Sekitar satu minggu yang lalu, pertengahan bulan
November 2011 saya bertamu ke rumah salah seorang kawan WNI mukimin di
daerah Ummul Hammam, Riyadh, sekedar untuk bersilaturrahim dengan
dirinya dan keluarganya yang baru saja menunaikan ibadah haji. Saya
menyampaikan ucapan selamat telah menunaikan rukun haji yang ke-5,
semoga mabrur dan mendapat limpahan berkah dari Allah SWT.
Obrolan berlangsung dengan santai sambil
menonton TV siaran Indonesia yang ditangkap dari satelit, menikmati
hidangan kopi dan camilan yang dibuat oleh istrinya. Di ruang tamu
tersebut terdapat banyak tumpukan majalah dan koran baik berbahasa arab
maupun Indonesia. Saat kami tengah ngobrol seru “ngalor-ngidul” tentang
pemberitaan yang gencar di media massa cetak / koran setempat tentang
akan dibukanya moratorium oleh Indonesia pada akhir Desember 2011 dan
kemungkinan masuknya TKW ke Saudi paling cepat awal 2012 nanti, tiba –
tiba teman saya bercerita bahwa dirinya teringat pernah membaca semacam
liputan bersambung yang dilakukan oleh sebuah koran berbahasa arab
bernama OKAZ tentang seluk beluk TKW di Indonesia dan bagaimana
pandangan masyarakat Saudi terhadap mereka. Menarik!
Saya katakan bahwa sampai saat ini setahu saya
Pemerintah Indonesia masih belum membuka keran ekspor / pengiriman TKW
ke Arab Saudi. Saya sendiri penasaran tentang cerita kawan tersebut
tentang bagaimana media massa Arab Saudi mem-frame atau melihat
kondisi pengiriman TKW dari Indonesia. Dia menunjukkan semacam kliping
tentang liputan berseri OKAZ tersebut yang sebenarnya bisa juga di akses
di website resmi koran tersebut. Liputan koran OKAZ tersebut terbit di
awal bulan Juli 2011, masih belum terlalu lama, bukan.
Karena saat itu tulisan masih dalam bentuk
bahasa arab gundul, dan terus terang saya geragapan kalo harus
menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, maka saya meminta tolong
dirinya untuk menterjemahkannya. Dia menyanggupi untuk menyusunnya dan
saya menyanggupi untuk memuatnya di blog Kompasiana saya. Sebagai bahan
informasi (yang mungkin bisa dibenarkan maupun di sanggah oleh para
Kompasianer yang bermukim di jazirah arab) OKAZ itu kalau menurut saya
semacam JAWA POS kalau di Indonesia. Dia terbit dari Jeddah, memiliki
terbitan berbahasa Inggris bernama Saudi Gazette dengan oplah yang cukup
besar dan iklan yang menarik.
Saya hanya ingin men-share informasi
yang ada di koran setempat itu, ingin memperlihatkan sisi lain
pemberitaan tentang TKW dilihat dari kacamata liputan seorang wartawan
dan media massa Saudi. Ingin memperlihatkan kepada warga Kompasianer
tentang bagaimana Saudi melihat pengiriman TKW dari Indonesia (dan kasus
– kasus yang marak sebagai ekses-nya) sebagai bahan perbandingan dengan
pemberitaan dari media massa Indonesia tentang kondisi TKW di Arab
Saudi. Tidak ada maksud saya untuk menyebarluaskan kebencian, toh
tulisan ini pernah dimuat di harian lokal setempat yang dibaca ratusan
ribu warga Saudi. Meskipun kebebasan pers-nya berbeda kadar
keterbukaanya dengan di Indonesia, artinya tulisan tersebut sudah “lulus
sensor” pemerintah Saudi.
Hal ini justru saya lakukan untuk meng-cover both side story
baik dari Indonesia maupun Arab Saudi. Kalau memang apa yang ditulis
oleh koran Saudi ini ada benarnya, dan kita anggap sebagai kritik yang
membangun, ya mari kita perbaiki bersama – sama mekanisme pengiriman TKW
ke Saudi.
Kalau yang ditulis ini ada banyak kesalahannya
karena perbedaan persepsi beragama, berbudaya dan sudut pandang
masyarakat suatu bangsa melihat suatu permasalahan (seperti misalnya
masalah sihir) ya mari kita berikan penyadaran guna mendapatkan
pengertian bersama. Mari kita dudukkan permasalahan pada tempatnya.
Jika memang banyak yang tidak benarnya, dan
jurang perbedaan itu sudah sedemikian tajamnya menganga, dan mungkin
sudah tidak mampu untuk diperbaiki lagi, mungkin sudah saatnya kita
mengambil opsi / sikap untuk menghentikan sama sekali pengiriman TKW itu
untuk selamanya, biarkan obyektifitas kita dan para Kompasianer lah
yang menilainya. Toh kita sudah sama – sama dewasa untuk dapat mencerna
setiap informasi yang ada.
Kalaupun pernah ada Kompasianer yang sudah
pernah menerjemahkannya dan mem-postingnya di Kompasiana bulan Juli 2011
yang lalu, saya meminta maaf. Tidak pernah terbersit dalam pikiran saya
untuk meng-copy paste / atau mem-plagiat / me-repost tulisan yang
pernah ada sebelumnya. Terjemahan ini akan saya posting secara
bersambung sebanyak 4 kali sesuai dengan postingan aslinya. Selamat
menikmati !!!
sumber:
Komentarku ( Mahrus ali):
Seorang perempuan itu tugasnya di
rumah saja, tidak usah berkerja menjadi TKW atau menjadi lainnya di luar negri
atau di dalam negri. Untuk luar negri yang menjadi TKW harus dihentikan, jangan
di lanjutkan. Untuk wanita yang kerjanya didalam negri di Pabrik yang sistem
kufur ini, juga tidak layak lagi bagi wanita muslim kerja disitu. Ikutilah ayat
ini saja:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ
تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَءَاتِينَ الزَّكَاةَ
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا(33)
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah
yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Al ahzab
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan: Mesin pencari
diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan