Di tulis oleh Mahrus ali
Merayakan Hari Nasioanal
Tim penulis LBM Jember menyatakan sbb :
Di sisi lain , pada saat ibn Baz bersama koleganya dalam komisi tetap fatwa wahabi Saudi arabia , mengeluarkan hukum bid`ah perayaan maulid Nabi , mereka justru membolehkan perayaan hari nasional Saudi arabia , sebagai legitimasi hukum wahabi ( bukan hukum Islam ) terhadap kepentingan penguasa wahabi di Saudi ( lihat fatawa allajnah addaimah 3/88-89 .
Komentar penulis buku :
Saya belum menjumpai komisi tetap fatwa dan irsyad Saudi arabia membolehkan perayaan hari nasional Saudi sebagaimana di nyatakan oleh Tim penulis LBM Jember itu , entah dari mana mereka mengutipnya . Insya Allah apa yang di tuduhkan oleh Tim penulis LBM Jember tidak benar .
Setahu saya Doktor Abdullah bin Mahfuzh bin bih – mantam menteri pengadilan Muritania yang memperbolehkan perayaan hari nasional .
Untuk komisi tetap fatwa dan isyad Saudi arabia tetap mengharamkan sbb :
(فَتْوَى رَقْمُ 9403- 3/59). اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ اْلعِلْمِيَّةِ وَاْلإِفْتَاءِ:
الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ:
أَوَّلاً: الْعِيْدُ ِاسْمٌ لِمَا يَعُوْدُ مِنَ اْلاِجْتِمَاع ِعَلَى وَجْهٍ مُعْتَادٍ، إِمَّا بَعُوْدُ السَّنَةَ أَوِ الشَّهْرَ أَوِ اْلأُسْبُوْعَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، فَالْعِيْدُ يَجْمَعُ أُمُوْراً مِنْهَا: يَوْمٌ عَائِدٌ كَيَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ وَيَوْمِ الْجُمْعَةِ، وَمِنْهَا: اْلاِجْتِمَاعُ فِي ذَلِكَ اْليَوْمِ، وَمِنْهَا: اْلأَعْمَالُ الَّتِي يُقَامُ بِهَا فِي ذلَِكَ اْليَوْمِ مِنْ عِبَادَاتٍ وَعَادَاتٍ.
ثَانِياً: مَا كَانَ مِنْ ذَلِكَ مَقْصُوْداً بِهِ التَّنَسُّكُ وَالتَّقَرُّبُ أَوِ التَّعْظِيْمُ كَسْبًا ِلْلأَجْرِ، أَوْ كَانَ فِيْهِ تَشَبُّهٌ بِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ أَوْ نَحْوِهِمْ مِنْ طَوَائِفِ اْلكُفَّارِ فَهُوَ بِدْعَةٌ مُحْدَثَةٌ مَمْنُوْعَةٌ دَاخِلَةٌ فِي عُمُوْمِ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ، مِثَالُ ذَلِكَ اْلاِحْتِفَالُ بِعِيْدِ الْمَوْلِدِ، وَعِيْدِ اْلأُمِّ، وَاْلعِيْدِ اْلوَطَنِيِّ، ِلماَ فِي اَلأَوَّلِ مِنْ إِحْدَاثِ عِبَادَةٍ لَمْ يَأْذَنْ ِبهَا اللهُ، وَلِمَا فِي الثَّانِي وَالثَّالِثِ مِنَ التَّشَبُّهِ بِاْلكُفَّارِ، وَمَا كَانَ الْمَقْصُوْدُ مِنْهُ تَنْظِيْمَ اْلأَعْمَالِ مَثَلاً ِلمَصْلَحَةِ اْلأُمَّةِ وَضَبْطِ أُمُوْرِهَا، كَأُسْبُوْعِ الْمُرُوْرِ، وَتَنْظِيْمِ مَوَاعِيْدِ الدِّرَاسَةِ، وَاْلاِجْتِمَاعِ بِالْمُوَظَّفِيْنَ ِللْعَمَلِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّا لاَ يُفْضِي إِلَى التَّقَرُّبِ بِهِ وَاْلعِبَادَةِ وَالتَّعْظِيْمِ بِاْلأَصَالَةِ، فَهُوَ مِنَ اْلبِدَعِ الْعَادِيَّةِ الَّتِي لاَ يَشْمَلُهَا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" فَلاَ حَرَجَ فِيْهِ، بَلْ يَكُوْنُ مَشْرُوْعاً، وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
Fatwa nomer 9403 – 3/59 komisi tetap pengkajian ilmiyah dan fatwa :
Segala puji bagi Allah , sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah , keluarga dan sahabatnya , Amma ba`duh .
Maksud hari ulang tahun adalah perkumpulan yang berulang – ulang sebagaimana budaya masarakat , adakalanya tiap tahun , bulan atau tiap minggu dll .
Kalimat ulang tahun ini mencakup beberapa persoalan :
Hari ulang tahun seperti hari raya atau hari jumat .
Ada kumpulan pada hari itu
Ada amal perbuatan ibadah atau adat istiadat di dalamnya .
1. Ada hari ulang tahun yang bertujuan ibadah atau mendekat kepada Allah ,. mengagungkanNya untuk mendapatkan pahala atau menyerupai pada kaum kafir atau suku , organisasi kafir dan seterusnya maka di katakan bid`ah yang terlarang dan masuk dalam larangan hadis Nabi
"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ،
Barang siapa yang bikin perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak termasuk di dalamnya maka tertolak . HR Bukhari dan Muslim .
Misal hal itu adalah perayaan maulid Nabi , hari ibu dan hari nasional sebab termasuk membikin ibadah yang tidak di izini oleh Allah dan hari ibu dan hari nasional termasuk menyerupai kepada non muslim .
Namun bila sekedar untuk menertibkan kerja atau managmennya untuk kemaslahatan umat dan mengatur urusan mereka seperti pekan lalu lintas , menertibkan jam belajar , berkumpul dengan para buruh untuk kerja dan sesamanya yang tidak sampai tergolong taqarrub , ibadah dan pengagungan , maka ia termasuk bid`ah biasa yang tidak terlang dalam hadis :
"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ"
Barang siapa yang bikin perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak termasuk di dalamnya maka tertolak . HR Bukhari dan Muslim .
Jadi boleh saja , bahkan di anjurkan .
Kami mohon taufiq kepada Allah dan semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad , keluarga dan sahabatnya , wallahu a`lam . [1]
Artikel Terkait
ngaji kuran juga tidak boleh donk kalo be gi tu karena ayat suci di buku kan setelah syayidina rosul wafat...kapan syayidina rosul ngaji quran
BalasHapusBila al quran tidak di bukukan , maka terjemahan al quran ke dalam bahasa Indonesia juga tidak ada. Ahirnya ajaran al quran tidak di ketahui banyak umat lalu siapakah yang untung ? Otomatis setan dan non muslim. Dan kita ini mau berpegangan kepada apa bila al quran tidak di bukukan ? lalu apa yang kita baca? Apalagi kebanyakan kita baca al quran saja banyak yang tidak mampu.
BalasHapus