REPUBLIKA.CO.ID,
''Dia sedang memandangi masjid itu. Masjid Shah Faisal berbentuk seperti tenda
raksasa. Mobil-mobil datang dan pergi. Para jamaah berpakaian putih mengalir
masuk dan keluar. Kami menyaksikan saat ratusan lampu dinyalakan ketika malam
semakin pekat. Masjid itu berkilauan bagaikan sebongkah permata dalam
kegelapan.'' (The Kite Runner, Khaled Hosseini).
Masjid Shah Faisal yang disinggung dalam novel berjudul The Kite Runner karya Khaled Hosseini merupakan landmark Kota Islamabad, Pakistan.
Masjid itu terletak di bagian utara Kota Islamabad dengan latar belakang Bukit Margalla. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di dunia.
Kemegahan bangunan masjid ini juga dideskripsikan oleh Khaled dalam buku tersebut. ''Masjid Shah Faisal yang terkenal sebagai (salah satu) masjid terbesar di dunia, yang tampak agung dengan pilar-pilar beton raksasa dan menara-menaranya yang menjulang tinggi.''
Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi ini, secara arsitektural, memasukkan gaya Asia Selatan, Arab, dan Turki. Dengan perpaduan ini, bisa dikatakan bahwa Masjid Shah Faisal merupakan salah satu contoh arsitektur Islam modern di dunia.
Di atas masjid, terdapat lampu hias raksasa seberat 75 ton. Selain itu, pada bagian atap masjid, terdapat 1.000 buah lampu gelembung yang penggunaannya didesain secara elektronik.
Pada bagian luar masjid, terdapat empat buah tiang raksasa setinggi 90 meter yang mengapit seluruh bangunan masjid. Keempat tiang raksasa ini juga berfungsi sebagai menara masjid. Bangunan menara masjid mengadopsi desain arsitektur Turki tradisional dan merupakan menara masjid tertinggi di kawasan Asia Selatan.
Tidak seperti desain masjid tradisional pada umumnya yang dilengkapi kubah berbentuk bundar (bulat), bangunan Masjid Shah Faisal tidak memiliki kubah. Sebagai ganti dari kubah, sang arsitek Vedat Dalokay merancang sebuah bangunan mirip kubah kulit kerang sebanyak delapan buah, masing-masing setinggi 40 meter.
Menurut perancangnya, kubah tersebut menggambarkan tenda khas padang pasir. Kubah unik ini ditopang oleh empat balok raksasa yang ada di dalam masjid.
Sementara itu, di bagian ruang utama yang merupakan ruang shalat, terdapat sebuah candelabra (lampu) kristal besar. Sedangkan, dinding pada ruang shalat dihiasi dengan mozaik dan tulisan kaligrafi yang merupakan hasil karya seniman ternama asal Pakistan, Sadequain.
Pola mozaik menghiasi dinding bagian barat, sedangkan tulisan kaligrafi yang membentuk pola bayangan cermin menghiasi dinding bagian timur.
Redaktur: Chairul Akhmad
Masjid Shah Faisal yang disinggung dalam novel berjudul The Kite Runner karya Khaled Hosseini merupakan landmark Kota Islamabad, Pakistan.
Masjid itu terletak di bagian utara Kota Islamabad dengan latar belakang Bukit Margalla. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah di dunia.
Kemegahan bangunan masjid ini juga dideskripsikan oleh Khaled dalam buku tersebut. ''Masjid Shah Faisal yang terkenal sebagai (salah satu) masjid terbesar di dunia, yang tampak agung dengan pilar-pilar beton raksasa dan menara-menaranya yang menjulang tinggi.''
Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi ini, secara arsitektural, memasukkan gaya Asia Selatan, Arab, dan Turki. Dengan perpaduan ini, bisa dikatakan bahwa Masjid Shah Faisal merupakan salah satu contoh arsitektur Islam modern di dunia.
Di atas masjid, terdapat lampu hias raksasa seberat 75 ton. Selain itu, pada bagian atap masjid, terdapat 1.000 buah lampu gelembung yang penggunaannya didesain secara elektronik.
Pada bagian luar masjid, terdapat empat buah tiang raksasa setinggi 90 meter yang mengapit seluruh bangunan masjid. Keempat tiang raksasa ini juga berfungsi sebagai menara masjid. Bangunan menara masjid mengadopsi desain arsitektur Turki tradisional dan merupakan menara masjid tertinggi di kawasan Asia Selatan.
Tidak seperti desain masjid tradisional pada umumnya yang dilengkapi kubah berbentuk bundar (bulat), bangunan Masjid Shah Faisal tidak memiliki kubah. Sebagai ganti dari kubah, sang arsitek Vedat Dalokay merancang sebuah bangunan mirip kubah kulit kerang sebanyak delapan buah, masing-masing setinggi 40 meter.
Menurut perancangnya, kubah tersebut menggambarkan tenda khas padang pasir. Kubah unik ini ditopang oleh empat balok raksasa yang ada di dalam masjid.
Sementara itu, di bagian ruang utama yang merupakan ruang shalat, terdapat sebuah candelabra (lampu) kristal besar. Sedangkan, dinding pada ruang shalat dihiasi dengan mozaik dan tulisan kaligrafi yang merupakan hasil karya seniman ternama asal Pakistan, Sadequain.
Pola mozaik menghiasi dinding bagian barat, sedangkan tulisan kaligrafi yang membentuk pola bayangan cermin menghiasi dinding bagian timur.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter:
Nidia Zuraya
Komentarku
( Mahrus ali ):
Membangun
masjid termasuk dalam hadis:
مَنْ بَنَى للهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
Barang siapa yang membangun masjid untuk Allah , maka akan di
bangunkan rumah di surga untuknya.
صحيح ) انظر حديث رقم : 6127 في صحيح
الجامع .
Hadis tsb sahih, lihat hadis nomer 6127 dalam sahih jami` kata al
bani.
Kalau masjid Rasulullah SAW, jelas dari tanah, tanpa di keramik apalagi di beri
karpet atau sajadah. Pada hal saat itu, tikar, hambal , kain sudah ada. Lihat
hadis sbb:
Anas bin Malik ra berkata :
قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ الصَّلَاةَ
مَعَكَ وَكَانَ رَجُلًا ضَخْمًا فَصَنَعَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ طَعَامًا فَدَعَاهُ إِلَى مَنْزِلِهِ فَبَسَطَ لَهُ حَصِيرًا وَنَضَحَ
طَرَفَ الْحَصِيرِ فَصَلَّى عَلَيْهِ رَكْعَتَيْنِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ آلِ
الْجَارُودِ لِأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى قَالَ مَا رَأَيْتُهُ صَلَّاهَا إِلَّا يَوْمَئِذٍ *
Seorang lelaki Ansor berkata
:” Sesungguhnya aku tidak bisa berjamaah denganmu “. Dia lelaki gendut ,lalu membikin makanan untuk Nabi SAW . Dia mengundang
beliau kerumahnya ,lalu menggelar tikar ,dan memerciki ujung tikar . Rasulullah
SAW melakukan salat dua rakaat . Seorang lelaki dari keluarga Jarud
berkata kepada Anas bin malik :” Apakah
Nabi SAW melakukan salat Dhuha ? “.
Anas menjawab : ‘ Aku tidak pernah
beliau melakukan salat Dhuha kecuali pada hari itu . [1] Sebenarnya salat tsb
sunah biasa.
Lihat sekalipun Rasulullah SAW
menjalankan salat sunat di atas tikar, tapi untuk salat wajib, selama hidupnya
beliau selalu melakukannya tanpa tikar atau sajadah.
Baca lagi disini:
31
Mar 2012
Debat
Mas Halim Alwei dan Imam tentang salat tanpa alas. Jumat, Maret 30, 2012 |
Diposkan oleh Mantan kiyai NU | Edit Entri. Dalam link ini :
http://orgawam.wordpress.com/2010/12/11/2581/?replaytocom=6974#respond ...
06
Feb 2011
Dalam
pelaksanaan shalat Idul Adha 1431 H beberapa waktu lalu yang sangat menarik
perhatian kita adalah apa yang dilakukan oleh Jemaah Darul Quran di Tambak
Sumur, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur. Bolehkah shalat ...
06
Feb 2011
Assalamu'alaikum,
mohon penjelasan di rubrik soal-jawab. Banyak hadits yang menyatakan bahwa
Rasulullah Shallallohu'alayhi wa salam shalat diatas tanah tanpa penghalang
bahkan bersandal dan ketika shalat di atas ...
21
Feb 2011
Nah masjid sekarang tidak bisa di katakan cocok dengan tuntunan. Pertama alas masjid bukan tanah tapi keramik, kadang di tingkat. Kadang di kasih karpet. Ini yang perlu dipikirkan, jangan diabaikan. Masjid sekarang bagus – bagus, kaum fakir miskin terabaikan. Dana yang mestinya untuk orang fakir miskin di sadap langsung untuk pembangunan menara masjid yang menelan dana milyaran. Ini kedhaliman yang harus di buang jauh, bukan di peraktekkan terus. Di era Rasulullah SAW, dana banyak yang mengalir ke pada kaum fakir miskin, tiada bagian dana untuk pembangunan masjid beliau. Ini beda jauh bukan sama dengan era sekarang. Ingatlah, jangan dilupakan firman Allah:
Nah masjid sekarang tidak bisa di katakan cocok dengan tuntunan. Pertama alas masjid bukan tanah tapi keramik, kadang di tingkat. Kadang di kasih karpet. Ini yang perlu dipikirkan, jangan diabaikan. Masjid sekarang bagus – bagus, kaum fakir miskin terabaikan. Dana yang mestinya untuk orang fakir miskin di sadap langsung untuk pembangunan menara masjid yang menelan dana milyaran. Ini kedhaliman yang harus di buang jauh, bukan di peraktekkan terus. Di era Rasulullah SAW, dana banyak yang mengalir ke pada kaum fakir miskin, tiada bagian dana untuk pembangunan masjid beliau. Ini beda jauh bukan sama dengan era sekarang. Ingatlah, jangan dilupakan firman Allah:
وَءَاتِ
ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلاَ تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا
Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.[2]
فَآتِ
ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ
لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maka
berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada
fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang
beruntung.[3]
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan