Penulis:
Pejuang Islam [ 12/10/2012 ]
SYEIKH
IBNU HAZAM ADH-DHAHIRI MENYIKAPI SYIAH
Luthfi
Bashori
Di
dalam kitab Almilal wan nihal yang dikarang oleh Al-Imam Syahrastani (wafat 548
H, dalam usia 70 tahun) disebutkan tentang bagaimana pandangan ilmiah Syeikh
Ibnu Hazam Adh-dhahiri dalam menyikapi ajaran Syiah Imamiyah (yang sekarang,
sekte ini berusaha dikembangkan di Indonesia oleh para alumni Iran).
Bermula
di saat kaum Nasrani menuduh, bahwa umat Islam juga telah merubah ayat-ayat
kitab suci Alquran, maka Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri menjawab tuduhan kaum
Nasrani itu sebagai berikut:
Tuduhan
mereka, yakni kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa golongan Islam Syiah juga
merubah kitab suci Alquran, maka kami jawab : Sesungguhnya golongan Rafidhah
(Syiah Imamiyah) ini bukanlah bagian kaum muslimin.
Karena
golongan Syiah Imamiyah ini muncul pertama kali setelah dua puluh lima tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW. Syiah Rafidhah ini adalah golongan yang mengikuti
langkah-langkah Yahudi dan Nasrani dalam melakukan kebohongan dan kekafiran.
(Almilal wan nihal, 2/65).
Ternyata
pandangan ulama terdahulu pun tidak berbeda dalam menilai kesesatan sekte Syiah
Imamiyah ini dengan pendapat ulama pakar aqidah dewasa ini dalam menerangankan
perbedaan prinsip ajaran agama Syiah dengan ajaran agama Islam.
Para
pakar ulama Ahlus sunnah wal jamaah juga menghukumi kaum Syiah Imamiyah sebagai
golongan di luar Islam, pandangan ini sama halnya terhadap kaum Ahmadiyah yang
juga dihukumi termasuk agama lain di luar Islam.
Coba
perhatikan kelanjutan pandangan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri:
Salah
satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang terdahulu maupun yang
sekarang, ialah mereka meyakini bahwa Alquran itu sesungguhnya telah diubah.
Sedangkan orang yang mengatakan bahwa Alquran itu itu telah berubah, maka ia
benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW. (Almilal wan nihal, 4/139).
Pernyataan
Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri ini sangat jelas dan tegas, karena beliau adalah
seorang yang benar-benar alim dan benar-benar menguasai ilmu agama Islam
khususnya dalam bidang aqidah dengan baik dan benar.
Kenyataan
ini sangat kontras dengan pandangan tokoh-tokoh Indonesia yang kini sering
tampil di depan publik dengan mengatasnamakan Islam, namun mereka mati-matian
membela kepentingan Syiah Imamiyah di Indonesia bahkan berani menyatakan bahwa
Syiah Imamiyah itu masih tergolong Islam.
Pernyataan
tokoh-tokoh semacam ini jelas-jelas menandakan kedangkalan ilmu agama mereka
semata. Repotnya, mereka sudah terlanjur dianggap sebagai tokoh Islam oleh
masyarakat awwam, bahkan secara terang-terangan tokoh-tokoh publik semacam ini
berani membela ajaran sesat Syiah Imamiyah itu tanpa rasa takut sedikit pun
kepada Allah.
Di
Indonesia ini memang aneh, seringkali terjadi, ada seseorang yang tiba-tiba
mendapat gelar sebagai ulama, sekalipun dirinya sama sekali tidak menguasai
ilmu agama Islam. Sebut saja jika ada orang yang benar-benar menjadi aktifis di
sebuah organisasi berlabel Islam, lantas karirnya menanjak karena keaktifannya
dalam keorganisasian itu, sekalipun dirinya tidak pernah belajar ilmu agama,
maka di saat namanya sering muncul di media massa atas nama organisasi
Islam, masyarakat awwam akan
menggolongkan orang semacam ini sebagai ulama. Entah itu dipanggil Kiai, Gus,
atau Ustadz, maupun panggilan lainnya yang berkonotasi sebagai ulama.
Demikian
juga jika ada pejabat pemerintah yang sering tampil di depan umum, lantas
berbicara agama, sekalipun dirinya sama sekali tidak mengerti ilmu agama selain
hanya kulitnya saja, maka kalangan awwam sering terpanah oleh ulasannya
sekalipun bertentangan dengan kaedah agama. Sayangnya tak jarang pendapat si
pejabat ini tetap dijadikan acuan oleh
awwam, karena yang berbicara dianggap seorang tokoh Islam.
Termasuk
juga pada umumnya, jika ada perkumpulan ulama dan umara dalam suatu acara
bersama, maka orang semacam ini juga sering mendapat undangan dari pihak
panitianya atas nama ulama.
Kemudian
mulailah dirinya sering tampil di depan publik atas nama ulama, dan ironisnya
banyak pendapatnya sekalipun berlawanan dengan ajaran syariat yang sebenarnya,
akan dibenarkan oleh masyarakat awwam.
Termasuk
jika suatu saat si tokoh Islam karbitan model begini, tiba-tiba tampil di depan
publik membela kepentingan aliran sesat semacam ajaran sekte Syiah Imamiyah,
maka tak jarang kaum awwam pun ikut terpengaruh oleh pandangan si tokoh
karbitan ini dalam pembenarannya terhadap aliran sesat yang dibelanya.
Artikel Terkait
jazakalloh khiron
BalasHapus