari generasi Sunan Kalijaga yang namanya belajar untuk tidak melaksanakan kotoran-kotoran BID’AH, sampai dengan generasi  masyarakat Islam tahun 1926, belum juga faham dan sadar bahwa BID’AH menjadikan orang menjadi syirik, kufur kepada Allah SWT. Dan itu sangat berbahaya bagi akidah Islam. – sampai-sampai diangkat sebagian di salah satu materi acara Muktamar tersebut. Keputusan Muktamar tersebut pasti dilaksanakan. Disosialisasikan oleh tokoh-tokoh NU sebagai sang pencerah sampai ke lapisan masyarakat paling bawah.  Dapat dibayangkan betapa terang dan sejuknya sinar Islam di hati masyarakat yang terbanyak pemeluknya di bumi ini.
Tapi, sampai kini tak hendak berhasil. Sudah habiskah kader NU untuk dapat melaksanakan hasil Muktamar tersebut?  Dari waktu Muktamar sampai kini sudah lebih setengah abad – sudah tenggelamkah dalam kotoran-kotoran itu?
BID’AH yang HINA
Ternyata belum seluruhnya kader Nahdlatul Ulama tenggelam. Belum seluruhnya tidak peduli – setelah lebih dari 50 tahun timbul ke permukaan seorang kader yang melanjutkan hasil Muktamar itu tidak hanya timbul, tapi berbuat. Genderang pencerahan untuk melaksanakan “DUA KALIMAT SYAHADAT”. Pencerahan dimulai lewat darat maupun lewat udara. – Bagaimana   seharusnya ajaran Islam dilaksanakan.
Allah SWT telah memberi jalan. Pasti BENAR Allah SWT telah memberi contoh pelaksanaannya. PASTI BENAR.
Allah SWT telah memberi cara memecahkan persoalannya – PASTI BENAR.  Kita bukan masyarakat  yang diberi pelajaran untuk TERIAK-TERIAK. Kita bukan orang yang berpenyakit ayan. Kita bukan orang kalap.
Kita orang teladan yang diharapkan. Kita orang damai, sopan-santun yang diharapkan. Berbagai tanggapan telah bermunculan. Dari tingkat bawah sampai tingkat atas.
Mulai dari anggota organisasi paling bawah sampai ketua yang paling atas. Mulai dari yang tidak punya titel sampai dengan yang bertitel. Title- artinya kepedulian tentang masalah agama yang bersumber dari penyakit TBC. Ta’lit – Bid’ah dan Churafat, sudah sampai pada ubun-ubun.
Ada  yang bilang, laporkan saja, karena  dia merusak kemapanan, kelaziman dan budaya yang telah mengakar.
Orang-orang yang mengatakan seperti ini  adalah orang-orang kasar dan angkuh. Gampang sekali digerakkan untuk bertindak anarkis. Kalau ini selalu terjadi memalukan sekali. Dulu agama Allah SWT yang dibawa oleh orang sejatinya yaitu Muhammad Rasulullah, begitu mencengangkan dunia. Bersama sahabatnya yang bermodal dua kata: “Saya dengarkan dan saya laksanakan”. Titik. Dunia bergetar karenanya. Kita masih bisa  kok melaksanakan itu. Belum hilang sama sekali kultur kita yang luhur itu. Masih lekat di dada. “Suro Dirojoyo Ningrat Lebur Dening Pangastuti”. Apa itu? TABAYUN.
Kita masih punya banyak tokoh-tokoh agama Islam yang ber-ilmu tinggi-. Beliau yang hafal Al-Qur'an, referensi Hadits puluhan, ratusan bahkan ribuan, dan sebagainya.    Dengan teknologi canggih sekarang ini, kita bisa tahu dan mengerti, tokoh-tokoh yang berani tampil. Menyampaikan kebenaran itu.
Mencari kebenaran  - mencari kebenaran - . Sekalipun  sekarang ini rame juga mencari harta benda dunia dengan korupsi.
Tapi yang mencari kebenaran masih ada. Jangan dilewatkan saudaraku. Mari kita dukung orang yang mencari kebenaran itu. – kita dukung -.
Kita tahu semua kan?! Siapa Mahrus Ali itu? Silahkan dengan stempel apapun – hari gini kok mau-maunya cari   kebenaran. Kebenaran agama lagi”.
Teristimewa agama Islam pula!!
Nahdlatul Ulama (NU) itu besar. Muhammadiyah itu besar. PERSIS besar. Al-Irsyad besar. Masyarakat Islam juga besar. Bawalah kami dengan bahtera indah melaju pada kebesaran. Kami orang-orang penurut kepada kebenaran. Tabayunlah – tabayunlah – tabayunlah. Wahai tokoh-tokoh agamaku.
Jadikanlah seperti apa yang dikatakan oleh Proklamator kita Bung Karno. Beliau mengatakan : “Blindelings mengikuti kepada Nabi”. Blindelings itu artinya mengikuti seperti orang buta mengikuti -. Saya ini uceng saudara-saudara. Terbatas saya punya pengetahuan, terbatas saya punya pengertian agama, tetapi saya punya pengertian sendiri tentang apa yang diajarkan oleh Muhammad SAW dan saya anggap Dia punya pengajaran itu mutlak, benar, tidak ada salahnya. Dan saya ikuti sama Dia”.
Semoga ada manfaat, ungkapan hati ini. Perkenankanlah aku menulis munajat Rasulullah Muhammad SAW kepada Allah SWT saat setelah membersihkan kedua kaki beliau berdarah karena lemparan batu orang-orang penduduk Tha’if”.
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluh, atas kelemahan tenagaku, kekurangan akal dan kilahku dan kelemahan kesanggupanku menghadapi orang-orang kafir. Ya Allah Maha Penyayang. Engkau-lah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engkau-lah Tuhan-ku. Kepada siapakah engkau hendak menyerahkan diriku? Kepada orang jauh bukan kerabat yang bermuka kecut kepada-ku ataukah musuh yang telah Engkau takdirkan akan mengalahkan urusan tugasku? Hal itu tidak kurisaukan jika Engkau tidak murka terhadap diriku. Namun bagiku rahmat-Mu amat luas. Kepada cahaya  wajah-Mu yang menerangi kegelapan dan menentukan kebaikan urusan dunia dan akhirat, aku berlindung dari murka-Mu yang akan menimpa diriku. Aku senantiasa mohon keridhaan-Mu. Karena tiada daya dan tiada kekuatan kecuali atas perkenaan-Mu.
Dikutip dalam buku “Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW” oleh H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, hal. 369.

Sekian – Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh .

                                                              Surabaya, 9 Juli 2012
                                                                         Hormat,


                                                                          D i d i t 
                                                 Rungkut Harapan Blok K/6 Surabaya  
Komentarku ( Mahrus ali ):
Setahu saya al bani menyatakan kepada doa yang terahir yaitu : “Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluh, atas kelemahan tenagaku………………… adalah lemah, kata al bani dalam kitab Silsilah dhoifah 2933.
Artikel Terkait

3 komentar:

  1. web ini menggambarkan adanya jalinan kerjasama dan saling dukung, karena itu mari kita simak:
    http://syiahali.wordpress.com/

    BalasHapus
  2. tolong sertakan bukti asli hasil muktamar NU tersebut.....

    BalasHapus
  3. Untuk saiful , kamu bisalihat di cover buku mantan kiyai NU menggugat tahlilan.........

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan