Penyimpangan Akidah Syeikh al Albâni al Wahhâbi as Salafi
Posted on Januari 18, 2011 by abusalafy
Penyimpangan Akidah Syeikh al Albâni al Wahhâbi as Salafi
Tidak sedikit penyimpangan yang terjadi dalam akidah para pembesar masyâikh Wahhâbi-Salafi, khususnya tentang akidah ketuhanan yang banyak membutuhkan akal sehat dan tidak sekedar menelan mentah-mentah asal riyawat yang diatas-namakan Nabiyyul Islam Muhammad saw. atau atsar sahabat!
Syeikh Albâni menukil pendapat sebagin kaum Musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) seraya membenarkan bahwa: .
من قال عن الله ”ويُرى لا في جهة ” فليُراجع عقله.
وقال الالباني “إن اريد بالجهة امر عدمي وهو ما فوق العالم فليس هناك الا الله وحده”.
“Barang siapa berkata tentang Allah, ‘Dia dilihat tidak di sebuah jihah/sudut/sisi tertentu.’ Hendaknya ia mengoreksi akalnya.” [1] Albani berkata, “Jika yang dimaksud dengan jihah adalah perkara ketiadaan dan di adalah di atas alam semesta ini, maka di sana tidak ada selain Allah sendirian.” [2]
Abu Salafy Berkata:
Demikianlah akidah Salafi yang dibanggakan kaum Salafiyyûn Wahhabiyyûn yang diyakini Syeikh agung mereka yang sering linglung dalam mentashih atau mentadh’if hadis!
Coba bandingkan dengan akidah ulama Islam seperti yang dirangkum oleh Imam ath Thahawi dalam Aqîdah-nya:
.
لا تحويه – أي الله – الجهات الست كسائر المبتدعات
“Allah tidak dimuat oleh enam sisi seperti halnya makhluk.”
.
Maksudnya Maha Suci Allah dari berada di sisi tertentu, sebab yang demikian itu meniscayakan bertempat dan dibatasi oleh batas dan segala konsekuensinya, seperti gerak, diam dll dari sifat makhluk.
Dengan omongannya itu Syeikh Albâni telah menuduh para ulama Islam tidak berakal. Dan pada waktu yang sama ia telah membuktikan bahwa ia telah menyimpang dari akidah Islam yang diyakini para imam Ahlusunnah. Sedangkan Rasulullah saw. telah bersabda:
.
عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد فمن أراد بُحبوحة الجنة فليلزم الجماعة} رواه الترمذي.
“Hendaknya kamu bersama Jama’ah, dan hati-hatilah kamu dari perpecahan, sebab setan bersama satu orang dan dari dua orang ia lebih jauh. Barang siapa menginginkan kebahagiaan kehidupan surga hendaknya ia bersama Jama’ah.” HR Turmudzi.
____________________
[1]. Mukhtashar al Ulu, hal, 7, 156, 285
[2]. Al Aqidah Ath Thahawiyah Syarah Wa Ta’liq Al Albani, hal. 25
Anda menyatakan :
من قال عن الله ”ويُرى لا في جهة ” فليُراجع عقله.
Barang siapa berkata tentang Allah, ‘Dia dilihat tidak di sebuah jihah/sudut/sisi tertentu.’ Hendaknya ia mengoreksi akalnya.” [1] Mukhtashar al Ulu, hal, 7, 156, 285
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Ternyata anda gegabah dalam menulis refrensi , mengapa anda tidak mengamati dua kali terhadap artikel yang anda cantumkan dalam blog anda .Pada hal , blog itu bukan untuk anda peribadi . Bila untuk peribadi saja , penulisan harus tepat , apalagi untuk umum , baik muslim atau kafir , ahlus sunnah atau ahli bid`ah dan syirik. Saya mencari dalam kitab yang anda maksudkan yaitu Mukhtashor al Ulu , ternyata saya tidak mendapatkannya. Coba tengok lagi tulisanmu , barang kali saya tidak salah dalam menyatakan seperti itu .
Anda menyatakan “:
من قال عن الله ”ويُرى لا في جهة ” فليُراجع عقله.
Barang siapa berkata tentang Allah, ‘Dia dilihat tidak di sebuah jihah/sudut/sisi tertentu.’ Hendaknya ia mengoreksi akalnya.” [1] Mukhtashar al Ulu, hal, 7, 156, 285
Komentarku ( Mahrus ali )
Kalimat tsb anda potong , karena ada kepentingan tertentu – agar orang tidak mengetahui argumentasi Syaikh Muhammad Nashiruddin al albani . Ini suatu langkah strategi ahli bid`ah dan syirik sejak dulu . Mereka itu pendusta sama dengan syi`ah . Karena itu strategi mereka dalam kehidupan selalu bersatu dalam melawan ahlis sunnah dan suka membuat fitnah dan dusta. Lihat aslinya sbb :
وَمَن قَال : يُرَى لَا فِي جِهَةٍ . فَلْيُرَاجِعْ عَقْلَهُ . فَإِمَّا أَن يَكُوْنَ مُكَابِرًا لِعَقْلِهِ أَوْ فِي عَقْلِهِ شَيْء ٌوَإِلاَّ فَإِذَا قَال يُرَى لَا أَمَامَ الْرَّائِي وَلَا خَلْفَهُ وَلَا عَنْ يَمِيْنِهِ وَلَا عَنْ يَسَارِهِ وَلَا فَوْقَهُ وَلَا تَحْتَهُ رَدَّ عَلَيْهِ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ بِفِطْرَتِهِ السَّلِيْمَةِ
Orang yang berkata: Allah bisa di lihat tanpa arah , maka koreksilah akalnya . Entah dia menolak pikirannya sendiri atau di pikirannya ada sesuatu yang lain. Bila tidak ……….. maka jika ia berkata : Allah bisa di lihat tapi tidak di depan pelihat , belakangnya, kanannya , kirinya ,atasnya atau tidak juga di bawahnya maka akan ditolak oleh semua orang yang mendengarnya dengan fitrahnya yang sehat .Takhrij Thahawiyah 43/1
Imam Dzahabi seorang tokoh ahli hadis kenamaan, kritikus perawi – perawi hadis yang sangat teliti menyatakan sbb :
مختصر العلو - (ج 1 / ص 75)
(الْعَبْدُ إِذَا أَيْقَنَ أَنَّ اللهَ فَوْقَ الْسَّمَاءِ عَالٍ عَلَى عَرْشِهِ بِلاَ حَصْرٍ وَلَا كَيْفِيَّةٍ وَأَنَّهُ الْآنَ فِي صِفَاتِهِ كَمَا كَانَ فِي قِدَمِهِ صَارَ لِقَلْبِهِ قِبْلَةً فِي صَلَاتِهِ وَتُوَجُّهِهِ وَدُعَائِهِ وَمَنْ لاَ يَعْرِفُ رَبَّهُ بِأَنَّه فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ عَلَى عَرْشِهِ فَإِنَّهُ يَبْقَى ضَائِعًا لَا يَعْرِفُ وِجْهَةَ مَعْبُوْدِهِ لَكِنْ لَو عَرَفَ بِسَمْعِهِ وَبَصَرِهِ وَقِدَمِهِ وَتِلْكَ بِلَا هَذَا [ الْإِيقَانِ ] مَعْرِفَةٌ نَاقِصَةٌ بِخِلَافِ مَن عَرَفَ أَن إِلٰهَهُ الََّذِي يَعْبُدُهُ فَوْقَ الْأَشْيَاءِ فَإِذَا دَخَلَ فِي الصَلَاةِ وَكَبَّرَ تَوَجَّهَ قَلْبُهُ إِلَى جِهَةِ الْعَرْشِ مُنَزَّهًا رَبَِّهُ تَعَالَى عَن الْحَصْر مُفْرَدَا لَه كَمَا أَفْرَدَه فِي قَدَمِه وَأَزَلِيَّتِهِ عَالِمًا أََنَّ هَذِهِ الْجِهَاتِ مِنْ حُدُوْدِنَا وَلَوَازِمِنَا وَلَا يُمْكِنُنَا الْإِشَارَةُ إِلَى رَبِّنَا فِي قِدَمِهِ وَأَزَلِيَّتِهِ إِلاَّ بِهَا لِأَنَّا مُحْدَثُوْنَ وَالْمُحْدَثُ لَا بُدَّ لَهُ فِي إِشَارَتِهِ إِلَى جِهَةٍ فَتَقَعُ تِلْك الْإِشَارَةُ إِلَى رَبِّهِ كَمَا يَلِيْقُ بِعَظَمَتِه لَا كَمَا يُتَوَهَّمُ هُو مِن نَفْسِهِ وَيُعْتَقَد أَنَّهُ فِي عُلُوِّهِ قَرِيْبٌ مِنْ خَلْقِهِ هُوَ مَعَهُم بِعِلْمِهِ وَسَمْعِهِ وَبَصَرِه وَإِحَاطَتِهِ وَقُدْرَتِهِ وَمَشِيْئَتِهِ وَذَاتُهُ فَوْقَ الْأَشْيَاءِ فَوْقَ الْعَرْشِ وَمَتَى شَعُرَ قَلْبُهُ بِذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ أَو التَّوَجُّهِ أَشْرَقَ قَلْبُهُ وَاسْتَنَارَ وَأَضَاءَ بِأَنْوَارِ الْمَعْرِفَةِ وَالْإِيْمَانِ وَعَكَسَتْهُ أَشِعَّةُ الْعَظَمَةِ عَلَى عَقْلِهِ وَرُوْحِهِ وَنَفْسِهِ فَانْشَرَحَ لِذَلِكَ صَدْرُهُ وَقَوِيَ إِيْمَانُهُ وَنَزَّهَ رَبَّهُ عَنْ صِفَات ِخَلْقِهِ مِنَ الْحَصْرِ وَالْحُلُوْلِ وَذَاقَ حِيْنَذَاكَ شَيْئًا مِنْ أَذْوَاقِ الْسَّابِقِيْنِ الْمُقَرَّبِيْنَ بِخِلَافِ مَن لَا يَعْرِفُ وِجْهَةَ مَعْبُوْدِهِ وَتَكُوْنُ الْجَاذِبَةُ رَاعِيَةُ الْغَنَمِ أَعْلَمَ بِاللهِ مِنْهُ فَإِنَّهَا قَالَتْ : ( فِي الْسَّمَاءِ ) عَرَفْتُهُ بِأَنَّهُ عَلَى الْسَّمَاءِ فَإِنَّ ( فِي ) تَأْتِي بِمَعْنَى ( عَلَى ) .....................
(Jika seseorang yakin bahwa Allah di atas langit di atas takhtaNya tanpa batasan dan bagaimana caranya . Dia sekarang dalam sifat - sifatNya sebagaimana waktu qidamNya Maka hatinya memiliki arah waktu salatnya , menghadap padaNya dan berdoa padaNya dan barang siapa yang tidak mengenal Tuhannya bahwa Dia di atas langit -langitNya di atas takhta-Nya,
Maka dia tetap sia – sia belaka, tidak tahu titik idolanya( yang di sembahnya ). Tetapi jika dia tahu Allah mendengar , melihat dan punya sifat qidam dll tanpa pengetahuan ini [keyakinan] tidak lengkap. Berlainan orang yang tahu bahwa Allah yang disembah di atas segala sesuatu .
Jika dia masuk dalam salat dan bertakbir maka hatinya menghadap ke arah tahta Tuhannya tanpa terbatas dan hanya untuk Dia sebagaimana sifat qidam dan azalNya dan tahu bahwa arah – arah ini termasuk perbatasan kami dan keharusan kami
Kita tidak bisa mengacu ( memberi isarah ) pada Tuhan kita yang qidam dan azali kecuali dengan arah – arah itu
لِأَنَّا مُحْدَثُوْنَ وَالْمُحْدَثُ لَا بُدَّ لَهُ فِي إِشَارَتِهِ إِلَى جِهَةٍ فَتَقَعُ تِلْك الْإِشَارَةُ إِلَى رَبِّهِ كَمَا يَلِيْقُ بِعَظَمَتِه لَا كَمَا يُتَوَهَّمُ هُو مِن نَفْسِهِ وَيُعْتَقَد أَنَّهُ فِي عُلُوِّهِ قَرِيْبٌ مِنْ خَلْقِهِ هُوَ مَعَهُم بِعِلْمِهِ وَسَمْعِهِ وَبَصَرِه وَإِحَاطَتِهِ وَقُدْرَتِهِ وَمَشِيْئَتِهِ
Karena kita adalah mahluk yang baru , dan mahluk baru harus menggunakan acuan itu lalu acuan arah itu ter arah pada Tuhannya sebagaimana yang layak bagiNya sesuai dengan keagunganNya , tidak sebagaimana di duga dan di yakini bahwa Allah di atas tapi dekat dengan mahlukNya . Dia bersama mereka dengan ilmuNya , pendengaranNya , penglihatanNya , mengetahui dengan total , kekuasaanNya dan kehendakNya
وَذَاتُهُ فَوْقَ الْأَشْيَاءِ فَوْقَ الْعَرْشِ وَمَتَى شَعُرَ قَلْبُهُ بِذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ أَو التَّوَجُّهِ أَشْرَقَ قَلْبُهُ وَاسْتَنَارَ وَأَضَاءَ بِأَنْوَارِ الْمَعْرِفَةِ وَالْإِيْمَانِ وَعَكَسَتْهُ أَشِعَّةُ الْعَظَمَةِ عَلَى عَقْلِهِ وَرُوْحِهِ وَنَفْسِهِ فَانْشَرَحَ لِذَلِكَ صَدْرُهُ وَقَوِيَ إِيْمَانُهُ وَنَزَّهَ رَبَّهُ عَنْ صِفَات ِخَلْقِهِ مِنَ الْحَصْرِ وَالْحُلُوْلِ
Dan zat Allah di atas segala sesuatu di atas takhta, dan ketika hatinya merasa hal itu dalam salat atau menghadap padaNya maka bersinar hatinya , menerangi dengan cahaya ( lampu ) pengetahuan tentang Allah dan iman dan mencerminkan sinar kebesaran di pikiran , roh dan jiwanya sehingga dadanya lapang , imannya kuat dan memaha sucikan Tuhan dari karakteristik ciptaan-Nya dari beberapa batasan dan hulul
وَذَاقَ حِيْنَذَاكَ شَيْئًا مِنْ أَذْوَاقِ الْسَّابِقِيْنِ الْمُقَرَّبِيْنَ بِخِلَافِ مَن لَا يَعْرِفُ وِجْهَةَ مَعْبُوْدِهِ وَتَكُوْنُ الْجَاذِبَةُ رَاعِيَةُ الْغَنَمِ أَعْلَمَ بِاللهِ مِنْهُ فَإِنَّهَا قَالَتْ : ( فِي الْسَّمَاءِ ) عَرَفَتْهُ بِأَنَّهُ عَلَى الْسَّمَاءِ فَإِنَّ ( فِي ) تَأْتِي بِمَعْنَى ( عَلَى ) .....................
Dia menikmati sesuatu sebagaimana selera orang – orang yang cepat – cepat mendekat kepadaNya , berlainan orang yang tidak tahu titik arah tuhan yang di sembah. Jadi gadis muda pengembala kambing lebih tahu dari padanya . Dia berkata : Allah di langit . Dia tahu bahwa Allah di langit . kalimat fii bermakna alaa .
Komentarku ( Mahrus ali )
Barang kali kalimat : الْجَاذِبَةُ salah cetak dan yang benar adalah الجَارِيَةُ yang artinya adalah wanita muda ( atau budak perempuan ) . Mukhtashar al ulu 75/1
Komentarku ( Mahrus ali )
Ternyata Imam Dzahabi juga menyatakan bahwa Allah berada di atas .
Untuk sifat qidam , maka Allah tidak memilikinya .
Syaikh Saleh al fauzan pernah berkata :
لَيْسَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى اْلقَدِيْمُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ اْلأَوَّلُ، وَكَذَلِكَ لَيْسَ مِنْ أَسْمَائِهِ الْفَرْدُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ الْوَاحِدُ اْلأَحَدُ؛ فَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ: يَا قَدِيْم! أَوْ: يَا فَرْدُ! اِرْحَمْنِي! وَإِنَّمَا يُقَالُ: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ! اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي... إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ؛ ِلأَنَّ أَسْمَاءَ اللهِ تَعَالَى تَوْقِيْفِيَّةٌ، لاَ يَجُوْزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يُثْبِتَ شَيْئًا مِنْهَا إِلاَّ بِدَلِيْلٍ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
Al qadim bukan termasuk asma` Allah , tapi Allah punya nama al awwalu , juga Allah tidak punya nama al fard , tapi Al wahid , al ahad ( Esa ) . Jadi tidak boleh di katakan ya qadim ( wahai Tuhan yang dulu / lama ) atau ya fard , belas kasihanilah aku . Tapi katakan :
: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ! اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي..
Wahai Tuhan yang awal , akhir , dhohir , bathin , esa , fard dan tempat mahluk bergantung , belas kasihanilah aku dan tunjukkan aku . dll .
Sebab nama – nama Allah itu taukifiyah , seseorang tidak boleh menetapkan salah satu dari nama untuk Allah kecuali dengan dalil , wallahu a`lam .
Komentarku ( Mahrus ali )
Tapi mengapa kalimat fard masih di sebut , dan mana dalilnya , katanya nama – nama Allah harus taukifiyah atas dalil yang jelas , lalu fard di can tumkan di dalamnya adalah sesuatu yang membutuhkan dalil dan dalilnya belum di temukan , lebih baik dan harus di tinggalkan dan hindarilah kebid`ahan . jangan sampai kita ini membuat kedustaan kepada Allah yang membikin kita termasuk orang zalim . Allah tidak punya nama Fard lalu kita cantumkan kalimat fard sebagai namaNya , apakah bisa di benarkan hal ini tanpa dalil lalu tidak di katakan kedustaan kepada Allah dan membenarkan ajaran setan yang suka bid`ah . Allah berfirman :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Dan saya telah menjelaskan hal itu dalam salah satu karya saya
Imad asshomit . menulis dalam
http://www.albayan.co.uk/MGZarticle.aspx?id=520 / majalalah al Bayan .
لَقَدْ تَظَاهَرَتِ الْآَيَاتُ الْقُرْآنِيَّةُ، وَتَوَاتَرَتِ الْأَحَادِيْثُ الْنَّبَوِيَّة، وَشَهِدَتِ الْفِطْرَةُ الْمُسْتَقِيْمَةُ، وَاتَّفَقَتْ كَلِمَةُ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى أَن الله - سُبْحَانَهُ تَعَالَى - فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ، مُسْتَوٍ عَلَى عَرْشِهِ، بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ، يُنَزِّلُ مَلَائِكَتَهُ بِالْرُّوْحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ. قَالَ - سُـبْحَانَه تَعَـالَى -: {إِن رَبَّكُم الله الَّذِي خَلَقَ الْسَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّة أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ} [يُوْنُس: ٣]، وَقـَالَ - سُـبْحَانَهُ وَتَعَالَى -: {الْرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} [طَه: ٥]، وَقَال - سُبْحَانَهُ تَعَالَى -: {يَخَافُوْن رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ} [الْنَّحْل: 50]، وَقَالَ - سُبْحَانَهُ -: {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الْطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِـحُ يَرْفَعُهُ} [فَاطِر: 10]، وَقـالَ فِي عَبْـدِهِ الْمَسـِيْحِ - عَلَيْـهِ الصَّلَاةُ وَالْسَّلاَمُ -: {بَلْ رَّفَعَهُ الْلَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ الْلَّهُ عَزِيْزًا حَكِيْماً} [الْنِّسَاء: 158]، إِلَى غَيْر ذَلِكَ مِنْ نُصُوْصِ الْقُرْآنِ، جَلَّ قَائِلُهُ وَتَعَالَى مُنَزِّلُه. أَمَّا الْأَحَادِيْثُ فَهِيَ كَثِيْرَةٌ جِدّاً وَأَشْهَرُ مِنْ أََنْ تُذْكَرَ وَأَكْثَرَ مِنْ أَن تُحْصَرَ، وَقَد ذَكَر الْحَافِظ الْذَّهَبِي - رَحِمَه الْلَّه - فِي كِتَاب الْعُلُو أَكْثَر مِن مِائَة حَدِيْث صَحِيْح، تَدُل دَلَالَة ظَاهِرَة عَلَى عُلُو الْلَّه - تَعَالَى - عَلَى عَرْشِه، وَيَكْفِي الْمُنْصِـفُ مِنْ ذَلِكَ أََحَادِيْثُ الْنُّزُوْلِ؛ فَإِنَّهَا مُتَوَاتِرَةٌ رَغِم أَنْفِ كُلِّ مُعَطِّلٍ؛ كَمَا قَالَ الْذََّهَبِي وَابْنُ الْقَيِّمِ وَالْأَلْبَانِي، وَقَد جَمَعَهَا الْحَافِظُ الْذَّهَبِي فِي جُزْءٍ مُفْرَدٍ، وَيَكْفِي الْمُنْصِف أَيْضا أَحَادِيْثُ مِعْرَاجِهِ صَلَّى الْلَّه عَلَيْه وَسَلَّم إِلَى الْسَّمَوَات ِالْعُلْيَا حَتَّى وَصَلَ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَرَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّه الْكُبْرَى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيََةً لِّكُلِّ ذِي لُبٍّ، وَكِفَايَةً لِمَنْ لَهُ قَلْبٌ. وَنَحْنُ سَنَذْكُرُ لِلْقَارِئِ حَدَيْثًا وَاحِدًا؛ لِأَنَّ الْمَقَامَ لَيْسَ مَقَامِ بَسْطِ الْأَدِلَّةِ وَإِنَّمَا غَرَضُنَا الْإِشَارَةُ، وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَأَبُو دَاوُد وَالْنَّسَائِي وَغَيْرُهُم، وَلَا يَشُكُّ فِي صِحَّتِهِ إِلاَّ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ زَيْغ.ٌ
وَمَن أَرَاد الْمَزِيْدَ؛ فَلْيُطَالِعْ (كِتَابَ الْعُلُوِّ) لِلْذََّهَبِي و (اجْتِمَاعُ الْجُيُوْشِ الْإِسْلَامِيَّةِ) لِابْنِ الْقَيِّمِ؛ فَفِيْهِمَا مَا تَنْشَرِحُ لَهُ الْصُّدُوْرُ وَتَطْمَئِنُّ لَهُ الْقُلُوْبُ.
عَن مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِي قَالَ: «كَانَتْ لِي غَنَمٌ بَيْنَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فِيْهَا جَارِيَةٌ لِي، فَأَطَلَعْتُهَا ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الْذِّئْبُ قَد ذَهَبَ مِنْهَا بِشَاةٍ، وَأَنَا رَجُلٌ مِن بَنِي آَدَمَ، فَأَسِفْتُ؛ فَصَكَّكَتُهَا؛ فَأَتَيْتُ الْنَّبِيَّ صَلَّى الْلَّه عَلَيْهِ وَسَلََّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ، فَعَظََّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟ قَال: ادْعُهَا. فَدَعَوْتُهَا فَقَالَ لَهَا: أَيْنَ الله؟ قَالَتْ: فِي الْسَّمَاءِ. قَالَ: مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ: أَنْتَ رَسُوْلُ الله، قَالَ: أَعْتِقْهَا؛ فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ».
قَال الْحَافِظُ الْذََّهَبِي - رَحِمَهُ الله - مُعَلِّقَا عَلَى هَذَا الْحَدِيْثِ: (وَهَكَذَا رَأَيْنَا كُلَّ مَنْ يَسْأَلُ: أَيْنَ الله؟ يُبَادِرُ بِفِطْرَتِهِ وَيَقُوْلُ: فِي الْسَّمَاءِ؟ فَفِي الْخَبَرِ مَسْأَلَتَان ...................
Terjemahannya sbb :
لَقَدْ تَظَاهَرَتِ الْآَيَاتُ الْقُرْآنِيَّةُ، وَتَوَاتَرَتِ الْأَحَادِيْثُ الْنَّبَوِيَّة، وَشَهِدَتِ الْفِطْرَةُ الْمُسْتَقِيْمَةُ، وَاتَّفَقَتْ كَلِمَةُ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى أَن الله - سُبْحَانَهُ تَعَالَى - فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ، مُسْتَوٍ عَلَى عَرْشِهِ، بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ، يُنَزِّلُ مَلَائِكَتَهُ بِالْرُّوْحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Sungguh banyak ayat-ayat Al-Quran yang menjadi bukti , hadis Nabi SAW juga sering, dan di saksikan oleh pikiran yang lurus, kaum Muslimin sepakat bahwa Allah - Maha Suci dan Maha tinggi - di atas langit-Nya, bersemayam di atas takhtaNya, beda dari ciptaan-Nya, menurunkan malaikatNya dengan Jibril dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-Nya.. -:
قَالَ - سُـبْحَانَه تَعَـالَى -: {إِن رَبَّكُم الله الَّذِي خَلَقَ الْسَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّة أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ} [يُوْنُس: ٣]، وَقـَالَ - سُـبْحَانَهُ وَتَعَالَى -: {الْرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} [طَه: ٥]،
Allah - Maha Suci-dan Maha Tinggi berfirman
. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy
[Yunus: 3],
Allah - Maha Suci-dan Maha Tinggi berfirman
5. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy Thahaa 5
Komentarku ( Mahrus ali )
Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
وَقَال - سُبْحَانَهُ تَعَالَى -: {يَخَافُوْن رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ} [الْنَّحْل: 50]، وَقَالَ - سُبْحَانَهُ -: {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الْطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِـحُ يَرْفَعُهُ} [فَاطِر: 10]
: Allah - Maha Suci-dan Maha Tinggi berfirman
{Mereka takut kepada Tuhannya di atas mereka} [Nahl: 50],
Allah - Maha Suci-dan Maha Tinggi berfirman :
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Fathir 10
وَقـالَ فِي عَبْـدِهِ الْمَسـِيْحِ - عَلَيْـهِ الصَّلَاةُ وَالْسَّلاَمُ -: {بَلْ رَّفَعَهُ الْلَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ الْلَّهُ عَزِيْزًا حَكِيْماً} [الْنِّسَاء: 158]، إِلَى غَيْر ذَلِكَ مِنْ نُصُوْصِ الْقُرْآنِ، جَلَّ قَائِلُهُ وَتَعَالَى مُنَزِّلُه.
Allah berfirman tentang hambaNya Isa al masih as
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.. Nisa` 158 . Dan lain – lain dari nas al quran , Allah Maha agung dan sebagai penurunnya Dia Maha Tinggi .
أَمَّا الْأَحَادِيْثُ فَهِيَ كَثِيْرَةٌ جِدّاً وَأَشْهَرُ مِنْ أََنْ تُذْكَرَ وَأَكْثَرَ مِنْ أَن تُحْصَرَ، وَقَد ذَكَر الْحَافِظ الْذَّهَبِي - رَحِمَه الْلَّه - فِي كِتَاب الْعُلُو أَكْثَر مِن مِائَة حَدِيْث صَحِيْح، تَدُل دَلَالَة ظَاهِرَة عَلَى عُلُو الْلَّه - تَعَالَى - عَلَى عَرْشِه،
Hadis – hadis dalam masalah tsb juga sangat banyak , populer sekali untuk di ingat , lebih banyak dari pada di hitung .
Sungguh Al hafidh Dzahabi rahimahullah telah menyebut dalam Kitab al uluw lebih dari seratus hadis sahih yang menunjukkan dengan jelas, signifikan bahwa Allah yang Maha tinggi - di atas takhta-Nya,
وَيَكْفِي الْمُنْصِـفُ مِنْ ذَلِكَ أََحَادِيْثُ الْنُّزُوْلِ؛ فَإِنَّهَا مُتَوَاتِرَةٌ رَغْمَ أَنْفِ كُلِّ مُعَطِّلٍ؛ كَمَا قَالَ الْذََّهَبِي وَابْنُ الْقَيِّمِ وَالْأَلْبَانِي، وَقَد جَمَعَهَا الْحَافِظُ الْذَّهَبِي فِي جُزْءٍ مُفْرَدٍ، وَيَكْفِي الْمُنْصِف أَيْضا أَحَادِيْثُ مِعْرَاجِهِ صَلَّى الْلَّه عَلَيْه وَسَلَّم إِلَى الْسَّمَوَات ِالْعُلْيَا حَتَّى وَصَلَ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
Cukup adil untuk hal itu adalah hadis Allah turun ke langit ; Ia mutawatir meskipun banyak orang yang menafikan Allah turun ke langit sebagaimana di katakan oleh Dzahabi , Ibn Qayyim dan al albani
Hadis – hadis itu telah dikumpulkan oleh Hafiz Dhahabi dalam satu juz tersendiri .Cukup adil bagi orang yang mencari kebenaran hadis Mi`raj saw ke langit yang lebih tinggi sampai ke Sidratul muntaha
وَرَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّه الْكُبْرَى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيََةً لِّكُلِّ ذِي لُبٍّ، وَكِفَايَةً لِمَنْ لَهُ قَلْبٌ. وَنَحْنُ سَنَذْكُرُ لِلْقَارِئِ حَدَيْثًا وَاحِدًا؛ لِأَنَّ الْمَقَامَ لَيْسَ مَقَامِ بَسْطِ الْأَدِلَّةِ وَإِنَّمَا غَرَضُنَا الْإِشَارَةُ،
Nabi melihat tanda-tanda Tuhannya yang besar . Hal itu sebagai tanda kebesaran Allah bagi masing-masing orang yang punya akal dan kecukupan untuki mereka yang memiliki hati. Kami akan menyebutkan untuk pembaca satu hadis terutama kondisinya tidak untuk perpanjangan bukti, tetapi tujuan kita isarat belaka
وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَأَبُو دَاوُد وَالْنَّسَائِي وَغَيْرُهُم، وَلَا يَشُكُّ فِي صِحَّتِهِ إِلاَّ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ زَيْغ.ٌ
Ia sebuah hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud ,Nasai dan lain-lain, tidak diragukan lagi kecuali bagi orang yang ada kelainan dalam hatinya.
وَمَن أَرَاد الْمَزِيْدَ؛ فَلْيُطَالِعْ (كِتَابَ الْعُلُوِّ) لِلْذََّهَبِي و (اجْتِمَاعُ الْجُيُوْشِ الْإِسْلَامِيَّةِ) لِابْنِ الْقَيِّمِ؛ فَفِيْهِمَا مَا تَنْشَرِحُ لَهُ الْصُّدُوْرُ وَتَطْمَئِنُّ لَهُ الْقُلُوْبُ.
Setiap orang yang ingin lebih; maka bacalah ( kitab al ulu ) karya Dzahabi dan ( buku pertemuan tentara Islam) karya Ibn al-Qayyim; kitab itu memberikan apa yang melapangkan dada dan memuaskan hati.
عَن مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِي قَالَ: «كَانَتْ لِي غَنَمٌ بَيْنَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فِيْهَا جَارِيَةٌ لِي، فَأَطَلَعْتُهَا ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الْذِّئْبُ قَد ذَهَبَ مِنْهَا بِشَاةٍ، وَأَنَا رَجُلٌ مِن بَنِي آَدَمَ، فَأَسِفْتُ؛ فَصَكَّكَتُهَا؛ فَأَتَيْتُ الْنَّبِيَّ صَلَّى الْلَّه عَلَيْهِ وَسَلََّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ، فَعَظََّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟ قَال: ادْعُهَا. فَدَعَوْتُهَا فَقَالَ لَهَا: أَيْنَ الله؟ قَالَتْ: فِي الْسَّمَاءِ. قَالَ: مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ: أَنْتَ رَسُوْلُ الله، قَالَ: أَعْتِقْهَا؛ فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ».
Dari Muawiya bin Al-Hakam Assullami berkata: «Saya punya kambing antara Uhud dan al Jawaniyah ,yang di pelihara oleh budak perempuanku. Pada suatu hari , aku melihatnya , tahu – tahu ada serigala telah membawa pergi domba. Aku seorang pria dari bani Adam, aku sedih lalu aku tampar dia . Aku datang kepada Nabi SAW . Aku sebutkan hal itu kepadanya, Beliau menganggapnya masalah besar , Aku berkata: Wahai Rasulullah , apakah aku tidak membebaskannya? Beliau berkata: Panggillah dia.
Beliau berkata kepadanya: Di mana Allah?
Budak wanita berkata: Di langit.
Rasulullah SAW bersabda : Siapa aku?
Budak wanita menjawab : : "Engkau adalah Rasulullah
Rasulullah SAW berrsabda: : Bebaskanlah , sesungguhnya dia wanita yang mukminah ,
قَال الْحَافِظُ الْذََّهَبِي - رَحِمَهُ الله - مُعَلِّقَا عَلَى هَذَا الْحَدِيْثِ: (وَهَكَذَا رَأَيْنَا كُلَّ مَنْ يُسْأَلُ: أَيْنَ الله؟ يُبَادِرُ بِفِطْرَتِهِ وَيَقُوْلُ: فِي الْسَّمَاءِ؟ فَفِي الْخَبَرِ مَسْأَلَتَان ...................
Al-Hafiz Dzahabi berkata - semoga Allah memberikan rahmat padanya mengomentari hadits ini: (Kita melihat setiap orang yang ditanya: Di mana Allah ?
Dengan cepat dengan fitrahnya , dia berkata: Di langit .
Dalam hadis ada dua masalah …………………………..
Komentarku ( Mahrus ali )
Sebetulnya tentang Allah di atas dan bersemayam di Arasy , cukup dengan banyak dalil - dalil dari Al quran , tanpa menggunakan hadis mi`raj atau hadis budak perempuan itu . Sebab dalam hadis MI`raj , saya sendiri masih menemukan titik kelemahannya , dimana hadis itu populer dan banyak kalangan masarakat yang sudah memahaminya dari generasi ke generasi dan dari tempat ke tempat lain atau dari era ke priode yang lain .
Namun anehnya mengapa kisah Mi`raj itu tidak banyak di ketahui oleh para sahabat, bahkan mayoritas mereka tidak mengerti . Empat khulafaur rasyidin dan seluruh istri Rasulullah SAW tidak mengerti kisah mi`raj itu . Ini satu keanehan yang sangat membikin orang curiga kebenaran kisah Mi`raj nabi itu . Apalagi Malik bin Sha`sha`ah merupakan perawi tunggal mi`raj tidak pernah meriwayatkan hadis lain . Karena itu , kisah Mi`raj itu dalam hadis yang sahih dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha`sha`ah - dan hanya dari Malik bin Sha`sha`ah keluar kisah MI`raj terbaik dan terpanjang yang di riwayatkann oleh Bukhari dan Muslim . Anehnya khulafaur rasyidin dan kebanyakan sahabat tidak mengerti kisah Mi`raj itu . Kisah dalam sahih Bukhari dan Muslim sendiri selalu dari dua mudallis Azzuhri dan Qatadah . Lihat komentar Imam Tirmidzi sbb :
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
Abu Isa berkata : Hadis Anas adalah hadis hasan sahih yang nyeleneh . [1]
Jadi imam Tirmidzi menyatakan kisah Mi`raj itu nyeleneh .
Bacalah komentar ulama sbb :
ثُمَّ أَنَّ اْلغَرِيْبَ يَنْقَسِمُ إِلَى: صَحِيْحٍ، كَاْلأَفْرَادِ الْمُخَرَّجَةِ فِي الصَّحِيْحِ، وَإِلَى: غَيْرِ صَحِيْحٍ، وَذَلِكَ هُوَ الْغَالِبُ عَلَى اْلغَرِيْبِ.
Kemudian sesungguhnya Hadis Gharib terbagi menjadi dua . 1 Sahih sebagaimana hadis yang di riwayatkan oleh satu perawi dlm kitab Sahih Bukhari . 2 . Tidak sahih dan itulah yang biasa dalam hadis gharib. Mukaddimah Ibn Sholah 60/1
رَوَيْنَا عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ غَيْرَ مَرَّةٍ: لاَ تَكْتُبُوا هَذِهِ اْلأَحَادِيْثَ اْلغَرَايِبَ، فَإِنَّهَا مَنَاكِيْرُ، وَعَامَّتُهَا عَنِ الضُّعَفَاءِ.
Kami riwayatkan dari Ahmad bin Hanbal ra , sesungguhnya beliau berkata berkali – kali : Jangan menulis – hadis – hadis yang gharib . Sesungguhnya ia adalah hadis – hadis yang mungkar . Kebanyakannya dari perawi – perawi yang lemah. Mukaddimah Ibnu Sholah 60/1
Jadi kebanyakan hadis gharib adalah lemah.
Lihat komentar Aisyah tentang ayat 13 Annajem :
(وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أخرى )
9 - حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ دَاوُدَ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ
كُنْتُ مُتَّكِئًا عِنْدَ عَائِشَةَ فَقَالَتْ يَا أَبَا عَائِشَةَ ثَلاَ ثٌ مَنْ تَكَلَّمَ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ قُلْتُ مَا هُنَّ قَالَتْ مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ قَالَ وَكُنْتُ مُتَّكِئًا فَجَلَسْتُ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْظِرِينِي وَلاَ تَعْجَلِينِي أَلَمْ يَقُلْ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
{ وَلَقَدْ رَآهُ بِالأُفُقِ الْمُبِينِ }
{ وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى }
فَقَالَتْ أَنَا أَوَّلُ هَذِهِ الأُمَّةِ سَأَلَ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِي خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنْ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى ْالأَرْضِ فَقَالَتْ أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ الله َ يَقُولُ
{ لاَ تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ }
أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ الله َ يَقُولُ
{ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ }
قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ وَاللهُ يَقُولُ
{ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ }
قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِي غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ وَاللهُ يَقُولُ
{ قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَْالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ } .
Zuhair bin Harb Bercerita kepada ku , lalu berkata : Bercerita kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Dawud dari As sya`bi dari masruq berkata :
Aku duduk di sisi Aisyah lalu Aisyah berkata : Wahai Abu Aisyah ! Tiga perkara , barang siapa yang berbicara salah satu dari padanya , maka sungguh telah berbuat kedustaan yang besar .
Aku berkata : Apakah itu ?
Aisyah berkata : Barang siapa yang mengaku bahwa sesungguhnya Muhammad melihat Tuhannya , maka sungguh berbuat kedustaan besar kepada Allah .
Aku berkata : Ketika itu aku bersandar lalu aku duduk , aku berkata : Wahai Ummul mukminin ! Berilah tangguh aku , dan jangan tergesa – gesa , bukan kah Allah azza wajal berfirman :
{ وَلَقَدْ رَآهُ بِالأُفُقِ الْمُبِينِ }
Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat di ufuk yang terang.
{ وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى }
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada waktu yang lain,[2]
Aisyah berkata : Akulah permulaan umat ini yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu .
Beliau bersabda : Sesunggunya yang ku lihat adalah Jibril , aku tidak melihatnya dengan rupa asli kecuali dua kali . Aku melihat Jibril turun dari langit yang tubuhnya menutupi antara langit dan bumi .
Aisyah berkata : Apakah kamu tidak mendengar Allah berfirman :
{ لاَ تُدْرِكُهُ ْالأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ ْالأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ }
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu [3]
Apakah kamu tidak mendengar , Allah berfirman :
{ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ }
Dan tidak ada seorang pun yang diajak bicara oleh Allah kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.[4]
Aisyah berkata : Barang siapa yang mengaku , sesungguhnya Rasulullah SAW menyimpan sesuatu dari kitabullah , maka sungguh telah berbuat kedustaan pada Allah . Allah berfirman :
{ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ }
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.[5]
Aisyah berkata : Barang siapan yang mengaku bahwa Muhammad memberitahu apa yang akan terjadi besok , maka sungguh telah berbuat kedustaan kepada Allah . Allah berfirman :
قُلْ لاَ ٰٰ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَْالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ(65)
Artinya "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. an-Naml : 65) [6] Ia juga diriwayatkan oleh Tirmidzi 10 / 332 . Dan beliau menyatakan hasan sahih .
Hadis tentang budak wanita yang berkata : Allah di langit akan kita bicarakan di tempat lain saja.
:Abu Salafy Berkata:
Demikianlah akidah Salafi yang dibanggakan kaum Salafiyyûn Wahhabiyyûn yang diyakini Syeikh agung mereka yang sering linglung dalam mentashih atau mentadh’if hadis!
Komentarku ( Mahrus ali )
Ternyata kamu sendiri yang linglung , kamu kira tidak ada ulama yang menyatakan sebagaimana Syaikh Muhammad Nashiruddin al albani , ternyata pendapat beliau di dukung banyak dalil .
Dalam http://alqiyamah.wordpress.com/2009/12/31/pujian-ulama-terhadap-syaikh-al-albani-rahimahullah/ terdapat keterangan sbb :
Pujian Ulama Kepada Syaikh al Albani rahimahullah:
(1) Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah mengetahui seorang pun di atas bumi ini yang lebih alim dalam bidang hadits pada masa kini yang mengungguli Syaikh al Albani rahimahullah” (Majalah ash Shalah, Yordania th. 4 Edisi 23/Sya’ban/th. 1420 H., hal. 76)
(2) Syaikh bin Baz rahimahullah juga mengatakan, “Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani adalah mujaddid zaman ini dalam dugaanku, wallahu a’lam”
(3) Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah berkata mensifati Syaikh al Albani, “Ahli hadits negeri Syam, pemilik ilmu yang sangat luas tentang hadits secara riwayah dan dirayah. Allah Ta’ala menganugerahkan manfaat yang banyak kepada manusia melalui karya-karya ilmiahnya berupa ilmu dan semangat mempelajari ilmu hadits” (Hayatul Albani II/543 oleh Muhammad bin Ibrahim ays Syaibani)
(4) Syaikh al Utsaimin juga berkata, “Imam ahli hadits. Saya belum mendapati seorang pun yang menandinginya di zaman ini” (Kaset Majalis Huda wa Nur Aljazair no. 4 tanggal 9/Rabi’ul Awal 1420 H)
(5) Pujian Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rohimahullohu, “Yang saya ketahui tentang Syaikh, dari pertemuan saya dengan beliau –dan itu sangat sedikit- bahwa beliau sangat teguh di dalam mengamalkan As Sunnah dan memerangi bid’ah, baik dalam aqidah maupun amaliyah. Dan dari telaah saya terhadap karya tulis beliau, saya mengetahui bahwa beliau memiliki ilmu yang luas di dalam hadits, riwayat maupun dirayat. Dan bahwasannya Alloh memberikan manfaat yang banyak dari karya tulis beliau, baik dari segi ilmu maupun metodologi….” (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)
(6) Syaikh al ‘Allaamah ‘Abdul Muhsin bin Hamd al ‘Abbad, pengajar di Masjid Nabawi saat ini berkata, “Syaikh al ‘Allamah al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albani. Saya tidak menjumpai orang pada abad ini yang menandingi kedalaman penelitian haditsnya” (Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah hal. 35-36)
(7) Syaikh Humud bin Abdullah at Tuwaijiri mengatakan, “Sekarang ini al Albani menjadi tanda atas sunnah. Mencela beliau berarti mencela sunnah” (Maqalatul Albani hal. 224 oleh Nurudin Thalib)
(8) Syaikh Dr. Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, anggota komisi fatwa Saudi Arabia mengatakan dalam membantah ucapan Muhammad Ali ash Shabuni, “Ini merupakan kejahilan yang sangat dan pelecehan yang keterlaluan, karena kehebatan ilmu al Albani dan perjuangannya membela sunnah dan ‘aqidah salaf sangat populer dalam hati para ahli ilmu. Tidak ada yang mengingkari hal itu kecuali musuh yang jahil” (at Tahdzir min Mukhtasharat as Shabuni fi Tafsir hal. 41)
(9) Syaikh al Muhaddits Abdush Shamad Syarafuddin, pengedit Kitab Sunan Kubra karya Imam an Nasai telah menulis surat kepada al Albani rahimahullah sebagai berikut, “Telah sampai sepucuk surat kepada Syaikh ‘Ubaidullah ar Rahmani, ketua Jami’ah as Salafiyah dan penulis Mir’aah al Mafaatih Syarah Misykah al Mashahib sebuah pertanyaan dari lembaga fatwa Riyadh Saudi Arabia tentang hadits yang sangat aneh lafaznya, agung maknanya dan memiliki korelasi erat dengan zaman kita. Maka, seluruh ulama di sini semua bersepakat untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada seorang ahli hadits yang paling besar abad ini, yaitu Syaikh al Albani rahimahullah, ‘alim Rabbani” (Hayatul Albani I/67, Majalah at Tauhid, Mesir th. 28 Edisi 8/Sya’ban/th. 1420 H, hal. 45)
(10) Ucapan pendekar hadits asal India kelahiran Uttar Pradesh Dr. Muhammad al Mushthafa al A’zhami, “Bila Syaikh (al Albani) berbeda hukum denganku dalam masalah shahih dan dha’ifnya hadits, maka saya menetapkan pendapatnya, karena saya percaya kepadanya, baik dari segi ilmu dan agama” (Dr. Musthafa al A’zhami dalam Muqadimah Shahiih Ibni Khuzaimah I/6, 32)
(11) Sikap hormat Asy Syaikh al-Allamah Muhammad Amin asy-Syinqithi rohimahullohu (ahli tafsir yang tidak ada bandingannya di zamannya) yang tak lazim kepada Syaikh Al Albani, dimana saat beliau melihat Al Albani berlalu padahal beliau tengah mengajar di Masjid Nabawi, beliau menyempatkan diri berdiri untuk mengucapkan salam kepada Al Albani demi menghormatinya. (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)
12) Pujian al-Allamah Muhibbuddin al-Khathib rohimahullohu, “Di antara para da’i kepada as-Sunnah, yang menghabiskan hidupnya demi bekerja keras untuk menghidupkannya adalah saudara kami Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati Al Albani. (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)
13) Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh rohimahullohu pernah menyebut Al Albani dengan pujian, “Beliau adalah Ahli Sunnah, pembela kebenaran dan musuh yang menghantam para pengikut kebatilan.” (Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1)
Sumber :
Syaikh al Albani Dihujat, Ustadz Abu Ubaidah, Pustaka Abdullah Jakarta, Cetakan Pertama, 5 Oktober 2005, 1 Ramadhan 1426 H & Kitab “Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1. Penerbit: Pustaka Sahifa Jakarta
Syaikh al Albani Dihujat, Ustadz Abu Ubaidah, Pustaka Abdullah Jakarta, Cetakan Pertama, 5 Oktober 2005, 1 Ramadhan 1426 H & Kitab “Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib” jilid 1. Penerbit: Pustaka Sahifa Jakarta
Abu Salafy berkata :
Coba bandingkan dengan akidah ulama Islam seperti yang dirangkum oleh Imam ath Thahawi dalam Aqîdah-nya:
.
لا تحويه – أي الله – الجهات الست كسائر المبتدعات
“Allah tidak dimuat oleh enam sisi seperti halnya makhluk.”
.
Maksudnya Maha Suci Allah dari berada di sisi tertentu, sebab yang demikian itu meniscayakan bertempat dan dibatasi oleh batas dan segala konsekuensinya, seperti gerak, diam dll dari sifat makhluk.
Komentarku ( Mahrus ali )
Omongan anda itu menentang banyak ayat yang menyatakan bahwa Allah berada di langit , lihat ayat berikut ini :
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
“Patutkah kamu merasa aman (tidak takut) kepada Tuhan Yang pusat pemerintahan-Nya di langit itu: menunggang-balikkan bumi menimbus kamu, lalu bergegarlah bumi itu Dengan serta-merta (melenyapkan kamu di bawahnya)?” (al-Mulk: 16)
Itu terjemahan versi depag , terjemahan aslinya bukan : “Patutkah kamu merasa aman (tidak takut) kepada Tuhan Yang pusat pemerintahan-Nya di langit
Mestinya : Patutkah kamu merasa aman ( tidak takut ) kepada Tuhan yang di langit ……………………………
Apakah kamu pahami bahwa Allah tidak berada di atas , lalu kamu memahami bahwa Allah tidak punya arah . lalu kamu tidak mengerti bagaimanakah kamu memberikan makna kepada ayat itu , ataukah ayat itu di tentang lalu kamu mempunyai pendapat yang menurut kamu benar , tapi nentang sama ayat . Ini namanya menentang ayat dengan argumentasi akal – akalan . akibatnya menentang . Takutlah kepada ayat :
مَا يُجَادِلُ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ إِلاَّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَلاَ يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ(4)
Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu.[7]
Kaum dulu yang di binasakan juga karena mereka enggan menerima ayat – ayat Allah bahkan tidak mau beriman kepadanya , menyatakan kedustaan terhadap ayat – ayat itu sebgaimana ayat :
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ(26)
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.[8]
Lalu kamu katakan , Allah tidak bergerak dan tidak diam , lalu bagaimana ? Apakah kamu pernah baca ayat ini :
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ(9)وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ(10)ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ(11)فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(12)
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam". Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Fusshilat . 9-12
Dengan ayat – ayat tsb kamu masih mengatakan Allah tidak bergerak dan tidak diam . Sudah kalau kamu masih bersikukuh dengan pendapatmu , maka mana dalilmu hingga kami bisa mengikutimu ? ternyata kami belum menjumpainya .
Kamu katakan lagi :
Dengan omongannya itu Syeikh Albâni telah menuduh para ulama Islam tidak berakal. Dan pada waktu yang sama ia telah membuktikan bahwa ia telah menyimpang dari akidah Islam yang diyakini para imam Ahlusunnah.
Komentarku ( Mahrus ali )
Siapa yang menyimpang , kamu ataukah syaikh Al albani . Saya bisa menyatakan pendapat kalanganmu sulit di terima akal , dalil tidak punya , lalu merasa benar . Ini lebih nyeleneh dan aneh . Marilah kita merujuk dalil . Allah menyatakan :
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".[9]
Anda menyatakan lagi :
Sedangkan Rasulullah saw. telah bersabda:
.
عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد فمن أراد بُحبوحة الجنة فليلزم الجماعة} رواه الترمذي.
“Hendaknya kamu bersama Jama’ah, dan hati-hatilah kamu dari perpecahan, sebab setan bersama satu orang dan dari dua orang ia lebih jauh. Barang siapa menginginkan kebahagiaan kehidupan surga hendaknya ia bersama Jama’ah.” HR Turmudzi
Kita masih tetap bersatu dengan jamaah ahlu sunnah . Untuk jamaah ahli bid`ah dan syirik kita berpisah saja . Kita tidak boleh simpati dengan ahlibid`ah yang syirik sebagaimana ayat :
وَلاَ تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ(113)
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.
Dan kesyirikan termasuk kedhaliman yang besar sebagaimana ayat :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ(13)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.Luqman 13
Artikel Terkait
Jika ente pecinta Ibnu Taimiyah maka ente wajib membalas mubahalah ane "Jika tidak ada satupun ucapan Ibnu Taimiyah dalam Kitab Minhaj as-Sunnah yang menghina Imam Ali 'alaihis salam maka ane akan dila'nat Alloh dengan derita yang sangat pedih sampai akhir hayat ane" Jika ente tidak membalas dan ente tatap mencintai Ibnu Taimiyah maka ente akan masuk dalam kategori kaum Nawashib (pembenci ahlul bayt -> munafik menurut Sabda Rosul SAWW)
BalasHapusPerkataamu subyektif, tidak obyektif , terkesan emosional tidak rasional , fanatisme golongan , bukan Islami . Saya butuh data dan fakta dari kitab arab Ibnu Taimiyah yang menyatakan Ibnu Taimiyah benci pada Ali bin Abu Thalib atau ahlul bait . Jangan terjemahan , sebab terjemahanmu dulu banyak kecurangan dan terkesan di potong , di kurangi. Saya anti dengan kemunafikan saya harus jujur sekalipun ahli bid`ah senang munafik dan dusta .
BalasHapusAlhadulillah, akhirnya ada titik terang untuk perkataan Abu Salafy.
BalasHapuswah artikelnya bagus bisa d copy nih
BalasHapusJAWABAN HARUS / WAJIB PAKAI DALIL QUR’AN N HADIS SHOHIH G BOLEH NGARANG SENDIRI AKU HANYA MENIRU SEPERTI KATA USTAD2 WAHABI
BalasHapusPAK YAI MO NANYA NIH YI, NIKAH HUKUMNYA APA YIi ? (buat mantan kyai NU NIH )
ROSULULLAH NIKAH NDAK YI ? ( juga buat mantan kiay NU )
ROSULULLAH PUNYA BUKU NIKAH NDAK YI ? ( MASIH UNTUK MANTAN KYAI NU MALAH INI INTINYA )
LHA SEKARANG PAK YAI NIKAH NDAK ? YG FAIR YA YI ( MANTAN KYAI NU LAGI )
PUNYA BUKU NIKAH NDAK YI ? JAWAB YA YI EEEEEEHHHHHHH BUKU NIKAH ITU KAN BERARTI BIDAH YA YI KAN ROSULULLAH NGGAK PERNAH PAKAI BUKU NIKAH ( tdk pernah d contohkan) ..................................................... HAHAHAHAHAAHAAAHAHAHAHA
itukan bukan ibadah.....................Kata pak mantan kiay n dikuti para santri pengikut wahabi .kaya kooor yg udah d atur rapi. NGAJI DULU SAMA MANTAN KYAI.... AH
Sory ya bos aku cukup copy punya mas sastro d artikel tawasul n istighosahya aku g mau mikir2 klo sama wahai cukup copy paste aja klo g ya kamu masuk sendiri ke bloknya gitu aja n bloknya abu salafy (ora perlu mikir mumet2) yen mung karo wahabi Masalah bidah
BalasHapushttp://salafyindonesia.wordpress.com/2008/05/21/tawassulistighatsah1-sebuah-pengantar/
Sastro Menjawab:
Siapapun seorang muslim tidak akan meminta kepada dzatnya sendiri karena muslim sejati selalu mengakui bahwa kekuatan hanya ada pada Allah. Hakekat tawassul adalah meminta kepada Allah melalui orang yang dianggap lebih dekat dengan Allah seperti Nabi. Namun, setelah nabi meninggal apakah diperbolehkan? Nanti akan kita jawab. Ternyata salah satu tolok ukur syirik atau tauhid versi Wahaby adalah ‘Kematian’…ini akibat kerancuan dalam mendefinisikan syirik.
Baru kali ini bertemu dengan khoirudin , tapi kayaknya tidak pandai bicara, kayaknya kurang ngerti ilmu hadis,mungkin pandai ilmu bid`ah yang lain. Buku nikah itu sekedar catatan sipil, nikah tanpa itu juga sudah sah. Ia bukan ajaran, sedang bid`ah adalah menambah ajaran dong, pahamailah ini dan bacalah disini:
BalasHapusMANTAN KYAI NU: Internet dan laptop bid`ah menurut orang bodoh
25 Jul 2011
MANTAN KYAI NU: Harum di mata ahli bid`ah , bangkai busuk di ...
22 Jul 2011
Untuk khoirudin
BalasHapusSaya sudah baca di situs yang anda tunjukkan ternyata kedustaan belaka dan sangat hampa isinya, akal – akalan bukan jalan wahyu dan masalah tawassul itu sudah terjawab semuanya dalam buku saya: Sesat tanpa sadar yang menjawab buku LBM NU Jember. Baca lagi disini.
MANTAN KYAI NU: Kesesatan LBM NU jember ke tiga
17 Apr 2011
MANTAN KYAI NU: Kesesatan LBM NU jember ke dua
17 Apr 2011
MANTAN KYAI NU: Kesesatan LBM NU Jember ke empat
22 Apr 2011
MANTAN KYAI NU: Kesesatan LBM NU jember ke satu
10 Apr 2011
Bismillah,
BalasHapusSungguh banyak manfaat yang saya dapat dari buku Kyai (Mantan Kyai NU Menggugat). Mohon Kyai terus berdakwah, insya Alloh umat sedikit demi sedikit akan sadar akan bahaya bid'ah, taqlid juga syirik. Barokallohu fiik...
ahli bid'ah memang tak mudeng soal sunnah......semoga allah memberikan hidayah dan petunjuk...akan tetapi kalau allah sudah menutup hati mati mereka,ya wallahua'lam
BalasHapus