By Kaheel Baba Naheel
Terus terang saya dulu mengira berjabat tangan lalu menciumnya itu adalah tradisi atau budaya Indonesia saja.
Seperti ini lumrah terjadi disekitar saya, yaitu mencium tangan orang orang yang di hormati.
Misalnya murid terhadap gurunya, anak terhadap orang tuanya dan menantu terhadap mertuanya dll.
Dulu kira kira tahun 2008-nan saya di Makkah suka chating dengan menggunakan mig33.
Disitu saya di invite masuk ke sebuah group diskusi.
Pada suatu malam, tepatnya malam rabu, saya berdiskusi dengan teman chating yang berpaham salafi, yaitu dia menganggap bahwa mencium tangan disaat berjabat tangan itu tidak ada landasannya.
SILAHKAN ANDA SIMAK ISI DISKUSINYA DIBAWAH INI:
Saya:”Kenapa anda menentang praktik cium tangan disaat bersalaman?”
Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!
Saya:”Lah, maksudnya tuntunannya siapa mas?”
Dia:”Ya nabi kita Muhammad dong !!
Saya:”Kok bisa begitu? Inikan bukan ibadah? Bukan lagi masalah agama?”
Dia:”Iya, tapi ngapain hingga mencium tangan seperti itu segala?”
Saya:”Mas.. kami melakukan ini sebagai bentuk penghormatan… saya kira ini masalah akhlakul karimah?”
Dia:”Kalau anda menganggap ini termasuk akhlakul karimah, maka anda harus meniru orang yang akhlaknya paling mulia dimuka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad !!
-----------------------------------------
*
Terus terang, penjelasan dia yang ini, bikin aku tambah bingung dan tambah tersudut.
Sehingga memaksa saya saat itu, mencari dan membuka kitab kitab hadits, guna untuk mencari referensi CIUM TANGAN SAAT BERJABAT TANGAN.
--------------------------- Lanjutannya…
Saya:”Ok… ini mas saya menemukan sebuah hadits yang berhubungan dengan masalah ini, yaitu:
Cerita Ibnu Umar bersama sahabat yang lain, mereka mencium tangan Nabi?”
Dia:”Yang ceritanya mereka lari dari peperangan itukah?
_____________________
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه كان في سرية من سرايا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فحاص الناس حيصة، فكنت في من حاص... قال: فجلسنا لرسول الله صلى الله عليه وسلم قبل صلاة الفجر، فلما خرج قمنا إليه فقلنا: نحن الفرارون؛ فأقبل إلينا فقال: "لا بل أنتم العكارون" قال: فدنونا فقبلنا يده.
Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw.
Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu.
Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent.
Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent).
Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.
----------------------------------------------
Saya:”Iya mas… bagaimana tuh?” saya kira ini sudah jelas?”
Dia:” Hadis diatas diriwayatkan oleh Abi Dawud (2647)
Imam Tirmidzi (1716)
Imam Ahmad (2/70),
Imam Baihaqi (9/73)
Hadits ini lemah mas !! coba anda lihat dalam kitab “DHOIF ABI DAWUD” milik syekh Al Bani.
Saya:”Tapi hadits lemah khan boleh diamalkan?” setahu saya begitu…
Dia:”Iya, tapi tidak bisa anda buat landasan hukum atau hujjah !!
Saya:”Lemahnya hadits ini terletak pada apanya mas?”
Dia:”Barangkali dari rawinya mas, anda cek aja langsung dalam kitabnya syekh Albani tsb. Kok repot !!
Saya:”Lantas bagaimana dengan hadits Tsabit yang mencium tangan sahabat Anas bin malik?” bukankah ini cukup untuk menjadi tendensi sebuah respek seorang Tabi’in terhadap sahabat Nabi?”
________________________
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
حدثنا ابن عيينة عن ابن جدعان قال ثابت لأنس: أمسست النبي صلى الله عليه وسلم بيدك؟ قال: نعم, فقبلها.
Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan:
Tsabit bertanya kepada Anas bin malik ra:”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan tangan anda?’
Anas ra menjawab:”Ya!
Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.
----------------------------
Dia:”Itu diriwayatkan oleh imam Ahmad dan itu derajatnya hadits dhoif juga mas !!
Saya:”Tapi hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufradnya…
Dia:”Iya saya tahu, dalam kitab Bukhari yang berjudul Adabul Mufrad ada juga haditsnya yang dhoif, jadi hadits yang anda kemukakan itu statusnya lemah mas… coba anda lihat dalam kitab “DHO’IFU ADABUL MUFRAD hlm.973 karya syekh Albani.
Ini saya lihat langsung dari kitabnya.. jika berkenan, datang kemari mas… hahahaha..
------------------------------------------------------
*
Semua dalil saya, dia mentahkan dengan dalih di dhoifkan oleh syekh Albani.
Berarti saya harus menemukan hadits nabi yang tidak di dhoifkan oleh syekh Albani.
Akhirnya jerih payah upayaku ini berhasil…
------------------------------------------------------
Saya:”Mas ini saya menemukan hadits pamungkasku, mohon dibaca dengan teliti dan seksama: (saya ketik duluan lalu saya copas)
حدثنا بن أبي مريم قال حدثنا عطاف بن خالد قال حدثني عبد الرحمن بن رزين قال مررنا بالربذة فقيل لنا ها هنا سلمة بن الأكوع فأتيته فسلمنا عليه فأخرج يديه فقال بايعت بهاتين نبي الله صصص فأخرج كفا له ضخمة كأنها كف بعير فقمنا إليها فقبلناها..... حسنه الالباني
"Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya.
Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.
--------------------------------------------------
Saya:”Gimana mas?” Bukankah ini telah disebutkan oleh ibnu hajar dalam Fathul Barinya dengan mengakatan bahwa hadits ini “Hasan”.
Dia:”Maaf, anda mengambil dari mana hadits tersebut?”
Saya:”Lha khan sudah saya bilang mas… coba anda cek kitab Fathul Bari milik ibnu hajar. Tepatnya juz 11 hlm.57.
Dia:”Yang lain aja mas… dari kitab hadits apa gitu !!
Saya:”Hahahaha.. tidak punya kitab Fathul Bari ya mas?”
Dia:”Sekali lagi saya tanyakan, kalau tidak dijawab, akan ku hentikan diskusi ini !!
Saya:”Wah… kok emosi gitu mas… sudahlah… apakah komentar derajat “HASAN” dalam hadits tersebut dari ibnu hajar masih belum bisa anda terima?”
Dia:”Sudahlah… ada di kitab hadits mana hadits tersebut????
Saya:”Baiklah… coba anda buka kitab ADABUL MUFRAD hadits nomor 973.
Dia:”Yaahhh… kitab Adabul Mufrad lagi…. Khan sudah saya bilang, meski itu karangannya imam Bukhari tapi tidak sama dengan kitab SHOHIH nya mas… jangan jangan nanti dhoif lagi !! hahaha..
Saya:”Mas…. Jangan ngomong terus dong… cepat lihat sana !!
Dia:”Iya… ini sudah bisa aku temukan….
Saya:”Bagaimana?” apa komentar syekh Albani mengenai hadits tersebut?” katanya anda tadi punya kitab seleksi hadits Adabul Mufrad milik syekh Albani…?
Dia:"Iya… beliau mengatakan hadits ini berderajat “HASAN”
Saya:’Hahahahha.. gimana mas, puaskah??? Masihkan anda berkomentar? Atau mau meremehkan?” berarti hadits tersebut tidak dhoif khan?”
Dia:”Iya…
Saya:”Hahahaha… saya kira diskusi kita ini selesai mas… Namun jika anda masih kurang puas dengan ini semua, anda tidak suka fenomena cium tangan dalam masyarakat kita, atau anda tidak suka dicium tangannya oleh orang lain, ya sudah… cukup anda diam… jangan menyalahkan mereka, bahkan jangan hingga membid’ahkan kami yang melakukan itu… Saya kira ini adalah sifat dan sikap terpuji anda dan golongan anda !!
Dan ternyata cium tangan saat berjabatan itu ada tuntunannya !!
Dia:”Iya… Assalamu’alaikum…
Saya:”Lho kok??? Wa’alaikumussalam…
S E L E S A I
---------------------------
Terima kasihku kepada syekh Nashirudin Al Albani, karena karyamu memberi manfaat bagi saya sehingga bisa membantuku memberi pencerahan kepada sahabat maya saya.
Doaku, semoga Allah swt mengampuni segala dosa dan kesalahan kita.
Amin ya Rabb". Makkah, 2009
Komentarku ( Mahrus ali):
Tentang hadis:
عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه كان في سرية من سرايا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فحاص الناس حيصة، فكنت في من حاص... قال: فجلسنا لرسول الله صلى الله عليه وسلم قبل صلاة الفجر، فلما خرج قمنا إليه فقلنا: نحن الفرارون؛ فأقبل إلينا فقال: "لا بل أنتم العكارون" قال: فدنونا فقبلنا يده.
Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw.
Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu.
Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent.
Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent).
Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.
Komentarku ( Mahrus ali):
Ya, benar, hadis tsb lemah , lihat
komentar al albani sbb:
صحيح وضعيف سنن أبي داود - (ج 6 / ص 147)
تحقيق الألباني :
ضعيف // ، الإرواء ( 1203 ) //
Dhoif al irwa` 1203. Sahih wa dhoif
Abu dawud 147/6
تخريج أحاديث وآثار كتاب في ظلال القرآن - (ج 1
/ ص 465)
? ضعيف.
? رواه: أبو داود، والترمذي، وأحمد، والبخاري
في
((الأدب المفرد))، والبيهقي، وغيرهم؛ كلهم من
طريق يزيد بن أبي زياد، وهو ضعيف.
Dalam kitab Takhrij ahadis wa atsar kitab fii Dhilalil quran 465/1
karya Alwi bin Abd Qadir Asseqaf dijelaskan: Lemah, HR Abu Dawud , Tirmidzi,
Ahmad , Bukhari dalam kitab adabul mufrad , Baihaqi dll. Seluruhnya dari jalur
Yazid bin Abu Ziyad yang lemah.
Komentarku ( Mahrus ali):
Hadis itu tidak populer dikalangan
sahabat bahkan nyeleneh. Ia dikenal dari seorang yang termasuk yunior Tabiin –
tiada tabiin yang tahu hadis itu kecuali
satu orang yang lemah itu – yaitu Yazid bin Abu Ziyad. Ternyata yang melemahkan
hadis tsb bukan saja al albani tapi juga Ust Alwi bin Abd Qadir Asseqaf
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرٍ : ضَعِيفٌ كَبُرَ فَتَغَيَّرَ و صَارَ يَتَلَقَّنُ ، و كَانَ شِيعِيَّا
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِيَّ : صَدُوقٌ عَالِمٌ فَهٍمٌّ شيعى ، رَدِىءُ الْحِفْظِ لَمْ يُتْرَكْ
7717
Menurut
Ibn Hajar. Yazid adalah perawi lemah yang sudah lansia, hapalannya berobah,
lalu selalu di dekte bila menyampaikan hadis dan dia juga Syi`ah.
Menurut
Dzahabi : Dia suka berkata benar, alim, ngerti dan Syi`ah. Hapalannya jelek
yang tidak ditinggalkan.. mausuah ruwatil
hadis 7717
Komentarku ( Mahrus ali):
Jadi
hadis tsb lemah, tidak boleh dibuat hujjah hukum. Dalam sebagian riwayat tiada
kalimat: “ lalu kami mencium tangan Nabi
SAW”
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
حدثنا ابن عيينة عن ابن جدعان قال ثابت لأنس: أمسست النبي صلى الله عليه وسلم بيدك؟ قال: نعم, فقبلها.
Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan:
Tsabit bertanya kepada Anas bin malik ra:”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan tangan anda?’
Anas ra menjawab:”Ya!
Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.
Komentarku ( Mahrus ali):
ضعيف الأدب المفرد -
(ج 1 / ص 129)
/974- (ضعيف)
المسند الجامع - (ج 4
/ ص 465)
قال أبو عِيسَى
التِّرْمِذِي : هذا حديثٌ حَسَنٌ غريبٌ ، لا نعرفُه إلا من حديثِ زَيْد بن حُبَاب
Dalam kitab dhoif adabul mufrad
129/1 karya al bani dijelaskan bahwa
hadis tsb lemah 974. Musnadul jami` 465/4. Abu Isa Tirmidzi menyatakan : Hadis
tsb hasan gharib ( nyeleneh ) . Kami tidak mengetahui nya kecuali dari hadis
Zaid bin Hubab.
الأدب المفرد بالتعليقات - (ج 1 / ص 232)
ضَعِيْف الإِسْنَادِ مَوْقُوْفٌ , ابْنُ جُدْعَانَ
ـ وَاسْمُهُ عَلِيٌّ ـ ضَعِْيفٌ.
Dalam kitab al adabul mufrad bit
ta`liqat 232/1 terdapat keterangan:
Hadis tsb lemah sanadnya, mauquf –
perawi bernama Ibn Jud`an namanya Ali adalah lemah.
Komentarku ( Mahrus ali):
Dalam : situs Ust. Alwi bin Abd
Qadir seqaf juga ada keterangan lemah yang mendukung al bani. Jadi yang
melemahkan hadis tsb bukan saja al albani tapi ada juga ahli hadis lainnya.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
حدثنا بن أبي مريم قال حدثنا عطاف بن خالد قال حدثني عبد الرحمن بن رزين قال مررنا بالربذة فقيل لنا ها هنا سلمة بن الأكوع فأتيته فسلمنا عليه فأخرج يديه فقال بايعت بهاتين نبي الله صصص فأخرج كفا له ضخمة كأنها كف بعير فقمنا إليها فقبلناها..... حسنه الالباني
"Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya.
Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Komentarku ( Mahrus ali):
Kaheel
Baba Naheel menyatakan:
حسنه الالباني
Komentarku ( Mahrus ali):
Seolah
al bani menyatakan bahwa hadis tsb hasan, pada hal tidak demikian. Al bani
hanya menyatakan sanadnya hasan. Untuk redaksi hadisnya belum tentu hasan.
Lihat kata al bani :
حَسَنُ اْلإِسْنَادِ.
الأَدَبُ الْمُفْرَدُ
بِالتَّعْلِيْقَاتِ - (ج 1 / ص 232)
Sanadnya hasan.
Seorang perawi bernama Atthof bin
Khalid banyak mendapat keritikan dari kalangan ulama sbb:
قال مالك : عطاف يحدث ؟ قيل : نعم . قال : إنا
لله و إنا إليه راجعون .
مرتبته عند ابن حجر : صدوق يهم
مرتبته عند الذهبـي : وثقه ابن معين ، و قال
النسائى : ليس بالقوى
Imam Malik bertanya: Apakah Atthof
meriwayatkan hadis. Di jawab: Ya.
Imam Malik berkata: Inna lillah wa
inna ilaihi raji`un ( seolah musibah besar bila dia meriwayatkan hadis).
Martabatnya menurut Dzahabi: Dia
suka berkata benar, tapi suka ngelantur
Martabatnya menurut Dzahabi: Ibn
Ma`in menyatakan dia terpercaya. Nasa`I menyatakan: Dia tidak kuat.
Dalam kutubut tis`ah, dan kebanyakan
kitab – kitab hadis atau syarahnya tidak mencantumkan kisah Salmah bin Al akwa`
itu. Ibaratnya kisah itu nyeleneh sangat/. Imam Malik yang tokoh Medinah saja
tidak meriwayatkan kisah itu.
Menurut Nasai kisah itu lemah.
Komentarku ( Mahrus ali):
Sudah tentu tidak bisa dibuat pegangan orang
apalagi untuk orang banyak. Kisah itu hanya dari jalur Atthof bukan lainnya. Tiada
perawi yang meriwayatkannya . Pada hal jumlah perawi ribuan kecuali Atthof yang
tidak kuat hapalannya ya`ni hapalannya lemah.
Seandainya kisah itu sahih, maka itu
hanya perbuatan Abd Rahman bin Razin yang bukan sahabat bukan Nabi SAW yang
diutus kepada kita. Sudah tentu boleh dibuang dan ada kemungkinan salah.
Pendapat sayyidina Umar saja kadang keliru juga kadang benar.
Perilaku seorang sahabat tidak bisa
dibuat hujjah. Karena itu, ikutilah perilaku Nabi SAW dan sahabat – sahabat yang
tidak mencium tangan Nabi SAW. Ittiba`lah
, dan jangan bikin bid`ah. Kita konsis kepada ayat:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang Ali imran 31
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau
di panahnya.
Artikel Terkait
ana minta link mp3 kajian antum.
BalasHapusSyukron
UNtuk andri irawan asligr
BalasHapusMasuklah diblog kedua, dan kopilah dari sana
Pergilah ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnya.