يَا
اللهُ بِهَا يَا اللهُ بِهَا
Ya Allah biha
Ya Allah berilah
aku husnul khatimah
يَا
اللهُ بِهَا يَا اللهُ بِهَا يَا الله
بِحُسْنِ الْخَاتِمَة
لِي
عَشْرَةٌ نُطْفِى ِِبِهمْ نَارَ
الْجَحِيْمِ الْحَاطِمَةْ
اَلمْصُطَفَى
وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا
وَالْفَاطِمَةْ
Ya
Allah berilah aku husnul khatimah, Ya Allah berilah aku husnul khatimah, Ya
Allah berilah aku husnul khatimah
Aku
punya sepuluh figur yang dengannya aku mematikan neraka Jahim yang
menghancurkan
Al-Musthafa
(Rasulullah), al-Murtadha (Ali bin Abi Thalib) dan kedua anaknya, serta
Fathimah.
Keterangan:
Tiada sahabat atau ulama salaf dahulu yang menyebut Rasulullah SAW dengan
al-Musthafa atau Ali dengan al-Murtadha. Malah ada hadits yang menyatakan
julukan musthafa itu untuk malaikat sebagai berikut:
فَذَهَبَ نَبِيُّ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى قَامَ تَحْتَ الْعَرْشِ فَلَقِيَ مَا
لَمْ يَلْقَ مَلَكٌ مُصْطَفًى وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلَى جِبْرِيلَ اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ لَهُ ارْفَعْ رَأْسَكَ
سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Nabi SAW pergi ke Arsy, lalu menjumpai apa
yang tidak dijumpai oleh malaikat
al-Musthafa ( yang terpilih ),
nabi yang diutus. Lalu Allah k memberikan wahyu kepada Jibril, pergilah ke
Muhammad, katakanlah kepadanya : Angkatlah kepalamu, mintalah kamu akan diberi dan berikan syafa’at, kamu akan
diizini.”[1]
Ada lagi hadits ketika Rasulullah SAW berkata
kepada orang–orang Yahudi di tempat ibadah mereka sebagai berikut:
أَبَيْتُمْ فَوَاللَّهِ
إِنِّي لَأَنَا الْحَاشِرُ وَأَنَا الْعَاقِبُ وَأَنَا النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى
آمَنْتُمْ أَوْ كَذَّبْتُمْ
“Kamu tidak mau, demi Allah! Sesungguhnya aku
adalah al-Hasyir, yang mengumpulkan. Akulah yang datang setelah para nabi,
akulah nabi al-Musthafa. Kamu beriman atau mendustakan.”[2]
Hadits
tersebut menyatakan bahwa Nabi juga al-Musthafa, tapi tiada sahabat yang
memanggil beliau seperti itu. Apalagi di sini, Rasulullah SAW dipanggil atau disebut
al-Musthafa untuk tawasul yang bid`ah, bahkan dikatakan dengannya neraka
Jahannam kita matikan. Ini jelas kesyirikan yang nyata.
Abu Dzar berkata
:
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيدَنَا
مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ المُرْتَضَىٰ وَنَبِيُّهُ المُصْطَفَىٰ وَرَسُولُهُ
المُجْتَبَىٰ ، أَرْسَلَهُ اللَّهُ إِلَيْنَا كَافَّةً،
“Kami bersaksi bahwa sayidana Muhammad adalah hamba-Nya,
al-Murtadha, dan nabi-Nya al-Musthafa
dan rasul-Nya al-Mujtaba, yang diutus
untuk kita semua.”[3] Lemah
Atsar lemah
tersebut menyatakan julukan al-Murtadha juga untuk Rasulullah e, bukan untuk
Ali bin Abi Thalib.
وَبِآسِيَةْ
مَنْ أَصْبَحَتْ مِنْ كُلِّ هَوْلٍ
سَالِمَة
وَابْنَةِ
عِمْرَانْ أُمِّ عِيْسَى هِيَ
لِلْمَعَانِي فَاهِمَة
وَبِعَائِشَةْ
ذَاتِ اْلجَمَالْ أُمِّ اْلكَمَالِ
اْلعَاِلمَة
وَبِحَقِّ
جِبْرِيْلَ الْامَيِنْ عَلىَ الصَّحَائِفِ
تَامَّةْ
Dan dengan
Asiyah – orang yang selamat dari segala musibah, putri Imran, ibu Isa yang
paham arti keluhuran
Khadijah
al-Kubra yang paham keluhuran
Dengan
Aisyah yang cantik – ibu kesempurnaan
yang alim
Dan dengan hak
Jibril yang terpercaya untuk membawa
al-Quran dengan sempurna.
هُمْ
عُدَّتِي وَذَخِيْرَتِي فِى اْلحَشْرِ
يَوْمَ الطَّامَّةْ
وَكَذَاكَ
فِى الدُّنْيَا إِذَا دَهَتِ اْلاُمُورُ
اْلقَاصِمَة
Mereka bekalku,
simpananku waktu di Mahsyar yaitu hari kiamat
Begitu juga di dunia bila tertimpa
bahaya yang hebat.
Keterangan: Kalimat syair “Mereka bekalku, simpananku waktu di Mahsyar yaitu hari kiamat” Begitu juga di dunia bila tertimpa bahaya yang hebat” adalah
kesyirikan yang nyata, bid`ah yang sesat dan menodai keimanan. Mengapa
mereka yang sudah meninggal dunia
sebagai bekal bagi orang yang hidup. Mestinya orang yang hidup
mendoakan kepada orang yang mati bukan sebaliknya. Bila ada musibah harus minta
kepada Allah untuk menghilangkannya bukan menjadikan mereka sebagai perantara atau menggunakan kedudukan
mereka. Allah berfirman:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ
بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ
لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika
Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[4]
Tanpa
perantara mereka, Allah mampu melenyapkan segala macam bahaya atau derita hidup
di dunia maupun di akhirat.
وَبِحَقِّهِمْ
ياَذاَ الْجَلَالْ وَبِالصَّلاَةِ
الْقَائِمَةْ
اُلْطُفْ
بِنَا وَالْمُسْلِمِيْن مِنْ كُلِّ عَيْنٍ
لَامَّةْ
وَمِنَ
اْلعَدَى وَمِنَ الرَّدَى وَمِنَ
الْمَصَائِبِ عَامَّة
Dan
dengan hak mereka, wahai Tuhan yang punya keagungan dan dengan shalat yang dilakukan… Belas
kasihanilah kami dan kaum muslimin dari
segala penyakit disebabkan mata
memandang, permusuhan, kehinaan, dan seluruh musibah.
Keterangan:
Syair terakhir ini juga menjadi pintu syirik karena menggunakan hak mayat agar Allah berbelas kasihan kepada mereka.
ثُمَّ الصَّلاَة
ُعَلىَ النَّبِي خَصَّصْتُهُ بِمُكَالَمَة
وَاْلآلِ
وَالصَّحْبِ الَّذِيْنَ هُمْ هُدَاةُ
الْاُمَّة
Kemudian
shalawat dan salam tercurah kepada Nabi yang
telah kukhususkan dengan bicara langsung…
Begitu
juga untuk keluarga, sahabat yang
menjadi penunjuk umat.
Keterangan:
Rasulullah SAW dikatakan mendapat pembicaraan langsung dengan Allah masih perlu
dalil dari ayat al-Quran, sebab yang ada dalam al-Quran hanya Nabi Musa yang disebut sebagai nabi yang pernah diajak
bicara oleh Allah sebagaimana ayat :
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung.”[5]
Di
ayat lain, Allah berfirman :
وَنَادَيْنَاهُ مِنْ
جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا
“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan
gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat
(kepada Kami).”[6]
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnyaArtikel Terkait
UNTAIAN MUTIARA
BalasHapusJangan membenci kepada ulama yang sejaman
Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain
Jangan memeriksa murid orang lain
Jangan mengubah sikap walau disakiti orang
Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu
KH Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin Suralaya Ciamis Jabar