Cirebon, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi mengimbau warga NU untuk tetap setia dengan prinsip tasammuh (toleransi) dengan tidak mudah menisbatkan kata ”sesat” pada pihak lain.
”Menyesatkan orang lain sama saja dengan memosisikan dirinya sebagai hakim keyakinan yang seharusnya hanya dimiliki Allah,” katanya dalam pembukaan Rapat Pimpinan Daerah Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) Kota Cirebon, Rabu (13/2), di Masjid Hijau Pegambiran, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Kiai Masdar merujuk surat an-Nahl ayat (93) yang menyebutkan bahwa keanegaragaman umat merupakan kehendak Allah, melalui otoritas penuh untuk menyesatkan dan memberi petunjuk mereka.
Dengan demikian, sambungnya, orang yang menyesatkan pada dasarnya telah musyrik, karena telah mengambil otoritas Tuhan untuk dirinya. ”Dan tidak ada dosa yang lebih besar dibanding memusyirkan dirinya dengan Allah,” kata Kiai Masdar.
Di hadapan hadirin, alumni Pesantren Krapyak ini juga mengajak untuk tidak menjadikan masjid sebagai ruang eksklusif yang menanamkan intoleransi. Sebab, dengan konsep pembagian ruang dalam dan ruang serambi, masjid sesungguhnya merupakan bangunan yang terbuka.
Ruang serambi, demikian Kiai Masdar, harus dimaksimalkan perannya sebagai tempat berdiskusi dan memecahkan berbagai persoalan umat, termasuk menghidarkan dari paham yang terlalu dogmatis. ”Dogma bisa dicairkan jika serambi itu diperdayakan,” tegasnya.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi mengimbau warga NU untuk tetap setia dengan prinsip tasammuh (toleransi) dengan tidak mudah menisbatkan kata ”sesat” pada pihak lain.
”Menyesatkan orang lain sama saja dengan memosisikan dirinya sebagai hakim keyakinan yang seharusnya hanya dimiliki Allah,” katanya dalam pembukaan Rapat Pimpinan Daerah Lembaga Ta’mir Masjid NU (LTMNU) Kota Cirebon, Rabu (13/2), di Masjid Hijau Pegambiran, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Kiai Masdar merujuk surat an-Nahl ayat (93) yang menyebutkan bahwa keanegaragaman umat merupakan kehendak Allah, melalui otoritas penuh untuk menyesatkan dan memberi petunjuk mereka.
Dengan demikian, sambungnya, orang yang menyesatkan pada dasarnya telah musyrik, karena telah mengambil otoritas Tuhan untuk dirinya. ”Dan tidak ada dosa yang lebih besar dibanding memusyirkan dirinya dengan Allah,” kata Kiai Masdar.
Di hadapan hadirin, alumni Pesantren Krapyak ini juga mengajak untuk tidak menjadikan masjid sebagai ruang eksklusif yang menanamkan intoleransi. Sebab, dengan konsep pembagian ruang dalam dan ruang serambi, masjid sesungguhnya merupakan bangunan yang terbuka.
Ruang serambi, demikian Kiai Masdar, harus dimaksimalkan perannya sebagai tempat berdiskusi dan memecahkan berbagai persoalan umat, termasuk menghidarkan dari paham yang terlalu dogmatis. ”Dogma bisa dicairkan jika serambi itu diperdayakan,” tegasnya.
Penulis: Mahbib Khoiron
Komentarku ( Mahrus ali):
Surat Nahel yang dimaksudkan oleh Rais
Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi sbb:
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ
عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ(93)
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya
Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
Komentarku ( Mahrus ali):
Paham anda tentang ayat tersebut
perlu dikaji lagi, jangan dilontarkan orang lain, tapi buang saja, jangan
disimpan didada, karena jelas keliru dan menyesatkan umat bukan membimbing ke
jalan yang benar. Ia mengarahkan ke jalan yang bengkong.
Kita ini taat saja pada al Quran dan hadis, jangan mentang – mentang. Kalau
al quran dan hadis menyatakan sesat kepada perbuatan atau perkataan maka kita
sami`na wa atho`na. Allah berfirman:
مَا يُجَادِلُ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ إِلَّا
الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ(4)
Tidak ada yang memperdebatkan
tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah
pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota
ke kota yang
lain memperdayakan kamu. Ghofir 4
Dalam ayat itu, dinyatakan orang yang membantah ayat – ayat Allah,
termasuk orang kafir . Kita taat saja pada Allah dan kita katakan kafir, kita
sesatkan, dan kita katakan dia perlu diingatkan didunia sebelum mati sebagaimana ayat:
إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[1]
Apakah orang yang sesat menurut ayat itu kita katakan benar, berada di
jalan lurus, ahlus sunnah wal jamaah, bukan ahli bid`ah dan ahli perpecahan.
Lalu orang – orang yang benar – benar lurus , kita tidak boleh menerangkan
bahwa mereka dijalan yang lurus, ahlus sunnah tulen, bukan ahli bid`ah, layak
ditiru.
Artikel Terkait
Katanya gak suka menyesatkan orang lain, tapi meyakini orang yang hanya ngaji syari'at belaka bakal celaka di hari akhirnya. (ojo mung ngaji syari'at blaka ................ mbesuk ing tembe bakal ciloko)
BalasHapusMenganggap orang lain bakal celaka tanpa dasar Al-Qur'an atau as-sunah itulah mungkin yang termasuk "memusyrikkan dirinya dengan Allah".