17/04/2010 — Dunia pesantren
Posted: 15 November 2010 by alimasyhudi
Bisa dikatakan bahwa KH. Munbasyir Mundzir adalah orang nomor satu yang berdiri di belakang Gus Miek. Ia tokoh yang tak pernah meragukan kebenaran langkah Gus Miek, membela Gus Miek ketika orang tua Gus Miek sendiri masih meragukannya, dan selalu mendukung perjuangan Gus Miek apa pun bentuknya. Di samping itu, ia juga tokoh yang menjadi saksi hidup Jam’iyah Lailiyah dan Dzikrul Ghofilin.
Suatu ketika, KH. Djazuli yang telah mengenal KH. Mundzir sebagai seorang yang alim dan luas pandangannya serta termasyhur sebagai seorang wali yang memiliki kemampuan melihat tanda-tanda kelahiran wali kemudian bertanya kepada KH. Mundzir: “Kiai, bagaimana dengan anak saya itu?”
“Yang mana, Kiai?” KH. Mundzir balik bertanya.
“Amiek itu lho, Kiai,” jawab KH. Djazuli.
“Oh itu, biarkan. Barkan saja dia. Tinggi, tinggi derajatnya nanti,” KH. Mundzir menjawab dengan serius.
Di luar pengajiannya, Gus Miek bersama KH. Mubasyir Mundzir aktif di Bandar untuk membantu perjuangan Wahidiyah milik KH. Abdul Madjid. Ketiga kiai ini saat itu terkenal sebagai trio auliya Kediri yang sangat akrab dan saling membantu satu sama lain. Mereka sering mengadakan pertemuan untuk membahas berbagai permasalahan umat. Ketika KH. Abdul Madjid mendapatkan penentangan yang luar biasa dari KH. Mahrus Ali, KH. Mundzir dan Gus Miek selalu membela dan mendukung perjuangannya. Dalam setiap acara pertemuan, baik yang hanya terdiri dari beberapa orang maupun ratusan orang, Gus Miek selalu mendapatkan bagian memimpin doa, sementara yang lain mengamini.
Seiring dengan berjalannya waktu, KH. Mubasyir Mundzir dan Gus Miek merasa bahwa perjuangan KH. Abdul Madjid dengan Wahidiyahnya telah bisa erjalan tanpa bantuan dan dukungan keduanya lagi. Keduanya merasa bahwa sudah waktunya untuk menentukan wilayah perjuangan masing-masing. Dalam perbincangannya dengan Gus Miek, akhirnya KH. Mubasyir Mundzir berniat mendirikan pondok pesantren sendiri di Bandar, Kediri, sementara Gus Miek masih mencari tempat dan waktu yang cocok untuk memulai.
Di samping alasan di atas, hal yang paling mendasar yang menjadi alas an pecahnya trio wali dalam tataran wilayah perjuangan itu disebabkan munculnya ketidak epahaman antara kubu KH. Abdul Madjid dengan kubu KH. Mubasyir Mundzir dan Gus Miek. Perlu dicatat bahwa ketidaksepahaman ini hanya sebatas pada “metode perjuangan dan sasaran perjuangan” dan tidak sampai pada permusuhan pribadi. Hal ini terlihat dari hubungan di antara kedua kubu itu masih tetap terjalin di mana KH. Abdul Madjid masih sering menghadiri kegiatan yang diadakan Gus Miek. Sementara KH. Mubasyir Mundzir dengan Gus Miek telah sedemikian mesra seperti kakak dan adik.
Amar dan Katsir Siroj pernah menemani Gus Miek ke Setonogedong. Keduanya duduk-duduk di serambi masjid, sedang Gus Miek berada di rumah mertunaya. Tiba-tiba KH. Mubasyr Mundzir datang menemui keduanya.
“Ini anak ploso ya? Masya Allah, Gus Miek itu jadzab seumur hidup. Gus MIek, kalau menyuruh tidak shalat, kamu tetap shalat. Itu nanti yang akan dihisab. Gus Miek itu kalau menjalankan shalat, justru tidak sah sebab Gus Miek gila kepada Allah. Kamu kalau diajak ke tempat orang nakal, jangan ikut menjadi nakal. Sebab Gus Miek di tempat orang nakal itu yang terlihat hanya Allah,” kata KH. Mubasyir Mundzir.
Amar dan Katsir Siroj hanya terdiam. KH. Mubsyir Mundzir pun kemudian berlalu. Tidak lama kemudian, amar hanya tersenyum-senyum karena ia yang paling sering diajak ke tempat orang nakal. Berbeda dengan Katsir Siroj yang belum pernah diajak ke tempat seperti itu.
Komentarku ( Mahrus ali )
Dalam artikel itu di katakan :
Suatu ketika, KH. Djazuli yang telah mengenal KH. Mundzir sebagai seorang yang alim dan luas pandangannya serta termasyhur sebagai seorang wali yang memiliki kemampuan melihat tanda-tanda kelahiran wali kemudian bertanya kepada KH. Mundzir: “Kiai, bagaimana dengan anak saya itu?”
“Yang mana, Kiai?” KH. Mundzir balik bertanya.
“Amiek itu lho, Kiai,” jawab KH. Djazuli.
“Oh itu, biarkan. Barkan saja dia. Tinggi, tinggi derajatnya nanti,” KH. Mundzir menjawab dengan serius.
Komentarku ( Mahrus ali )
Seorang mukmin bagaimanakah bisa menebak masa depan orang , apakah tidak mungkin dia menjadi orang yang terhina disisi manusia tapi derajatnya hebat di mata Allah . Atau mungkin juga dia yang di tebak nanti menjadi pejabat yang menjadi idola rakyat , ternyata preman di mata Allah karena korupsinya masih tersembunyi dan belum terungkap di media massa. Menebak masa depan siapapun baik mukmin maupun kafir tidak di benarkan sebagaimana ayat :
قُلْ لاَ أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ(50)
Artinya "Katakanlah : Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakan kepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al-An'am:50]
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.
Karena itu , jawaban tsb tidak berlandaskan dan keliru sangat . Mestinya di katakan , wallohu a`lam , masalah gaib bukan wewenang manusia dan jin untuk menebak.
Daalam artikel itu di katakan :
Di luar pengajiannya, Gus Miek bersama KH. Mubasyir Mundzir aktif di Bandar untuk membantu perjuangan Wahidiyah milik KH. Abdul Madjid. Ketiga kiai ini saat itu terkenal sebagai trio auliya Kediri yang sangat akrab dan saling membantu satu sama lain. Mereka sering mengadakan pertemuan untuk membahas berbagai permasalahan umat. Ketika KH. Abdul Madjid mendapatkan penentangan yang luar biasa dari KH. Mahrus Ali, KH. Mundzir dan Gus Miek selalu membela dan mendukung perjuangannya. Dalam setiap acara pertemuan, baik yang hanya terdiri dari beberapa orang maupun ratusan orang, Gus Miek selalu mendapatkan bagian memimpin doa, sementara yang lain mengamini.
Komentarku ( Mahrus ali )
Sepengetahuan saya , thariqat wahidiyah itu penuh dengan kesyirikan , lihat saja judul Kesyirikan dalam amaliyah wahidiyah dalam blog mantankyainu ini ,kamu akan menjumpainya . Di terangkan di sana salah satu kesyirikannya sbb :
يَا شَافِعَ الْخَلْقِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ نُوْرَ الْخَلْقِ هَادِيَ اْلاَنَامِ وَأَصْلَهُ وَرُوْحَهُ أَدْرِكْنِي فَقَدْ ظَلَمْتُ أَبَدًا وَرَبِّنِي وَلَيْسَ لِي يَا سَيِّدِي سِوَاكَ فَإِنْ تَرُدَّ كُنْتُ شَخْصًا هَالِكاً يَا سَيِّدِي يَا رَسُوْلَ الله ×7
YAA SYAAFI’AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM | ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM | |
WA-ASHLAHUU WA RUUHAHUU ADRIKNII | FAQOD DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII | |
WALAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKAA | FA-IN TARUDDA KUNTU SYAKHSHON HAALIKAA | |
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH ! ( 7 X ) |
“Duhai Baginda Nabi Pemberi syafa’at makhluq; ke pangkuanmu shalawat dan salam ALLOH ku sanjungkan, Duhai Nur-cahaya mahluq, Pembimbing manusia. | |
Duhai Unsur dan Jiwa makhluq; Bimbing, bimbing, dan didiklah diriku. Sungguh, aku manusia yang dholim selalu; | |
Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai Sayyidii, Jika Engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah, pastilah, pasti ‘ku ‘kan hancur binasa . | |
Duhai Pemimpin kami, Duhai Utusan Alloh ! |
يَا أَيُّهَا اْلغَوْثُ سَلاَمُ اللهِ عَلَيْكَ رَبِّنِي بِإِذْنِ اللهِ وَانْظُرْإِلَيَّ سَيِّدِي بِنَظْرَةٍ مُوْصِلَةٍ لِلْحَضْرَةِ اْلعَالِيَةِ
YAA AYYUHAL – GHOUTSU SALAAMULLOOH | ‘ALAIKA ROBBINII BI – IDZNILLAAH | |
WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH | MUUSHILATIL-LIL- HADLROTIL ‘ALIYYAH |
Orang yang mendukung kesyirikan akan di masukkan ke dalam Neraka sebagaimana ayat :
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.[1]
Di katakan lagi :
“Ini anak ploso ya? Masya Allah, Gus Miek itu jadzab seumur hidup. Gus MIek, kalau menyuruh tidak shalat, kamu tetap shalat. Itu nanti yang akan dihisab. Gus Miek itu kalau menjalankan shalat, justru tidak sah sebab Gus Miek gila kepada Allah. Kamu kalau diajak ke tempat orang nakal, jangan ikut menjadi nakal. Sebab Gus Miek di tempat orang nakal itu yang terlihat hanya Allah,” kata KH. Mubasyir Mundzir.
Komentarku ( Mahrus ali )
Kalau memang benar begitu , maka siapakah di antara sahabat dan para rasul yang pernah gila kepada Allah sehingga boleh tidak menjalankan salat . Dia gila kepada Allah tapi kok bisa memimpin sema`an , bisa berpidato , berceramah dan memberi peringatan orang , bisa kenal dengan perempuan dan anak – anaknya , juga bisa nenggak bir hitam , membeli rokok wismilak , lalu menjalankan salat sulit atau boleh tidak menjalankannya. Ini lucu sekali . Jangan di sebarkan nanti akan di ketawakan orang kafir , apalagi orang mukmin . Ini ajaran bukan ajaran ahlis sunnah ,tapi ajaran gila. Boleh jadi itu dari ajaran setan yang di terima oleh seseorang . Biasanya jin itu mau di buat khadam asal ada teransaksi sebelumnya dan biasanya mengarah kepada kemungkaran yang berat . Salah satunya meninggalkan salat .
Dalam komentar syarah fusus al Hikam dan ini termasuk kitab syi`ah ada keterangan sbb :
تَعْلِيْقَاتٌ عَلَىَ شَرْحِ فُصُوْصِ الْحِكَمِ - (جَ 1 / صَ 96)
قَوْلُهُ: سِرٌّ وُجُوْدِيٌّ ظَاهِرِيٌّ الْخَ، وَهُوَ عَيْنُ الْعَبْدِ وَالْمَشْهُوْدُ هُوَ الْحَقُّ وَلَمَّا وَصَلَ الْعَبْدُ إِلَىَ مَقَامِ الْمَحْبُوْبِيَّةِ بِحُصُوْلِ جَمْعِيَّةِ الْأَسْمَاءِ الْظَّاهِرَةِ يَصِيْرُ سَيْرُهُ بِإِسْرَاءِ الْحَقِّ فَيَسِيْرُ بِقَدَمِهِ فَإِنََّ الْمَحْبُوْبِ مَجْذُوبٌ فَيَقَعُ الْمُكَاشَفَةُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْعَبْدِ بِرُؤْيَةِ كُلٍّ مِنْهُمَا جَمِيْعَ الْأَحْكَامِ وَالْآثَارِ فِيْ الْآَخَرِ وَيَصِيْرُ كُلُّ مِرْآةَ الْآَخَرِ إِلاَّ أَنَّ هَذَا الْسَّيْرَ وَالْإِسْرَاءَ يَكُوْنُ فِيْ بَادِئِ الْأَمْرِ مِنْ وَرَاءِ حِجَابِ الْعَقَائِدِ وَالتَعَلُّقَاتِ وَغَلَبَةِ بَعْضِ الْأَسْمَاءِ فَيَكُوْنُ الْمَشْهُوْدُ أَسْمَاءً
قَوْلُهُ: سِرٌّ وُجُوْدِيٌّ ظَاهِرِيٌّ الْخَ، وَهُوَ عَيْنُ الْعَبْدِ وَالْمَشْهُوْدُ هُوَ الْحَقُّ وَلَمَّا وَصَلَ الْعَبْدُ إِلَىَ مَقَامِ الْمَحْبُوْبِيَّةِ بِحُصُوْلِ جَمْعِيَّةِ الْأَسْمَاءِ الْظَّاهِرَةِ يَصِيْرُ سَيْرُهُ بِإِسْرَاءِ الْحَقِّ فَيَسِيْرُ بِقَدَمِهِ فَإِنََّ الْمَحْبُوْبِ مَجْذُوبٌ فَيَقَعُ الْمُكَاشَفَةُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْعَبْدِ بِرُؤْيَةِ كُلٍّ مِنْهُمَا جَمِيْعَ الْأَحْكَامِ وَالْآثَارِ فِيْ الْآَخَرِ وَيَصِيْرُ كُلُّ مِرْآةَ الْآَخَرِ إِلاَّ أَنَّ هَذَا الْسَّيْرَ وَالْإِسْرَاءَ يَكُوْنُ فِيْ بَادِئِ الْأَمْرِ مِنْ وَرَاءِ حِجَابِ الْعَقَائِدِ وَالتَعَلُّقَاتِ وَغَلَبَةِ بَعْضِ الْأَسْمَاءِ فَيَكُوْنُ الْمَشْهُوْدُ أَسْمَاءً
Komentar untuk menjelaskan Fusus al hikam - (c 1 / p. 96)
Perkataan : Rahasia wujud virtual, dll Ini adalah hakikat orang dan Allah yang di saksikan adalah kebenaran dan ketika tiba seorang hamba ke aksesi Lovableness ( Maqom di cintai oleh Allah ) dengan mendapat kemampuan untuk mengumpulkan fenomena asma` Allah tersebut menjadi berjalan dengan cepat karena di pandu oleh Allah lalu berjalan dengan kakinya. Sesungguhnya orang yang di caintai Allah adalah tertarik ( Majzoub ) lalu mendapat pengungkapan antara Allah dan orang itu untuk melihat satu sama lain atas semua ketentuan ( hukum – hukum ) dan efek yang lain dan menjadi cermin bagi yang lain hanya lalu lintas dan Isra ( panduan Allah ) pada awalnya dari balik tabir keyakinan ( doktrin akidah ) dan ketergantungan dan kelaziman beberapa Asma `Allah yang berkuasa di hatinya . Jadi yang di saksikan adalah asma` Allah .
Perkataan : Rahasia wujud virtual, dll Ini adalah hakikat orang dan Allah yang di saksikan adalah kebenaran dan ketika tiba seorang hamba ke aksesi Lovableness ( Maqom di cintai oleh Allah ) dengan mendapat kemampuan untuk mengumpulkan fenomena asma` Allah tersebut menjadi berjalan dengan cepat karena di pandu oleh Allah lalu berjalan dengan kakinya. Sesungguhnya orang yang di caintai Allah adalah tertarik ( Majzoub ) lalu mendapat pengungkapan antara Allah dan orang itu untuk melihat satu sama lain atas semua ketentuan ( hukum – hukum ) dan efek yang lain dan menjadi cermin bagi yang lain hanya lalu lintas dan Isra ( panduan Allah ) pada awalnya dari balik tabir keyakinan ( doktrin akidah ) dan ketergantungan dan kelaziman beberapa Asma `Allah yang berkuasa di hatinya . Jadi yang di saksikan adalah asma` Allah .
Komentarku ( Mahrus ali )
Itulah ajaran yang mbulet , sulit di terapkan , bila di peraktekkan , maka bukan tambah dekat kepada Allah , tapi tambah jauh dari Nya dan dekat dengan Iblis yang hadir untuk menemaninya . Allah menyatakan :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya[2]
Artikel Terkait
Saya pingin tanya yai.. pendapat yai tentang jasad yang masih utuh setelah mati... Amal apa ya yang bisa membuat seseorang jasadnya masih utuh.. seperti kyai2 NU.. saya Heran dan Ta'jub
BalasHapusJasad mayat yang utuh bukan jasad orang hidup yang cacat atau robek adalah masalah biasa bukan masalah keistimewaan atau kehinaan. Tiada dalil yang menunjukkan jasad untuh mayat menunjukkan cinta Allah padanya atau benciNya kepadanya.Banyak jasad mayat biksu dan pendeta yang masih utuh. Dan banyak jasad mayat sahabat yang hancur. Yang penting lihat mayat tersebut ketika hidup melanggar ajaran Islam atau taat kepadanya.
BalasHapus