Di tulis oleh H Mahrus ali
Meluruskan pemahaman ayat
Tim Penulis LBM NU cabang Jember menyatakan sbb:
Di antara ayat al Quran yang mereka jadikan argumentasi menolak bertawassul dan beristighosah adalah ayat :
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.[1]
Menurut Tim Penulis LBM NU cabang Jember Ayat ini tidak memberikan larangan bertawassul dan ber istighotsah dengan para nabi dan wali yang sudah meninggal …………………………….
Saya katakan : Ayat itu ada kemiripan illat antara mereka dan orang – orang yang minta – minta kepada para nabi dan wali atau bertawassul dengan nya yaitu agar dekat kepada Allah . Biasanya orang yang bertawassul dengan mayat ber argumentasi para wali – wali itu lebih dekat kepada Allah , lebih suci dan doa mereka mustajab sedang kita ini berlumuran noda dan dosa . Sudah sewajarnya kita bertawassul dengan mereka . Sekarang apa bedanya dengan illat yang di ketengahkan oleh penyembah berhala itu . Kaum Jahiliyah juga mengakui bahwa Allahlah yang menurunkan hujan , menciptakan matahari , bulan , langit danm bumi , bahkan menciptakan manusia , dan berhala itu hanya di jadikan perantara saja.
Pada hal perantara yang paling bisa mendekatkan kepada Allah dan berdalil hanyalah amalan baik kita sendiri , renungilah hadis berikut :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا, فَقَالَ(( يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ. احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ, وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ . وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ, وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ. رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ. قَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ *
Ibnu Abbas ra berkata :” Pada suatu hari,aku di belakang Rasulullah SAW ,lalu beliau bersabda : “ Wahai anak muda ! Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat . Jagalah Allah , Dia akan menjagamu . ( Perhatikan ajaranNya ) . Jagalah Allah , kamu akan menjumpaiNya di mukamu ( Bila kamu butuh akan di kabulkan ) . Bila kamu minta sesuatu , mintalah kepada Allah .( Dan jangan syirik atau minta kepada berhala,orang mati ,pohon , jin dll ) . Bila kamu minta tolong mintalah kepada Allah . Ketahuilah bila umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu , maka tidak akan mampu memberikannya kecuali sesuatu yang telah ditulis oleh Allah untuk mu . Bila mereka berkumpul untuk memberikan bahaya kepada mu dengan sesuatu , maka tidak akan mampu membahayakan kepada mu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah untukmu . Pena telah diangkat dan lembaran telah kering . [2] ( Hasan sahih , kata Tirmidzi )
Jadi dalam hadis tsb di jelaskan bukan mendekat kepada wali di kuburan atau tawassul dengannya merupakan pendekatan pada Allah yang syar`i , tapi dengan menjaga hukum Allah , melakukan perintahNya dan menjauhi larangannya . Lihat orang yang melanggar hukum Allah termasuk zalim sebagaimana ayat :
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.[3]
Dan orang yang ittiba`termasuk melakukan perintahNya , sudah tentu akan di senangiNya . Allah berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[4]
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya [5]
Tiada dalil yang menyatakan bahwa bertawassul dengan mayat membikin doa lebih terkabul . Ia sekedar budaya jelek yang bid`ah , bahkan bisa menjadi sarana kesyirikan . Allah berfirman :
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka?[6]
Imam Qatadah memberikan komentar terhadap ayat 3 Zumar tsb sbb:
قَالَ قَتَادَةُ : كَانُوا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ مَنْ رَبُّكُمْ وَخَالِقُكُمْ؟ وَمَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً؟ قَالُوا : اللهُ ، فَيُقَالُ لَهُمْ مَا مَعْنَى عِبَادَتِكُمْ اْلأَصْنَامَ؟ قَالُوا ِليُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى ، وَيَشْفَعُوا لَنَا عِنْدَهُ
Imam Qatadah berkata : Bila di katakan kepada mereka ( masarakat jahiliyah ) siapakah Tuhanmu ? dan penciptamu ? Dan siapakah yang menciptakan langit – langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit ?
Mereka bilang : Allah .
Lalu di katakan kepada mereka , apakah arti penyembahanmu kepada berhala – berhala ?
Mereka bilang : Untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat – dekatnya dan mereka akan memberikan syafat kepada kami di sisiNya. [7]
Muhammad bin Ali bin Muhammad Assyaukani berkata :
وَالَّذِيْنَ لَمْ يُخْلِصُوا اْلعِبَادَةَ للهِ ، بَلْ شَابُوْهَا بِعِبَادَةِ غَيْرِهِ قَائِلِيْنَ : مَا نَعْبُدُهُمْ ِلشَيْءٍ مِنَ اْلأَشْيَاءِ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلىَ اللهِ تَقْرِيْباً ، وَالضَّمِيْرُ فِي نَعْبُدُهُمْ رَاجِعٌ إلِىَ اْلأَشْيَاءِ الَّتِي كَانُوا يَعْبُدُوْنَهَا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ ، وَعِيْسَى ، وَاْلأَصْنَامِ ، وَهُمْ : اْلمرُاَدُوْنَ بِاْلأَوْلِيَاءِ ، وَالْمُرَادُ بِقَوْلِهِمْ : { إِلاَّ لِيُقَرّبُونَا إِلَى الله زُلْفَى } الشَّفَاعَةَ ، كَمَا حَكَاهُ اْلوَاحِدِي عَنِ الْمُفَسِّرِيْنَ .
Dan orang –orang yang tidak memurnikan ibadah kepada Allah , tapi di campur dengan ibadah kepada lainNya dengan mengatakan : Kami tidak menyembah sesuatu kecuali hanya untuk mendekatkan kita kepada Allah sedekat – dekatnya .
Dhomir hum dalam kalimat na`buduhum adalah mengarah kepada sesembahan mereka yaitu malaikat , Isa dan berhala – berhala . dan itulah yang di maksud dengan para wali .
Maksud agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat – dekatnya adalah memberikan syafaat sebagaimana di kisahkan oleh al wahidi dari sebagian ahli tafsir . [8]
Dalam kata pengantar buku Kuburan Agung Menyingkap Fenomena Ketergantungan Kpada Para Wali
Pad hakikatnya berhala – berhala itu adalah gambar para wali yang mereka gandrungi lalu meninggal dunia lalu di gambar dan abadikan dengan patung . Dan sekarng juga sudah ada patung wali songo di daerah Ampel.
Dalam fakta sejarah, paganisme merupakan agama sesat pertama yang dianut oleh manusia bermula saat mereka membutuhkan panutan untuk dijadikan sebagai pedoman hidup, mereka mengangkat pemimpin yang shalih, dicintai dan dihormati.
Penghormatan tersebut tidak terbatas pada saat sang pemimpin masih hidup, namun berlanjut hingga ketika dia sudah meninggal. Hal tersebut diwujudkan dengan membuat patungnya sebagai simbol penghormatan yang pada akhirnya digunakan sebagai sesembahan.
Fenomena menyembah patung ini sudah mulai bergeser bentuk pada zaman sekarang, manusia sudah tidak lagi membuat patung sesembahan. Namun mereka masih mengeramatkan makam tertentu dan meminta segala kebutuhannya kepadanya. Bahkan seorang kuburi -sebutan untuk penyembah kuburan- berkeyakinan bahwa mengunjungi makam wali sama dengan mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat. Mereka juga menyamakan makam wali dengan Baitullah al-Haram (Ka'bah) dan menziarahinya dianggap sebagai pelaksanaan ibadah haji baginya.[9]
Jadi minta - minta kepada wali di kuburan juga termasuk kesyirikan yang nyata dan itu tidak bisa di bantah lagi , sebab minta – minta pada mayat itu sama dengan menyembah kepadanya sebagaimana hadis sbb:
RasullullahSAW bersabda :
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ وَقَرَأَ ( وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ) إِلَى قَوْلِهِ ( دَاخِرِينَ )
Doa adalah ibadah ( penyembahan ) . Allah berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". Ghofir 60.[10]
[1] Zumar 3
[2] HR Tirmidzi 2516
[3] Al Baqarah 229
[4] Ali imran 31
[5] Annisa` 69
[7] Tafsir Qurthubi dalam ayat 3 Zumar
[8] Tafsir fathul qadir dalam ayat 3 Zumar
[9] Kata pengantar dalam buku Imathatul Litsam wa Kabhul Auham karya Mamduh bin Muhammad Farhan al-Buhairi
[10] HR Tirmidzi / Tafsirul quran / 2969. Beliau berkata : Hadis tsb hasan sahih .Ibnu Majah / Doa / 3829.
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan