KH Masdar Farid Mas’udi, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) mengajak warga NU untuk mengibarkan Panji NU di Masjid-masjid
NU.
Demikian pokok pengarahan Rapimda Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) yang dilaksanakan di Gedung NU, Jalan Pemuda No.51, Ahad (10/3). Menurut Kiai Masdar sudah saatnya simbol-simbol NU dipajang agar nantinya tidak dikuasai oleh kelompok-kelompok lain.
“Mari kita bersaksi tempat peribadatan kita adalah masjid-masjid NU. Kita tancapkan jimat—(tanda-red) yang merupakan tangan panjang NU,” ajak kiai asal Purwokerto, Jawa Tengah.
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menyontohkan kalender, doa, jadwal shalat terbitan NU agar dipasang di masjid, musholla dan langgar milik warga NU.
“Saya yakin kelompok-kelompok lain yang hendak mengambil alih rumah Allah milik NU akan berpikir ulang. Eee…masjidnya ada Banser-nya,” cetus kiai Masdar.
Dengan memasang tanda sambung penulis buku “Membangun NU berbasis Masjid dan Umat” merupakan bentuk ke-pede-an kepada organisasi dan khalayak.
Disamping itu ia juga memaparkan program memakmurkan masjid “Dari Rumah-Nya Kita Makmurkan Bumi-Nya” untuk menyongsong 100 tahun kebangkitan NU. Harapannya NU melayani umat dalam berbagai bidang kesehatan, ekonomi, lingkungan dan masih banyak lagi.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim
Demikian pokok pengarahan Rapimda Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) yang dilaksanakan di Gedung NU, Jalan Pemuda No.51, Ahad (10/3). Menurut Kiai Masdar sudah saatnya simbol-simbol NU dipajang agar nantinya tidak dikuasai oleh kelompok-kelompok lain.
“Mari kita bersaksi tempat peribadatan kita adalah masjid-masjid NU. Kita tancapkan jimat—(tanda-red) yang merupakan tangan panjang NU,” ajak kiai asal Purwokerto, Jawa Tengah.
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menyontohkan kalender, doa, jadwal shalat terbitan NU agar dipasang di masjid, musholla dan langgar milik warga NU.
“Saya yakin kelompok-kelompok lain yang hendak mengambil alih rumah Allah milik NU akan berpikir ulang. Eee…masjidnya ada Banser-nya,” cetus kiai Masdar.
Dengan memasang tanda sambung penulis buku “Membangun NU berbasis Masjid dan Umat” merupakan bentuk ke-pede-an kepada organisasi dan khalayak.
Disamping itu ia juga memaparkan program memakmurkan masjid “Dari Rumah-Nya Kita Makmurkan Bumi-Nya” untuk menyongsong 100 tahun kebangkitan NU. Harapannya NU melayani umat dalam berbagai bidang kesehatan, ekonomi, lingkungan dan masih banyak lagi.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim
Komentarku ( Mahrus
ali):
Masjid – masjid itu milik
Allah, bukan milik organesasi, kelompok atau partai. Kita pegang ayat ini:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ
فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا(18)
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu berdoa kepada seseorangpun di
dalamnya di samping berdoa kepada Allah. Al jin
Kalau masjid dimiliki organesasi, maka ini
awal penyimpangan bukan yang terahir dan
ini akan mendukung kesyirikan bukan tauhid. Apakah tidak paham bahwa ormas itu
membikin kaum muslimin lemah bukan bertambah kuat. Mereka lemah karena berpecah
dan mereka kuat karena bersatu. Ber ormas itu larangan Allah sebagaimana dalam
ayat:
وَلَا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ(105)
Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai ( berfirqah – firqah ) dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
mendapat siksa yang berat,
Ingat ! tokoh – tokoh ormas
adalah tokoh kedurhakaan bukan orang yang taat. Mereka mengajak bawahannya
untuk fanatisme golongan, bukan fanatisme kepada Islamnya. Nantikanlah siksaan Allah kelak di akhirat
bukan surgaNya disana.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
blog ke tiga
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan