Oleh: Dr. Oemar
Abdallah Kemel
Para
sahabat sering melakukan perbuatan yang bisa digolongkan ke dalam bid’ah
hasanah atau perbuatan baru yang terpuji yang sesuai dengan cakupan sabda
Rasulullah SAW:
مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
Siapa
yang memberikan contoh perbuatan baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan
pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala
mereka sedikit pun. (HR Muslim)
Karena
itu, apa yang dilakukan para sahabat memiliki landasan hukum dalam syariat. Di
antara bid’ah terpuji itu adalah:
a.
Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua
umat Islam untuk mendirikan shalat tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar
melihat orang-orang itu berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata:
“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”.
Ibn
Hajar al- Asqalani dalam Fathul Bari ketika menjelaskan pernyataan Sayyidina
Umar ibn Khattab “Sebaik-baik bid’ah adalah ini” mengatakan:
“Pada
mulanya, bid’ah dipahami sebagai perbuatan yang tidak memiliki contoh
sebelumnya. Dalam pengertian syar’i, bid’ah adalah lawan kata dari sunnah. Oleh
karena itu, bid’ah itu tercela. Padahal sebenarnya, jika bid’ah itu sesuai
dengan syariat maka ia menjadi bid’ah yang terpuji. Sebaliknya, jika bidطah itu
bertentangan dengan syariat, maka ia tercela. Sedangkan jika tidak termasuk ke
dalam itu semua, maka hukumnya adalah mubah: boleh-boleh saja dikerjakan.
Singkat kata, hukum bid’ah terbagi sesuai dengan lima hukum yang terdapat dalam
Islam”.
b.
Pembukuan Al-Qur’an pada masa Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq atas usul
Sayyidina Umar ibn Khattab yang kisahnya sangat terkenal.
Dengan
demikian, pendapat orang yang mengatakan bahwa segala perbuatan yang tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah haram merupakan pendapat yang keliru.
Karena di antara perbuatan-perbuatan tersebut ada yang jelek secara syariat dan
dihukumi sebagai perbuatan yang diharamkan atau dibenci (makruh).
Ada
juga yang baik menurut agama dan hukumnya menjadi wajib atau sunat. Jika bukan
demikian, niscaya apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar sebagaimana
yang telah dituliskan di atas merupakan perbuatan haram. Dengan demikian, kita
bisa mengetahui letak kesalahan pendapat tersebut.
c.
Sayyidina Utsman ibn Affan menambah adzan untuk hari Jumat menjadi dua kali.
Imam Bukhari meriwatkan kisah tersebut dalam kitab Shahih-nya bahwa penambahan
adzan tersebut karena umat Islam semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman
juga memerintahkan untuk mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra’, yaitu sebuah
bangunan yang berada di pasar Madinah.
Jika
demikian, apakah bisa dibenarkan kita mengatakan bahwa Sayyidina Utsman ibn
Affan yang melakukan hal tersebut atas persetujuan seluruh sahabat sebagai
orang yang berbuat bid’ah dan sesat? Apakah para sahabat yang menyetujuinya
juga dianggap pelaku bid’ah dan sesat?
Di
antara contoh bid’ah terpuji adalah mendirikan shalat tahajud berjamaah pada
setiap malam selama bulan Ramadhan di Mekkah dan Madinah, mengkhatamkan
Al-Qur’an dalam shalat tarawih dan lain-lain. Semua perbuatan itu bisa
dianalogikan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan syarat semua
perbuatan itu tidak diboncengi perbuatan-perbuatan yang diharamkan atau pun
dilarang oleh agama. Sebaliknya, perbuatan itu harus mengandung perkara-perkara
baik seperti mengingat Allah dan hal-hal mubah.
Jika
kita menerima pendapat orang-orang yang menganggap semua bid’ah adalah sesat,
seharusnya kita juga konsekuen dengan tidak menerima pembukuan Al-Qur’an dalam
satu mushaf, tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah dan mengharamkan adzan
dua kali pada hari Jumat serta menganggap semua sahabat tersebut sebagai orang-orang
yang berbuat bid’ah dan sesat.[1]
Dr.
Oemar Abdallah Kemel
Ulama Mesir kelahiran Makkah al-Mukarromah
Dari karyanya “Kalimatun Hadi’ah fil Bid’ah“ yang diterjemahkan oleh PP Lakpesdam NU dengan “Kenapa Takut Bid’ah?“
Ulama Mesir kelahiran Makkah al-Mukarromah
Dari karyanya “Kalimatun Hadi’ah fil Bid’ah“ yang diterjemahkan oleh PP Lakpesdam NU dengan “Kenapa Takut Bid’ah?“
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dr. Oemar Abdallah Kemel menggunakan dalil sbb:
مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
Siapa
yang memberikan contoh perbuatan baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan
pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala
mereka sedikit pun. (HR Muslim)
Asalnya
sbb:
Hadis yang anda gunakanan adalah sbb:
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ الْمُنْذِرِ بْنِ
جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ النَّهَارِ
قَالَ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ الْعَبَاءِ
مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ
فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا
رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالاً فَأَذَّنَ
وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا وَالْآيَةَ الَّتِي فِي الْحَشْرِ اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ مِنْ
صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ
الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ قَدْ عَجَزَتْ
قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ مِنْ طَعَامٍ
وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ
أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ
عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Kami disisi Rasulullah di permulaan siang, lalu kaum yang tidak
bersandal, telanjang mengenakan pakaian
jelek dari bulu mirip dengan singa atau abayah dengan mengenakan pedang.
Kebanyakan dari Mudhar, lalu Rasulullah
berobah karena melihat kefakiran mereka, lalu masuk rumah lalu keluar dan memerintah Bilal, lalu
membaca qamat dan melakukan salat, lalu berhutbah:
Wahai manusia takutlah kepada Allah
yang menjadikan kamu dari satu orang ( Adman ) ……………………Sesungguhnya Maha
meneliti kepadamu.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Seorang lelaki bersedekah dengan
dinar, dirham, gandum satu gantang, kurma satu gantang …………
lalu beliau bersabda: sekalipun
dengan satu belahan kurma …………
Lantas seorang lelaki Ansor datang dengan membawa pundi yang tapak
tangannya hampir tidak mampu membawanya,
bahkan tidak mampu membawanya.
Lantas manusia bersedekah dengan
bergantian, hingga aku lihat dua undukan makanan dan pakaian
Aku melihat wajah Rasulullah tampak gembira, lalu Rasulullah
bersabda:
مَنْ
سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ
فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ
مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Barang siapa melakukan suatu
perbuatan baik dalam Islam akan mendapat
pahalanya dan pahala orang yang
menjalankannya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Barangsiapa yang melakukan perbuatan jelek akan mendapat dosanya dan dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
Di situ adalah Rasulullah memerintah sedekah, lantas ada sahabat yang mendahului, dan ada sahabat yang
agak lambat dan ada sahabat yang lambat dalam merespon perintah Rasulullah .
lalu Rasulullah bilang seperti itu. Yaitu orang yang pertama kali mengeluarkan santunan itu mendapat pahala banyak
dan itulah yang di namakan sunnah hasanah yang di contoh oleh orang lain
dan pelaku sedekah pertama jelas mendapat pahala banyak.
Kalau bid`ah adalah barang baru
yang sengaja di masukkan ke dalam ajaran Islam, ia tertolak dan
menyesatkan sebagaimana hadis:
مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَاهَذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَرَدٌّ
Barang siapa mengada-ngadakan
sesuatu dalam urusan agama yang tidak terdapat dalam agama maka dengan
sendirinya tertolak
Kalau sedekah ada perintahnya dalam
ayat al quran maupun hadis sebagaimana ayat:
ءَامِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
فَالَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ(7)
Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Untuk masalah bid`ah, jangan
menggunakan dalil itu sebagaimana di lakukan oleh sang doktor, nanti akan di
ketawakan pembaca yang mengerti.
Dr.
Oemar Abdallah Kemel mengatakan lagi:
Apa
yang dilakukan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat
Islam untuk mendirikan shalat tarawih berjamaah. Ibn Hajar al- Asqalani dalam
Fathul Bari ketika menjelaskan pernyataan Sayyidina Umar ibn Khattab
“Sebaik-baik bid’ah adalah ini”
Komentarku
( Mahrus ali ):
Masalah
tarawih dan perkataan Umar selalu di
gunakan oleh kebanyakan ahli bid`ah seolah mereka itu merasa benar dengannya
tapi salah paham dan jauh dari kebenaran > Jangan bikin dalil itu akan
terbalik sendiri. Sebab salat malam ada
perintahnya dan salat tarawihpun ada tuntunannya > lain dengan tingkepan,
tahlilan, manakiban dan berzanjian yang banyak kesirikannya dan hurofatnya. Nantikan buku karya saya di masa mendatang yang akan terbit untuk
mengupas masalah itu.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Blog
husus pengajian: http://mahrusali2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan:Mesin pencari
diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
088803080803( Smartfreand ). 081935056529 (XL ) atau 08819386306 ( smartfreand )
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan