Dari kalangan
ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi
berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika
menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:
عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ
وَهُوَ وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ الَّتِيْ انْتَشَرَشَرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ
لَكِنْ بَيْنَهُمَا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ
بِالدَّعْوَةِ إِلاَّ بَعْدَمَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ
لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ
عَبْدَالْوَهَّابِ هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ
لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْهِ كَأَسْلاَفِهِ وَأَهْلِ
جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ
يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ
اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ
مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّداًبِاْلآَياَتِ
وَاْلآَثاَرِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ
الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ
اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ الْهَائِلَةِ
الَّتِيْأَرْعَبَتِ اْلأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ
عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَةًيُرْسِلُ إِلَيْهِ مَنْ
يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ بِتَكْفِيْرِ
مَنْ خَالَفَهُ وَاسْتِحْلاَلِ قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على
ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Abdul
Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah,
yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara
keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak
terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian
ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan
Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia
tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di
daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa
yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian
akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah
benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak
Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya
dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits
Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan
judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah
menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia
sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh
darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia
tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang
yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena
pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang
menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih
al-Hanabilah, hal. 275).
Komentarku ( Mahrus ali):
Tidak layak menebak masalah
gaib, yaitu menebak masa depan Muhammad bin Abd Wahab.Kita tidak diperbolehkan
menyatakan masa depan anak yang baik atau yang jelek. Kita komitmen saja kepada
ayat:
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ
اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ
أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan
tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. ( Al an‘am 50 )
Di ayat lain di katakan :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا
ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا
نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman".
Dan kisah orang tua Muhammad bin Abd Wahab itu
belum tentu benar, mungkin juga fitnah belaka. Lihat kalimat yang di pakai
dalam mengkisahkan itu masih meragukan, yaitu dari sebagian orang yang ku
jumpai dari kalangan ahlul ilmi.
Siapa dia ? Dari kalangan
ahli bid`ah atau ahlus sunnah ? Dan sumber cerita itu mengapa dari satu
orang saja. Saya tidak menjumpai refrensi yang akurat dari lainnya. Dia adalah
pengarang kitab kebid`ahan yaitu al
suhub al wabilah - dari segi arti dari kitab
karangannya saja sbb:
Awan yang menghujani ke makam – makam orang – orang bermadzhab hambali”.
Jadi terkesan ahli bid`ah penulisnya.
Bila benar
sang ayah benci, itu tidak menunjukkan kejelekan Syaikh Muhammad bin Abd wahab.
Lihat saja Nabi Ibrahim juga di benci
ayahnya bahkan di usir dan akan dilempari batu. Apakah Nabi Ibrahim sesat dan
ayahnya benar? Atau apakah ayahnya yang sesat dan Ibrahim yang berada di jalan lurus bukan di jalan
bengkong.
Begitu
juag kebncian saudara, belum tentu saudaranya
benar dan Muhammad bin Abd wahab yang
salah.
Lihat saja
Nabi Yusuf juga di benci saudaranya, apakah nabi Yusuf keliru dan saudaranya
benar?.
Bersambung............
Mau
telp atau sms: 085852588175. 03140158866. 088803080803.. sms langsung ke laptop
08819386306..email darulqurani@yahoo.co.id.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan