Grobogan, NU Online
Untuk memperkuat pemahaman tentang Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja), Satuan Densus 26 bersama dengan Satkoryon Banser Purwodadi menggelar Pendidikan Khusus Da'i Ahlussunah Wal Jamaah 1926. Kegiatan kali ini meruapakan angkatan ke-32. Acara digelar di Gedung Serba Guna PCNU Grobogan, Jalan Slamet Riyadi Purwodadi.
Pendidikan Khusus dilaksanakan selama dua hari. Yakni, Sabtu-Ahad (16-17/2). Sedangkan peserta yang mengikuti acara tersebut mencapai sekitar 600 orang. Mereka berasal dari pengurus Pondok Pesantren se-Kabupaten Grobogan, takmir masjid dan mushola, pengurus PCNU, MWCNU, Banom NU, dan tokoh agama.
Komandan Satkoryon Banser Purwodadi, M Sirojuddin mengatakan, dasar utama penyelenggaraan pendidikan khusus da'i ini adalah berkaitan fakta di lapangan. Dimana, berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa selama ini banyak ditemukan berbagai statemen atau pernyataan yang menuduh bahwa amaliyah-amaliyah NU seperti tahlil, yasinan, berzanji, dan ziarah kubur dipersepsikan bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan dinyatakan sebagai bentuk bid'ah.
"Melalui pendidikan khusus ini, diharapkan mereka nantinya bisa menjawab keresahan masyarakat dan hasutan yang dilontarkan pihak di luar NU," kata Gus Didin, panggilan akrab M. Sirajuddin.
Selama menjalani acara tersebut, lanjutnya, peserta diberikan pemahaman tentang kitab "Al-Muqtathofat Li Ahlil Bidayaat" yang disampaikan Ketua PCNU Kota Malang, Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan koordinator Densus 26 Indonesia, Umarudin Masdar.
Melalui kitab tersebut, peserta diberi pemahaman tentang dalil-dalil amaliyah aswaja yang biasanya dijadikan pijakan oleh kiai-kiai. Dalil-dalil tersebut disadurkan dengan mengambil beberapa ayat dari Al-Qur'an sebagai sumber utama pegangan umat islam.
"Mereka diberikan pemahaman dalil-dalil amaliyah yang menerangkan tentang faham yang selama ini kita jalani, yakni faham ahlussunah wal jamaah," terangnya.
Gus Didin menambahkan, selama ini sebenarnya sudah dilakukan berbagai gerakan masyarakat untuk membendung arus faham Islam kiri yang berpotensi membuat perpecahan di tengah masyarakat. Seperti menerjunkan pasukan Banser ke tempat-tempat pengajian. Selain itu, juga dilaksanakan pengajian tentang aswaja untuk memberi pencerahan tentang NU yang sebenarnya.
"Setelah pendidikan ini, peserta akan menjadi agen atau kader yang akan menyampaikan pencerahan tentang aswaja NU yang mengutamakan rahmatan lil 'alamin," ungkapnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Untuk memperkuat pemahaman tentang Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja), Satuan Densus 26 bersama dengan Satkoryon Banser Purwodadi menggelar Pendidikan Khusus Da'i Ahlussunah Wal Jamaah 1926. Kegiatan kali ini meruapakan angkatan ke-32. Acara digelar di Gedung Serba Guna PCNU Grobogan, Jalan Slamet Riyadi Purwodadi.
Pendidikan Khusus dilaksanakan selama dua hari. Yakni, Sabtu-Ahad (16-17/2). Sedangkan peserta yang mengikuti acara tersebut mencapai sekitar 600 orang. Mereka berasal dari pengurus Pondok Pesantren se-Kabupaten Grobogan, takmir masjid dan mushola, pengurus PCNU, MWCNU, Banom NU, dan tokoh agama.
Komandan Satkoryon Banser Purwodadi, M Sirojuddin mengatakan, dasar utama penyelenggaraan pendidikan khusus da'i ini adalah berkaitan fakta di lapangan. Dimana, berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa selama ini banyak ditemukan berbagai statemen atau pernyataan yang menuduh bahwa amaliyah-amaliyah NU seperti tahlil, yasinan, berzanji, dan ziarah kubur dipersepsikan bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan dinyatakan sebagai bentuk bid'ah.
"Melalui pendidikan khusus ini, diharapkan mereka nantinya bisa menjawab keresahan masyarakat dan hasutan yang dilontarkan pihak di luar NU," kata Gus Didin, panggilan akrab M. Sirajuddin.
Selama menjalani acara tersebut, lanjutnya, peserta diberikan pemahaman tentang kitab "Al-Muqtathofat Li Ahlil Bidayaat" yang disampaikan Ketua PCNU Kota Malang, Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan koordinator Densus 26 Indonesia, Umarudin Masdar.
Melalui kitab tersebut, peserta diberi pemahaman tentang dalil-dalil amaliyah aswaja yang biasanya dijadikan pijakan oleh kiai-kiai. Dalil-dalil tersebut disadurkan dengan mengambil beberapa ayat dari Al-Qur'an sebagai sumber utama pegangan umat islam.
"Mereka diberikan pemahaman dalil-dalil amaliyah yang menerangkan tentang faham yang selama ini kita jalani, yakni faham ahlussunah wal jamaah," terangnya.
Gus Didin menambahkan, selama ini sebenarnya sudah dilakukan berbagai gerakan masyarakat untuk membendung arus faham Islam kiri yang berpotensi membuat perpecahan di tengah masyarakat. Seperti menerjunkan pasukan Banser ke tempat-tempat pengajian. Selain itu, juga dilaksanakan pengajian tentang aswaja untuk memberi pencerahan tentang NU yang sebenarnya.
"Setelah pendidikan ini, peserta akan menjadi agen atau kader yang akan menyampaikan pencerahan tentang aswaja NU yang mengutamakan rahmatan lil 'alamin," ungkapnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Komentarku ( Mahrus ali):
Dikatakatan dalam artikel tsb.
Gus Didin menambahkan, selama ini
sebenarnya sudah dilakukan berbagai gerakan masyarakat untuk membendung arus
faham Islam kiri yang berpotensi membuat perpecahan di tengah masyarakat.
Seperti menerjunkan pasukan Banser ke tempat-tempat pengajian. Selain itu, juga
dilaksanakan pengajian tentang aswaja untuk memberi pencerahan tentang NU yang
sebenarnya.
Komentarku ( Mahrus ali):
Komentarku ( Mahrus ali):
Aneh bin ajaib bukan hal yang wajar , kekufuran bukan keislaman bila
pengajian yang berlandaskan al quran dan hadis malah di datangi Banser lalu
dibubarkan di saat kebaktian di Greja dilindungi oleh Banser. Ini banser
pembela kafir atau mukmin.
Mestinya dengarkan dulu pengajian
yang berlandaskan al quran dan hadis itu, jangan langsung disuruh bubar. Bila
cocok dengan keduanya, maka ikutilah. Bila tidak cocok perlu diperingatkan.
Ikutilah mereka dan jangan berpegangan kepada ajaran golongan yang keliru lalu
membuang ajaran yang cocok dengan keduanya. Ini wasiat penting, jangan anggap
remeh. Kita saling mengingatkan sebelum mati bukan sesudahnya. Ingat firmanNya:
قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ وَلَا
يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ(45)
Katakanlah
(hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu
sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila
mereka diberi peringatan" Anbiya`Artikel Terkait
bagus mas sarannya.
BalasHapus