Sepenggal Kisah Abdullah Ubaid
Suatu hari KH Wahid Hasyim
kedatangan tamu bernama Abdullah Ubaid bersama dua anaknya. Dalam pertemuan ini
terjadilah dialog antara tuan rumah yang menyediakan teh dengan sang tamu dan
anaknya.
Ketika itu si anak meminta diberi
minum teh, bapaknya menjawab, “Itu air tehnya sudah tersedia. Minumlah.”
“Airnya masih panas,” kata anak.
“Tuangkanlah ke piring cangkir,”
jawab Abdullah Ubaid
Si anak merasa takut kalau nanti
minumannya tumpah. Maka bapaknya menjawab, “Tumpah pun tidak apa-apa, toh tuan
rumah tidak akan marah," ujar Abdullah Ubaid kepada Wahid Hasyim beserta
keluarga.
Sang tuan rumah menjawab, “Tidak
Jadi apa.”
Selang kemudian, si anak sudah
berhasil menuangkan air teh ke piring dan menunggu beberapa saat. Setelah agak
dingin, ia kembali merajuk, “Bapak, tolonglah minumkan air tehnya ini kepada
saya.”
Sang bapak menjawab, “Minumlah
sendiri, Engkau sudah pintar meminum, jangan takut tumpah.”
Akhirnya si anak berhasil meminumnya
tanpa tumpah.
Peristiwa ini memberi kesan yang
mendalam pada Kiai Wahid. Bahkan beliau kemudian menulis peristiwa tersebut
dalam sebuah artikel yang berjudul “Abdullah Ubaid Sebagai Pendidik” dalam
majalah yang diterbitkan Lembaga Pendidikan Ma'arif "Suluh NU",
Agustus 1941, Th. I No. 5.
Pemuda Istimewa
Lalu siapakah tokoh Abdullah Ubaid
dalam tulisan Kiai Wahid tadi? KH Abdullah Ubaid termasuk sosok yang telah
menunjukkan keistimewaannya sejak muda. Sosok ulama yang satu ini digolongkan
sebagai salah seorang tokoh pemuda yang mendahului zamannya.
Keistimewaannya terlihat ketika
menjadi satu-satunya mubaligh yang mendapat kesempatan mengisi pengajian rutin
di NIROM, radio milik Pemerintah Hindia Belanda.
Abdullah Ubaid lahir di Kawatan V
Surabaya, pada hari Jumat 4 Jumada al-Tsaniyah 1318 H/ 1899 M. Ia adalah anak
kedua dari pasangan Muhammad Ali bin Kiai Muhyiddin (Surabaya) bin Raden Onggo
Yogyakarta dengan Syafi’ah binti Kiai Yasin, Pasuruan.
Kiai Muhammad Ali, ayah dari
Abdullah Ubaid, dikenal sebagai ualam ternama di Surabaya. Kiai Ali wafat ketika Abdullah
Ubaid masih berumur sebelas tahun. Kemudian Abdullah Ubaid diasuh oleh KH M.
Yasin, Pasuruan, sahabat karib ayahnya, ayah angkat yang kelak menjadi
mertuanya.
Pendidikan formal pertama didapat
dari Madrasah Al-Chairiyah. Setamat dari madrasah tersebut, Ubaid kembali ke
Pasuruan belajar kitab pada ayah angkatnya. Kemudian pada usia 14 tahun ia
dikirim ke Tebuireng, bersama dengan putra Kiai Yasin, Muhammad, untuk
meneruskan pendidikan pada Hadhratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Di Tebuirenglah Abdullah Ubaid
berteman akrab dengan Mahfudz Siddiq dari Jember, seorang pemuda yang kemudian
hari dikenal sebagai penggerak NU lewat majalah dan organisasi kepemudaan.
Sekembalinya dari Tebuireng, tahun
1919 dia diangkat menjadi guru di Madrasah Nahdlatul Wathan dan juga diminta
mengajar di Madrasah Al-Chairiyah, tempat belajar sebelumnya, yang bahasa
pengantarnya menggunakan bahasa Arab.
Abdullah Ubaid mampu memberikan
kontribusi yang besar bagi kemajuan Nahdlatul Wathan, ketika ia berperan di
dalamnya baik sebagai guru maupun sebagai penggeraknya yang dapat membuka
cabang-cabang di beberapa kota di luar Surabaya.
Mendirikan Ansor
Nama-nama seperti Abdullah Ubaid,
Mahfudz Siddiq, dan Thohir Bakri tak dapat dipisahkan dari pendirian Ansor. Organisasi
tersebut semula bernama Syubbanul Wathan yang didirikan pada tahun 1924.
Kemudian pada tahun 1932 berubah menjadi BANO (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama),
yang kemudian menjadi ANO (Ansor Nahdlatul Oelama), dan seterusnya GP( Gerakan
Pemuda) Ansor, hingga sekarang.
Peran utama Ansor pada saat itu,
yakni membangun dan membangkitkan semangat pemuda untuk bersama-sama dengan
pemuda kekuatan bangsa lainnya, mempersatukan kekuatan pemuda untuk
memperjuangkan hak-haknya yang terjajah di negerinya sendiri.
Ansor Nahdlatul Oelama (ANO), adalah
nama atas saran KH. Abdul Wahab. Nama ini menurutnya diambil dari nama
kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad Saw. kepada penduduk Madinah (kaum
Ansorin) yang telah berjasa dalam membela dan ikut serta dalam perjuangan dan
menegakan agama kaum muhajirin (Islam). Pengorbanan lahir maupun batin, mereka
tampil sebagai pejuang yang tangguh dalam membela dan membentengi perjuangan
Islam.
Kaum Ansor, berarti kaum asli
pribumi, yang tak boleh meninggalkan karakter dan tradisi-tradisi arifnya,
tetapi juga harus mau merima yang baik dari luar, yaitu dari kaum muhajirin
(Makkah). Diktum ini kemudian dikenal luas oleh Nahdliyin dengan al-muhafadzah
ala qadim as-shalih wal-akhdzu bil jadid al-ashlah (menjaga tradisi yang baik,
dan mengambil baru yang baik).
Wafat dalam usia muda
Dalam kehidupan manusia, Ada orang yang hidupnya
singkat, tapi penuh berkah dan manfaat. Adapula orang yang usianya panjang,
tapi kurang bermanfaat. Abdullah Ubaid termasuk dalam kelompok yang pertama. Beliau
meskipun diberi usia yang relatif singkat, namun mampu memanfaatkannya sebaik
mungkin.
Kiai Abdullah Ubaid wafat dalam usia
muda (39 tahun), beliau meninggalkan seorang istri dan tujuh putra-putrinya
yang masih kecil-kecil. Anak bungsunya, Ali Ubaid, sewaktu ditinggal ayahnya,
baru berusia 33 hari. Putra-putrinya yang masing-masing Nadzifah (meninggal
ketika kecil), Anisah (meninggal menjelang nikah) Lutfi (meninggal ketika
kecil), M. Yunus Ubaid (pensiunan perwira Angkatan Udara, tinggal di Singasari,
Malang), KH Zakky Ubaid (Mustasyar NU Pasuruan),
KH Shobih Ubaid (Jakarta), dan KH Ali Ubaid (Jakarta).
Sejak peristiwa terjatuh bersama
motornya, usai mengikuti Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, Jawa Barat yang
berlangsung 16 Juni 1938, kondisi kesehatan Kiai Abdullah terus menurun.
Pada hari Kamis 20 Jumada
al-Tsaniyah 1357 H bertepatan dengan 8 Agustus 1938, Kiai Abdullah Ubaid
berpulang ke rahmatullah, hingga wafatnya, Abdullah Ubaid masih menjabat
Voorzetter HBNO, Vice Voorzetter PBANO, A’wan Dakwah HBNO, Administrateur
Majalah Berita Nahdlatul Oelama, dan masih banyak lagi jabatan lainnya. (Aji
Najmudin, Sumber Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari pesantren dan
Saifullah Ma’shum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU)
Komentarku ( Mahrus ali):
Agar kaum muslimin bisa bersatu
padu,bukan terus bercerai berai sampai hari kiamat yang sulit dipadukan lagi
atau dipersatukan lagi, mudah sekali dipecah –pecah, maka segala macam ormas
harus dilenyapkan untuk mematuhi perintah Allah dalam al quran sbb:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا
وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ
عَذَابٌ عَظِيمٌ(105)
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang
yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, Ali imran.
Maksud tafarraqu itu tidak boleh membikin firqah –
firqah, golongan, organisasi atau ormas. Sudah tentu orang yang membikinnya dan
yang mengikutinya akan mendapat dosa besar apalagi yang fanatik kepada
ormasnya. Boleh dilihat lagi dalam ayat ini:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا
شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang
memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak
ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka apa yang telah mereka perbuat. Al an`am 159
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau
di panahnya.
Artikel Terkait
http://ruqyah-online.blogspot.com/2008/03/mantan-kyai-nu-menggugat-tahlilan.html
BalasHapusDalam link blog diatas tertulis Pak mahrus itu mantan orang NU, mondoknya di langitan, ia adik kandung KH Mujadi PONPES KH.Mustawa Sepanjang. Menantu Kyai Imam Hambali, tokoh NU di Waru.Ia juga adik ipar KH.Hasyim Hambali PP.Asyafi’iyah, ipar KH.Abdullah Ubaid PP Mambaul Qur’an Waru Sidoarjo. Dan yang menerbitkan buku heboh itu pak Halim cucu KH.Mudjri Dahlan Ahjad wakil rois akbar NU taun 1926
Apakah orang tsb adalah ahli neraka,karena mengamalkan ajaran orang NU, tolong sebutkan dalil2 serta alasan kesesatan orang NU, Satu lagi apakah mertua dan orang tua anda orang NU juga ? Kalo sudah mati apakah mereka termasuk orang yg tersesat juga ? Bagaimana usaha anda untuk menyelamatkan orang2 tsb, Mohon jawabanya, mohon tidak di publish, cukup dibalas melalui email w43thol@gmail.com