Jombang, NU
Online
Pendidikan dan latihan Banser yang digelar GP Ansor Jombang di Pondok Pesantren At Tahdzib Grenggeng Rejoagung Ngoro Jombang mendapatkan acungan jempol pengasuh pesantren KH Ahmad Masruh. Bahkan pesantren yang memiliki banyak santri perempuan ini mengusulkan adanya pelatihan Banser perempuan.
“Banyak santriwati yang sekilas melihat dan ingin mengikuti, nampaknya ke depan perlu Ansor memiliki Banser perempuan,” ujar Gus Masruh saat penutupan kegiatan yang disambut tepuk tangan ratusan peserta Diklatsar menyetujui.
Gus Mahruh menambahakan, usulan adanya Banser perempuan bukan tanpa alasan, karena Banser Ansor selalu menjadi penolong. Dan saat genting jika banyak yang perlu ditolong. Karena layaknya polisi perempuan, TNI perempuan, jika menangai persoalan perempuan mereka yang maju.
“Apalagi jika saat menjalankan tugas banyak perempuan yang semaput misalnya, kalau bukan Banser perempuan maka ewuh pakewuh, untuk menolong,” ujarnya sambil tersenyum.
Pengasuh Pesantren yang dikenal memiliki jamaah sholawat Wahidiyah hingga puluhan ribu, jamaahnya tidak hanya dari kabupaten Jombang akan tetapi juga dari berbagai daerah lain ini menambahkan, setelah mengikuti Diklat, Banser harus tampil didepan, apalagi Jombang adalah cikal bakalnya NU, ulama NU banyak dilahirkan di Jombang.
“Banser harus benar benar menjadi benteng ulama, melindungi ulama dari ancaman apapun,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Jombang, Sholahul Am Notobuwono meminta seluruh kader Ansor khusunya Banser yang telah lulus Diklatsar melakukan pendataan rumah ibadah, masjid dan musholla disetiap kampunya masing masing.
Termasuk melakukan pendataan terhadap tokoh tokoh dan kyainya, ini penting sehingga kita tahu siapa yang harus kita bela dan harus kita jaga dari provokasi orang yang tidak bertanggung jawab,’ pintanya.
Karena dikatakannya, saat ini banyak elemen masyarakat lain yang mencoba memporak poarandakan kesatuan NU. Baik dari sisi nilai keagamaan maupun kerukunan.
“Ujungnya NU digerogoti dan stabilitas masyarakat menjadi tidak kondusif,” ungkapnya.
Dari catatan NU Online, PBNU pernah memiliki banser perempuan pada tahun 1960-an dengan nama Fatser, yang merupakan barisan serba guna dibawah Fatayat NU. Mereka terlibat dalam berbagai aksi ketika Indonesia mengalami peristiwa genting antara tahun 1963-1967, tetapi setelah situasi nasional menjadi tenang, keberadaan Fatser menghilang.
Untuk tingkat IPPNU juga terdapat Korps Kepanduan Putri (KKP) yang bertugas melakukana apengamanan dan pertolongan kepada kaum perempuan.
Pendidikan dan latihan Banser yang digelar GP Ansor Jombang di Pondok Pesantren At Tahdzib Grenggeng Rejoagung Ngoro Jombang mendapatkan acungan jempol pengasuh pesantren KH Ahmad Masruh. Bahkan pesantren yang memiliki banyak santri perempuan ini mengusulkan adanya pelatihan Banser perempuan.
“Banyak santriwati yang sekilas melihat dan ingin mengikuti, nampaknya ke depan perlu Ansor memiliki Banser perempuan,” ujar Gus Masruh saat penutupan kegiatan yang disambut tepuk tangan ratusan peserta Diklatsar menyetujui.
Gus Mahruh menambahakan, usulan adanya Banser perempuan bukan tanpa alasan, karena Banser Ansor selalu menjadi penolong. Dan saat genting jika banyak yang perlu ditolong. Karena layaknya polisi perempuan, TNI perempuan, jika menangai persoalan perempuan mereka yang maju.
“Apalagi jika saat menjalankan tugas banyak perempuan yang semaput misalnya, kalau bukan Banser perempuan maka ewuh pakewuh, untuk menolong,” ujarnya sambil tersenyum.
Pengasuh Pesantren yang dikenal memiliki jamaah sholawat Wahidiyah hingga puluhan ribu, jamaahnya tidak hanya dari kabupaten Jombang akan tetapi juga dari berbagai daerah lain ini menambahkan, setelah mengikuti Diklat, Banser harus tampil didepan, apalagi Jombang adalah cikal bakalnya NU, ulama NU banyak dilahirkan di Jombang.
“Banser harus benar benar menjadi benteng ulama, melindungi ulama dari ancaman apapun,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Jombang, Sholahul Am Notobuwono meminta seluruh kader Ansor khusunya Banser yang telah lulus Diklatsar melakukan pendataan rumah ibadah, masjid dan musholla disetiap kampunya masing masing.
Termasuk melakukan pendataan terhadap tokoh tokoh dan kyainya, ini penting sehingga kita tahu siapa yang harus kita bela dan harus kita jaga dari provokasi orang yang tidak bertanggung jawab,’ pintanya.
Karena dikatakannya, saat ini banyak elemen masyarakat lain yang mencoba memporak poarandakan kesatuan NU. Baik dari sisi nilai keagamaan maupun kerukunan.
“Ujungnya NU digerogoti dan stabilitas masyarakat menjadi tidak kondusif,” ungkapnya.
Dari catatan NU Online, PBNU pernah memiliki banser perempuan pada tahun 1960-an dengan nama Fatser, yang merupakan barisan serba guna dibawah Fatayat NU. Mereka terlibat dalam berbagai aksi ketika Indonesia mengalami peristiwa genting antara tahun 1963-1967, tetapi setelah situasi nasional menjadi tenang, keberadaan Fatser menghilang.
Untuk tingkat IPPNU juga terdapat Korps Kepanduan Putri (KKP) yang bertugas melakukana apengamanan dan pertolongan kepada kaum perempuan.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Muslim Abdurrahman
Komentarku ( Mahrus ali):
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Gus Mahruh menambahakan, usulan
adanya Banser perempuan bukan tanpa alasan, karena Banser Ansor selalu menjadi
penolong. Dan saat genting jika banyak yang perlu ditolong. Karena layaknya
polisi perempuan, TNI perempuan, jika menangai persoalan perempuan mereka yang
maju.
Komentarku ( Mahrus ali):
Wanita harus menjalankan fungsinya
sebagaimana dalam ayat:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ
تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَءَاتِينَ الزَّكَاةَ
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا(33)
dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya Ahzab 33.
Setahu saya gaya pakaian Polwan., Peramuka wanita gaya fasion orang kafir,
banyak dosanya dari pada pahalanya. Ini semua karena wanita ingin maju dengan
meninggalkan rumah dan memelihara anak – anaknya. Lalu siapa yang memperhatikan
tugas – tugas di rumah. Sudah cukup tugas
diluar itu serahkan saja kepada kaum lelaki , jangan kepada kaum
perempuan yang akhirnya kaum lelakinya nganggur di rumah dan perempuan sibuk
diluar rumah. Ini awal kesalahan dan akan di akhiri dengan kesalahan yang lebih
besar.
Artikel Terkait
kalo laki-lakinya kuat iman , amal-amalnya tentu tdk melenceng ustadz...maka para wanita mau masuk ke rumah . Kan laki-laki pemimpin wanita ustadz..
BalasHapus