Dialog antara Nabi dan Halimah
( Lokasi masa kacil Rasulullah )
وَكُلُّ مَنْ فِي اْلكَوْنِ مُتَشَوِّقٌ
لِظُهُوْرِكَ *مُنْتَظِرٌ ِلاِشْرَافِ نُوْرِكَ *فَبَيْنَمَا الْحَبِيْبُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ* مُنْصِتٌ لِسَمَاعِ تِلْكَ اْلاَشْبَاحِ *وَوَجْهُهُ مُتَهَلِّلٌ
كَنُوْرِ الصَّبَاحِ* اِذْ اَقْبَلَتْ حَلِيْمَةُ مُعْلِنَةً بِالصِّيَاحِ* تَقُوْلُ
وَاغَرِيْبَاه* فَقَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مُحَمَّدُ مَا اَنْتَ بِغَرِيْبٍ *
بَلْ اَنْتَ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ * وَاَنْتَ لَهُ صَفِىٌّ وَحَبِيْبٌ * فَقَالَتْ
حَلِيْمَةُ وَاوَحِيْدَاه * فَقَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مُحَمَّدُ مَا اَنْتَ بِوَحِيْد
* بَلْ اَنْتَ صَاحِبُ التَّأْيِيْدِ* وَأَنِيْسُكَ الْحَمِيْدُ الْمَجِيْدُ * وَإِخْوَانُكَ
مِنَ الْمَلاَئِكَةِ وَاَهْلِ التَّوْحِيْدِ *قَالَتْ حَلِيْمَةُ وَايَتِيْمَاه *
فَقَالَتْ الْمَلاَئِكَةُ ِللهِ دَرُّكَ ِمنْ يَتِيْمٍ * فَإِنَّ قَدْرَكَ عِنْدَ
اللهِ عَظِيْمٌ*
Seluruh orang di
alam ini merindukan kedatanganmu, menantikan cahayamu memancar ?
Ketika Rasulullah
mendengarkan hayalan – hayalan itu, wajah beliau cerah laksana cahaya
pagi, tahu – tahu Halimah datang dengan berteriak, wahai anak ku yang terasing.
Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau bukan terasing, bahkan Engkau dekat
dengan Allah, dan Engkau orang pilihan dan kekasihnya.
Halimah berkata:
Wahai anakku yang sendirian !
Malaikat menjawab:
Wahai Muhammad ! Engkau tidak sendirian, bahkan
engkau orang yang mendapat dukungan dan temanmu adalah Allah yang Maha
terpuji dan Maha agung dan teman- temanmu
dari kalangan malaikat yang bertauhid
Halimah berkata:
Wahai anak Yatim
Malaikat berkata:
Malikat menjawab:
Bagus sekali anda menjadi yatim, sesungguhnya
martabatmu di sisi Allah agung sekali.
Komentarku (
Mahrus ali ):
Kisah tsb tiada
dalilnya dan ini sekedar apa yang
terdapat dalam benak si pengarang Diba` lalu di tuangkan dalam karya tulisan
lalu di baca orang banyak dan tidak ada
orang yang menganggapnya keliru lalu di kira asli sejarah Rasulullah lalu di ajarkan kepada masarakat. Jadinya
kekeliruan demi kekeliruan terus
bertambah tanpa filter.
Kini tiba
saatnya untuk di katakan bahwa
kisah tersebut sekedar inspirasi dari si
pengarang tanpa dalil, bukan realita sejarah. Jangan di percaya sama sekali
tapi buang saja di tong sampah.
Pengarang
menyatakan:
Halimah berkata:
Wahai anakku yang sendirian !
Malaikat menjawab:
Wahai Muhammad ! Engkau tidak sendirian, bahkan
engkau orang yang mendapat dukungan dan temanmu adalah Allah yang Maha
terpuji dan Maha agung dan teman- temanmu
dari kalangan malaikat yang bertauhid
Komentarku:
Apakah seperti
itu kekeliruan bertambah tanpa filter? Apakah tidak mengerti bahwa Muhammad ketika kecil masih sesat, sudah
tentu bukan malaikat yang membantunya dan Allah belum mengangkatnya menjadi
kekasih, kembalilah kepada ayat:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي
بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah
Kami wahyukan kepadamu wahyu dengan
perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an)
dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.[1]
Muhammad waktu kecil tidak mengerti tauhid
dan Iman, tidak mengerti ajaran al Quran. Sudah tentu, masih sesat.
Pengarang
diba berkata lagi:
Ketika Rasulullah
mendengarkan hayalan – hayalan itu, wajah beliau cerah laksana cahaya
pagi, tahu – tahu Halimah datang dengan berteriak, wahai anak ku yang terasing.
Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau bukan terasing, bahkan Engkau dekat
dengan Allah, dan Engkau orang pilihan dan kekasihnya.
Komentarku:
Itu keliru sekali
dan tidak benar sedikitpun. Ketika Rasulullah
belum mendapatkan wahyu, masih sesat, belum tahu jalan lurus dan
tidak menjadi kekasih allah. Bahkan
para sahabat, asalnya juga bermusuhan, kafir, sesat, lalu mengikuti
al Quran dan mendapat hidayah
sebagaimana ayat:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(103)
Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.[2]
Tugu Hudaibiyah –
dan di daerah ini tempat tinggal Banu Sa`ad yaitu suku Halimah Assa`diyah, daerah ini masa kecil Rasulullah . Ia di luar tanah haram. Antara Mekkah dan
Hudaibiyah sekitar 169 Km. Ia terletak
di utara Mekkah. Di daerah ini pula pernah terjadi perdamaian
antara komunitas Kafir Quraisy dan kaum muslimin dan terjadi juga baiat Ridwan sebagaimana ayat:
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ
السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka
lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya).[1]
Damai antara kaum
musrikin dan kaum muslim juga di jelaskan dalam hadis sbb:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ: كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ الصُّلْحَ بَيْنَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ
فَكَتَبَ هَذَا مَا كَاتَبَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالُوا لاَ
تَكْتُبْ رَسُولُ اللَّهِ فَلَوْ نَعْلَمُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ لَمْ
نُقَاتِلْكَ فَقَالَ النَّبِيُّ لِعَلِيٍّ امْحُهُ فَقَالَ مَا أَنَا بِالَّذِي
أَمْحَاهُ فَمَحَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ قَالَ وَكَانَ فِيمَا
اشْتَرَطُوا أَنْ يَدْخُلُوا مَكَّةَ فَيُقِيمُوا بِهَا ثَلاَثًا وَلاَ
يَدْخُلُهَا بِسِلاَحٍ إِلاَّ جُلُبَّانَ السِّلَاحِ قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَقَ
وَمَا جُلُبَّانُ السِّلَاحِ قَالَ الْقِرَابُ وَمَا فِيهِ *
Dri
al-Bara' bin Azib r.a katanya: “ Ali bin Abu Talib penulis isi naskhah
perdamaian antara Nabi saw dengan orang-orang Musyrikin pada hari perjanjian
Hudaibiah, Ali menulis: Inilah yang dijanjikan oleh Muhammad utusan Allah.
Orang-orang musyrik membantah: Jangan kamu tulis kalimah utusan Allah. Kalau kami
sudah yakin bahwa beliau (baginda)
adalah utusan Allah, maka kami tidak perlu memusuhinya.
Ali
menjawab: “Tidak”.
Baginda bersabda kepada Ali: “Hapuslah kalimat
itu”.
Ali menjawab: “Tidak! Aku tidak mau
menghapusnya”.
Nabi saw menghapusnya sendiri. Salah satu
syarat yang diajukan oleh orang-orang Quraisy di dalam perjanjian tersebut
ialah: Nabi saw dan para
sahabat hanya boleh memasuki dan
tinggal di kota
Mekah selama tiga hari dan tidak dibenarkan membawa senjata kecuali bersarung.
Aku bertanya kepada Abu Ishak Apakah yang dimaksudkan dengan bersarung? Lalu
beliau menjawab: “Senjata dan sarungnya”[2]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan