Mari Membuat BAKSO di Rumah
Sumber : Majalah Sedap Sekejap Edisi 1/IV/2003
Bakso, merupakan makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat kita. Hampir di setiap tempat dapat kita jumpai produk ini. Di pasar-pasar, di pinggir jalan, di pondokan, pedagang keliling sampai di pasar swalayan.
Bakso yang biasa kita kenal dikelompokkan menjadi bakso daging, bakso urat, dan bakso aci. Bakso daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat, misalnya daging bagian penutup atau bagian gandik, dengan penambahan tepung yang lebih sedikit. Bakso urat terbuat dari daging yang mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga. Bakso acin adalah bakso yang penambahan tepungnya lebih banyak dibanding dengan jumlah daging yang digunakan.
Bang, baksonya pakai boraksnya nggak ? MSG-nya banyak nggak ? Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlontar saat konsumen membelinya. Konsumen ingin mendapatkan produk yang aman, tentunya. Memang, beberapa pedagang bakso sering menggunakan bahan tambahan pada produknya, seperti bahan pemutih, bahan pengawet, boraks, fosfat (STPP), dan tawas. Bahan pemutih yang biasa digunakan adalah Titanium dioksida. Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah benzoat, batas penggunaannya dalam produk pangan maksimum 0,1%. Boraks berupa serbuk putih yang digunakan pada bakso untuk menghasilkan produk yang kering (kasat dan tidak lengket), bahan ini termasuk bahan kimia yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan. Tawas digunakan dalam air perebus bakso untuk membantu mengekstrak protein daging, kelebihan STPP ini menyebabkan rasa pahit pada bakso.
Untuk menghindari konsumsi bahan tambahan yang terlalu banyak, bakso dapat dibuat sendiri di rumah dengan mengurangi atau menghindari sama sekali penggunaan bahan-bahan tersebut. Caranya mudah, simak saja tulisan berikut.
Pembuatan bakso terdiri dari tahap pemotongan daging, penggilingan daging, penghalusan daging giling sekaligus pencampuran dengan bahan pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka dan sagu aren, pembentukan bola-bola dan perebusan.
Perebusan bakso dilakukan dalam dua tahap agar permukaan bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat. Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci berisi air hangat sekitar 60oC sampai 80oC, sampai bakso mengeras dan terapung. Tahap kedua, bakso direbus sampai matang dalam air mendidih.
Proses Pembuatan :
Siapkan bahan-bahan sebagai berikut :
Daging sapi 500 gr
Tepung tapioka 111,13 gr
Sagu aren 55,7 gr
Es 100 gr
Fosfat (STPP) 1 gr
Lada halus 1 gr
MSG 2,5 gr
Bawang Putih 3 siung
Garam 9 gr
Daging dipotong 10 x 5 x 5 cm.
Daging digiling dengan menggunakan grinder.
Daging gilingan dimasukkan ke dalam food processor (chopper) bersama dengan sebagaian dari es, STTP, garam, lada halus, MSG, dan bawang putih yang telah dihaluskan.
Campuran tersebut dihaluskan selama 5 menit.
Tepung tapioka, sagu aren, dan sisa es ditambahkan ke dalam food processor, dan semua campuran dihaluskan sampai halus (kurang lebih 10 menit).
Setelah halus, adonan bakso ini dibulat-bulatkan dengan menggunakan tangan dan diambil dengan sendok. Ukuran daging disesuaikan dengan selera, bisa besar, kecil, atau sedang.
Bola-bola daging yang terbentuk langsung dimasukkan ke dalam air hangat (air hangat ini belum mendidih atau sekitar suhu 60-80 nol derajat Celsius).
Bila sudah terapung dalam air, bola-bola bakso ini diangkat. Bila akan dikonsumsi langsung, bakso tersebut didinginkan sebentar, lalu direbus lagi sampai matang (sekitar 10 menit).
Bila akan disimpan, dapat disimpan direfrigerator untuk jangka waktu sebentar, atau di freezer untuk jangka waktu yang lama. Direbus kembali bila akan dikonsumsi.[1]
Komentarku (Mahrus ali ) :
Tawas bahan pemutih, bahan pengawet, boraks, fosfatMSG- adalah bahan yang di larang oleh agama karena mengganggu kesehatan . Peraturan pemerintah juga begitu dan peraturan pemerintah tidak lebih baik dari pada al Quran atau hadis . Allah berfirman :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?[2]
Dengan ayat tsb, Allah menjelaskan bahwa hukum Allah lebih cocok untuk kemaslahatan manusia didunia maupun di akhirat . Bila pemerintah memperbolehkan , terkadang agama Islam melarang . Tapi bila pemerintah melarang karena pertimbangan kesehatan umat , maka sudah tentu agama Islam terlebih dahulu untuk melarang.
Dan saya sendiri telah mengajarkan santri – santri saya untuk tidak membeli bakso karena campurannya dan formalinnya , di samping menggunakan perasa dan saus yang subhat.
Dan sering terjadi , kasus bakso yang terbuat dari daging tikus , formalin . Begitu juga bawangnya , saya sendiri tidak memakannya dan masakan keluarga saya tidak pernah memakai bawang merah atau putih karena ada hadis sahih dari Rasulullah SAW :
ً مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلاَيَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا فَإِنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ
Barang siapa makan bawang merah ,putih , bawang bakung , jangan sekali –kali mendekat masjid kami . Sesungguhnya malaikat sakit hati terhadap apa yang membikin sakit hati banu Adam “. [3]
Bakso sendiri bukan asli makanan jawa atau Islam , tapi dari cina . Ya`ni makanan non muslim . Apalagi dahulu di tahun 1997 M saya pernah beli bakso di pasar Wonok romo Surabaya . Saat itu saya mengenakan sarung putih , baju putih dan kopyah putih. Lantas pemiliknya bilang : Bakso ini terbuat daging babi .
Saya menyatakan al hamdulillah , saya masih di selamatkan oleh Allah dari daging haram itu .
Seandainya saya saat itu mengenakan celana jean , pakai sepatu , berkaus ketat , tanpa kopyah putih , maka penjual bakso akan diam seribu bahasa dan tambah enak baksonya laku . Malah ada teman saya yang bilang kepada saya , kebanyakan bakso sekarang menggunakan campuran lemak babi atau kaldunya .
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan