Jalan Sufisme: Memoar Pengembaraan Imam Al Ghazali dalam Mencari Hakikat Sejati
Mei 16
Oleh: Peran Sabeth Hedianto
Seperti didalam kitab al-munqidz min al-dhalal (Pengetasan Kesesatan) adalah karya Imam Ghazali yang ia tulis sebagai memoar pengembaraan intelektual, dalam upaya menemukan titik-titik KENYAKINAN dari BISIK-BISIK KERAGUAN. Memoar itu ia maksudkan sebagai semacam motivasi untuk para Pencari: mesti bersungguh-sungguh dan pantang berhenti untuk menemukan apa yang ia cari, sampai ia tidak tahu apa yang harus dicarinya lagi. Dan semuanya itu ia lakukan lewat jalan pengembaraan Sufisme.
Pengembaraan intelektual Imam Ghazali bermula dari obsesinya mengetahui hakikat dari setiap sesuatu, dan itu mengharuskan adanya perangkat keilmuan yang ia sebut dengan al-ilmu al-yaqini; istilah abstrak untuk menyebut seperangkat keilmuan yang mampu menyingkap hakikat sesuatu, tanpa ada sisa-sisa keraguan dan kemungkinan kekeliruan.
Ia melakukan pencarian. Dalam tempo itu, ia sempat terperangkap dalam masa krisis intelektual. Hatinya terjebak oleh struktur intelektual yg ia bangun sendiri dengan argumentasi yang kuat, ia ingin berpaling dari struktur itu, namun ia belum memiliki argumentasi tandingan untuk melawannya. Baginya, melepaskan diri dari argumentasi mesti dengan argumentasi yg lebih argumentatif. Demikian bisik idealismenya, saat itu.
Seperti tercerahkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau hanya dengan nalar, argumentasi dan buku. Sebagaimana ia pikir saat menempuh jalan ilmu kalam dan filsafat, melainkan dengan kedalaman rasa(al-dzauq) dan laku raga(al-suluk).
Maka dari itu ia harus menemukan sandaran dan kendaraan baru untuk mengobati penyakitnya.
(”Apa yang bisa ditempuh dengan nalar telah aku jalani dan aku raih hasilnya, tidak ada yang tersisa, kecuali apa yang bisa ditempuh hanya dengan kedalaman rasa dan laku raga”).
Sejak saat itu Imam Ghazali mengubah arah haluan hidupnya dari orientasi intelektual yang serba nalar, argumentatif, dan tak lepas dari teks menjadi kecenderungan spiritual yang serba rasa.
(”Aku melihat, selama ini seonggok hatiku telah terikat pada tali-tali dunia. Aku mengamati, selama ini aktifitas mengajar dan mendidikku hanya berkutat pada keilmuan yang tak penting. Aku niti-niti, selama ini aktifitas mengajar dan mendidikku hanya termotivasi jabatan dan ketenaran. Aku menyaksikan diriku berada di tepi jurang yang runtuh(syafaa jurufhar). Sungguh, aku telah dekat dengan neraka.”)
Sang Imam hanya merenung dan merenung, meninggalkan semua aktifitasnya. Dari sinilah ia memulai titik baliknya. Hatinya yang rapuh ia rebahkan kepangkuan Tuhan, bersimpuh dihadapan-Nya mengemis perlindungan. Ia menikmati itu, dan dengan mudah memantapkan hati memalingkan syahwat dunia.
* * *
Satu dasawarsa mejalani laku suluk, tersingkap dalam dirinya hal-hal yang tak terkira, sampai ia pada kenyakinan, sufismem adalah jalan terbaik dan terbenar untuk sampai pada KESADARAN akan Tuhan. Gerak, diam, lahir, dan batin sufisme adalah binar cahaya kenabian( nur misykah al-nubuwwah).
Menurutnya, al-dzuaqa dal al-suluka adalah langkah awal yang pernah dilakukan para calon nabi, sebelum akhirnya mereka benar-benar menjadi nabi.
Keasyikan itulah yang ingin didapatkan oleh para sufi dengan al-dzuaqa tanpa harus menjadi nabi. Akhirnya jalan sufisme menjadi titik akhir pengembaraan Imam Ghazali. ( Sufi medan/ sumbernya )
Komentarku ( Mahrus ali )
Anda menyatakan
Ia melakukan pencarian. Dalam tempo itu, ia sempat terperangkap dalam masa krisis intelektual. Hatinya terjebak oleh struktur intelektual yg ia bangun sendiri dengan argumentasi yang kuat, ia ingin berpaling dari struktur itu, namun ia belum memiliki argumentasi tandingan untuk melawannya. Baginya, melepaskan diri dari argumentasi mesti dengan argumentasi yg lebih argumentatif. Demikian bisik idealismenya, saat itu.
Komentarku ( Mahrus ali )
Bila benar seperti itu , maka al Ghozali ini lebih percaya kepada wisik dari pada tuntunan dalam al quran dan hadis dan ini membahayakan karena ada ayat :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ(36)وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ(37)حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَالَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ(38)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)".[1]
Dalam artikel itu di jelaskan :
Seperti tercerahkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau hanya dengan nalar, argumentasi dan buku. Sebagaimana ia pikir saat menempuh jalan ilmu kalam dan filsafat, melainkan dengan kedalaman rasa(al-dzauq) dan laku raga(al-suluk).
Komentarku ( Mahrus ali )
Laku raga - tirakat dan suluk sudah saya alami seluruhnya , ternyata kita di kendalikan oleh setan , kita tidak terasa bahkan kita menyalahkan orang lain , apalagi yang berlandaskan kepada al quran dan hadis. Jangan di buktikan dan saya tidak akan menyuruhmu untuk membuktikan dan saya memerintahmu hindarilah dan suruhlah orang lain untuk berpegangan saja kepada al quran dan hadis yang sahih . Allah berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [2]
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.[3]
Rasulullah saw bersabda:
. مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama yang tidak terdapat dalam agama maka dengan sendirinya tertolak * [4]
Dalam artikel itu di jelaskan lagi :
Satu dasawarsa mejalani laku suluk, tersingkap dalam dirinya hal-hal yang tak terkira, sampai ia pada kenyakinan, sufismem adalah jalan terbaik dan terbenar untuk sampai pada KESADARAN akan Tuhan. Gerak, diam, lahir, dan batin sufisme adalah binar cahaya kenabian( nur misykah al-nubuwwah).
Komentarku ( Mahrus ali )
Jalan yang terbaik untuk hidup , bila di katakan tasawwuf , maka kaum muslimin akan di kuasai orang lain – non muslim – kristen dan Yahudi dan di tekan, karena esenangan mereka hanya mementingkan kebersihan hati . tapi aneh , hati ingin bersih , masih tetap senang merokok, lihat TV berbayar dengan 29 chanel , suka memiliki barang orang lain , dan menyakitinya ., tidak mau terjun ke lapangan untuk menegakkan ajaran al quran . Hobbinya merayakan segala macam ritual ahli bid`ah , tahlilan , tingkepan dll. Lihat komentar fatwa majlis ulama Saudi sbb :
فَتَاوَى الْلَّجْنَةِ الْدَّائِمَةِ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ - (ج 3 / ص 383)
الْسُّؤَالُ الْأَوَّلُ مِنَ الْفَتْوَى رَقْم (9406):
س1: مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ فِي الْتَّصَوُّفِ الْمَوْجُوْدِ الْآنَ؟
ج1: أَوَّلاً: لاَ يُقَالُ: مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ، وَلَكِنْ: مَا حُكْمُ الْإِسْلاَمِ فِي كَذَا. ثَانِياً: الْغَالِبُ عَلَى مَا يُسَمَّى بِالْتَّصَوُّفِ الْآنَ الْعَمَلُ بِالْبِدَعِ الْشِّرْكِيَّةِ مَعَ بِدَعٍ أُخْرَى كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ: مَدَدْ يَا سَيِّد، وَنِدَائِهِمُ الْأَقْطَابَ، وَذِكْرِهِمُ الْجَمَاعِي فِيْمَا لَم يُسَمِّ الْلَّهُ بِهِ نَفْسَهُ مِثْلُ: هُو هُو وَآَه آَه آَه، وَمَن قَرَأَ كُتُبَهُمْ عَرَفَ كَثِيْراً مِن بِدَعِهِمِ الْشِّرْكِيَّةِ وَغَيْرِهَا مِن الْمُنْكَرَات.ِ
وَبِاللَّهِ الْتَّوْفِيْقُ. وَصَلََّى الْلَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
الْسُّؤَالُ الْأَوَّلُ مِنَ الْفَتْوَى رَقْم (9406):
س1: مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ فِي الْتَّصَوُّفِ الْمَوْجُوْدِ الْآنَ؟
ج1: أَوَّلاً: لاَ يُقَالُ: مَا رَأْيُ الْدِّيْنِ، وَلَكِنْ: مَا حُكْمُ الْإِسْلاَمِ فِي كَذَا. ثَانِياً: الْغَالِبُ عَلَى مَا يُسَمَّى بِالْتَّصَوُّفِ الْآنَ الْعَمَلُ بِالْبِدَعِ الْشِّرْكِيَّةِ مَعَ بِدَعٍ أُخْرَى كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ: مَدَدْ يَا سَيِّد، وَنِدَائِهِمُ الْأَقْطَابَ، وَذِكْرِهِمُ الْجَمَاعِي فِيْمَا لَم يُسَمِّ الْلَّهُ بِهِ نَفْسَهُ مِثْلُ: هُو هُو وَآَه آَه آَه، وَمَن قَرَأَ كُتُبَهُمْ عَرَفَ كَثِيْراً مِن بِدَعِهِمِ الْشِّرْكِيَّةِ وَغَيْرِهَا مِن الْمُنْكَرَات.ِ
وَبِاللَّهِ الْتَّوْفِيْقُ. وَصَلََّى الْلَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
Fatwa Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Penerbitan - (c 3 / p. 383)
Pertanyaan pertama dari No (9406):
S1: Bagaimana pandangan agama tentang tasawuf yang ada sekarang?
Pertanyaan pertama dari No (9406):
S1: Bagaimana pandangan agama tentang tasawuf yang ada sekarang?
J 1: Pertama:Tidak di katakan: Bagaimana pandangan agama, tetapi Apa hukum Islam tentang perbuatan ini . Kedua: Sebagian besar tasawuf sekarang mengikuti kebid`ahan yang syirik dengan kebid`ahan lain seperti perkataan beberapa dari mereka: Mohon bantuanmu wahai Tuan ( Syaikh Abd Kadir Jailani ) ,
Mereka memanggil wali kutub, dzikir bersama , tidak menyebutkan nama Allah sebagaimana Allah memberi nama untuk diriNya , seperti: Hu Hu Ah Ah, dan barang siapa yang membaca buku-buku mereka akan tahu banyak bid`ah kesyirikan mereka dan kemungkaran lainnya
وَبِاللََّهِ الْتَّوْفِيْق. وَصَلََّى الْلَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ، وَآَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْإِفْتَاءِ
Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa Penerbitan
Karya Ghozali bernama Misykatul anwar
Khowasul quran karya Ghozali
Maqasidul falasifah karya GHozali
Al aufaq - buku jimat, rajah , mahabbah karya Ghozali
Nauudzu billah
فَضَائِحُ اْلبَاطِنِيَّةِ / Sekandal kebatinan /tasawwuf
Majmu` lathif
Hikmah dalam mahluk Allah
al wasith
Minhajul abidin karya Ghozali
( kitab ahli bid`ah )
Cincin Nabi Sulaiman dan ilmu ruhani karya Ghozali
( Jangan dibaca )
[1] Zukhruf 36 – 38
[2] Al Ahzab 21
[3] Attaubah 100
[4] HR Bukhori / Salat / 2499. Muslim / Aqdliah / 3242. Abu dawud/Sunnah / 3990. Ibnu Majah / Muqaddimah /14. Ahmad / 73,146,180,240,206,270/6
Artikel Terkait
assalamu'allaikum..., semoga penulis blog ini selalu dirahmatiNya .jujur saya sebagai islam abangan dan lebih pantas di sebut kejawen dulu saya sering melakukan hal kesyirikan dan amalan2 do'a dan peggangan rajah-rajah yang yang tidak ada manfaatnya sama sekali dan lebih parah saya pernah belajar ilmu kebal dan juga pernah memasang 3 susuk emas dan inten dalam tubuh saya. audzubillah...
BalasHapusbpk kyai ada yang ingin saya tanyakan? hukumnya sudah jelas haram, trus apa sekarang yang harus saya lakukan ? apakah saya perlu mendatangi mantan syetan guru saya? ataukah ada hal yang syar'i untuk menghilangkan ini semua,,? jazakumulloh khoir
UNtuk adias, bila anda sering baca al quran ,maka susuk anda akan keluar sendiri.
BalasHapusUntuk JAVAPHOTOGRAPHY
BalasHapusAwal kesombongan itu menolak keterangan yang berdalil dan awal kerendahan hati adalah tunduk pada dalil. Karena itu, terimalah dalil dengan senang hati, jangan nolak dalil dengan berbagai alasan