Komentarku (
Mahrus ali):
Imam Bukhari dinyatakan pengikut madzhab Syafii ini,
datanya kurang kuat, lemah sekali. Karena beliau pernah belajar fikih kepada al
Humaidi . Setahu saya, saat itu, Imam Bukhari hanya meriwayatkan hadis dari
padanya, bukan belajar masalah fikih. Setahu saya, Imam Bukhari itu tidak
bermadzhab Syafii, dan banyak riwayat hadisnya yang bertentangan dengan madzhab
Imam Syafii, sebagaimana hadis dalam masalah wudhu saja sbb:
صحيح البخاري ١٨٥: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ
قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ
قَالَ
شَهِدْتُ عَمْرَو بْنَ أَبِي حَسَنٍ سَأَلَ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ فَتَوَضَّأَ لَهُمْ فَكَفَأَ عَلَى يَدَيْهِ
فَغَسَلَهُمَا ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ
وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا بِثَلَاثِ غَرَفَاتٍ مِنْ مَاءٍ ثُمَّ
أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ
فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ
ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ
وَأَدْبَرَ بِهِمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ
و حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ
مَسَحَ رَأْسَهُ مَرَّةً
Shahih Bukhari 185: Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhhaib dari 'Amru
bin Yahya dari Bapaknya berkata; Aku pernah menyaksikan 'Amru bin Abu Hasan
bertanya kepada 'Abdullah bin Zaid tentang wudlunya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Abdullah lalu minta diambilkan bejana berisi air, lalu ia
memperlihatkan kepada mereka cara wudlu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu
ia memulai dengan menuangkan air dari bejana ke telapak tangannya lalu
mencucinya tiga kali. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu
berkumur-kumur, lalu memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya kembali
dengan tiga kali cidukan. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan
membasuh mukanya tiga kali, kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan
membasuh kedua tangannya sampai ke siku dua kali dua kali. Kemudian ia
memasukkan tangannya ke dalam bejana dan mengusap kepalanya dengan tangan, ia
mulai dari bagian depan ke belakang lalu mengembalikannya lagi (ke arah depan),
kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan membasuh kedua kakinya."
Dan telah menceritakan kepada kami Musa berkata, telah menceritakan kepada kami
Wuhaib berkata, "Ia mengusap kepalanya satu kali."
Komentarku (
Mahrus ali):
Dalam hadis itu dijelaskan:
Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam bejana dan
mengusap kepalanya dengan tangan, ia mulai dari bagian depan ke belakang lalu
mengembalikannya lagi (ke arah depan),
Pada hal dalam madzhab Syafii menyapu kepala cukup
sebagian saja sekalipun tiga rambut.
Lihat perkataan Imam Syafii dalam kitab Al Um sbb:
الأم - (ج 1 / ص 41)
إِذَا مَسَحَ الرَّجُلُ بأى رَأْسِهِ شَاءَ إِنَّ كَانَ لَا شَعْرَ عَلَيه وبأى شَعْرٍ رَأْسِهِ شَاءَ باصبع واحدَةٍ أَوْ بَعْضِ أُصْبُعِ أَوْ بَطْنِ كَفِّهِ أَوْ أَمَرَ مَنْ يَمْسَحُ بِهِ أَجْزَأَهُ ذَلِكَ فَكَذَلِكَ إنْ مَسَحَ نَزْعََتَيْهِ أَوْ إحداهما أَوْ بَعْضَهُمَا أَجَزَّأَهُ لانَهُ مِنْ رَأْسِهِ
Bila seorang
lelaki menyapu kepalanya diarah yang dikehendakinya bila dia tidak punya rambut
dan juga bisa ke rambut kepalanya yang dikehendakinya
dengan satu jari atau sebagian jari atau
dengan tapak tangan bagian dalam
atau memerintah kepada orang untuk mengusap kepalanya.Seluruhnya sudah cukup. Begitu juga bila dia mengusap
dua sisi dahinya yang berambut atau salah satunya atau sebagiannya, sudah
cukup. Sebab ia termasuk kepalanya.
Imam Syafii
sering mengeluarkan pendapat pada hal Imam Bukhari tidak mau berpendapat atau
qiyas lihat kalimat Bukhari sbb:
بَاب تَعْلِيمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ لَيْسَ
بِرَأْيٍ وَلاَ تَمْثِيلٍ *
Nabi SAW mengajari umatnya lelaki atau perempuan dengan apa yang
diajarkan oleh Allah kepadanya tidak menggunakan pendapat atau perumpamaa
Bukhari tidak mau qiyas dan Imam Syafii pelopor qiyas.
Imam
Bukhori membikin bab :
بَاب إِذَا اجْتَهَدَ الْعَامِلُ أَوِ الْحَاكِمُ
فَأَخْطَأَ خِلاَفَ الرَّسُولِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ فَحُكْمُهُ مَرْدُودٌ لِقَوْلِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ *
Bila seorang
berijtihad dalam beribadah atau seorang
hakim berijtihad lalu keliru tidak sesuai dengan hadis maka hukumnya tertolak ,karena Nabi Saw bersabda
:
Barang siapa yang menjalankan sesuatu yang tidak cocok
dengan urusan kami maka tertolak .
Abu ali al hambali berkata:
قَالَ الْعَلَّامَةُ مُحَمَّدُ أَنْوَرِ الْكَشْمِيرِيَّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى ( 1352ه )
فِي :" فَيْضِ الْبَارِي عَلَى صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ "(
1 / 58 ):" وَاِعْلَمْ أَنَّ الْبُخَارِيَّ مُجْتَهِدٌ لَا رَيْبَ فِيه ، وَمَا اِشْتَهَرَ أَنَّه شَافِعيٌ فَلِمُوَافَقَتِهِ إِيَّاهُ فِي الْمَسَائِلِ الْمَشْهُورَةِ ، وَإلّا فَمُوَافَقَتُهُ لِلْإمَامِ الْأعْظَمِ لَيْسَ أقَلَّ مِمَّا وَافَقَ فِيه الشّافِعِيُّ ، وَكَوْنُهُ مِنْ تَلاَمِذَةِ الْحُمَيْدِي لَا يَنْفَعُ ؛ لِأَنَّه مِنْ تَلاَمِذَةِ إسحاق بْنِ راهويه أيضاً وَهُوَ حَنَفِيٌ ، فَعَدُّهُ شافعياً بِاِعْتِبارِ الطَّبَقَةِ لَيْسَ بِأوْلَى مِنْ عَدِّهِ حنفياً .
وَأَمَّا التِّرْمِذِيَّ فَهُوَ شَافِعِيّ الْمَذْهَبِ لَمْ يُخَالَفْهُ صَرَاحَةً إلّا فِي مسئلة الْإيرَادِ .
وَالنِّسَائِيُّ وَأَبُو داوُدَ حَنْبَلِيَّانِ صَرَّحَ بِهِ الْحافِظُ اِبْنُ تِيمِيَّةٍ ، وَزَعَمَ آخرون أَنَّهُمَا شافِعِيَّانِ .
وَأَمَّا مُسْلِمٌ وَاِبْنُ ماجَهُ فَلَا يُعْلَمْ مَذْهَبُهُمَا ، وَأَمَّا أَبْوَابُ مُسْلِمٍ فَلَيْسَتْ مِمَّا وَضَعَهَا الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ليَسْتَدِلَّ مِنْهَا عَلَى مَذْهَبِهِ
وَأَمَّا التِّرْمِذِيَّ فَهُوَ شَافِعِيّ الْمَذْهَبِ لَمْ يُخَالَفْهُ صَرَاحَةً إلّا فِي مسئلة الْإيرَادِ .
وَالنِّسَائِيُّ وَأَبُو داوُدَ حَنْبَلِيَّانِ صَرَّحَ بِهِ الْحافِظُ اِبْنُ تِيمِيَّةٍ ، وَزَعَمَ آخرون أَنَّهُمَا شافِعِيَّانِ .
وَأَمَّا مُسْلِمٌ وَاِبْنُ ماجَهُ فَلَا يُعْلَمْ مَذْهَبُهُمَا ، وَأَمَّا أَبْوَابُ مُسْلِمٍ فَلَيْسَتْ مِمَّا وَضَعَهَا الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ليَسْتَدِلَّ مِنْهَا عَلَى مَذْهَبِهِ
Al allamah Muhammad anwar al
Kasymiri rahimahullah 1352 dalam kitab
Faidh al bari ala sahihil Bukhari 58/1 berkata: Ketahuilah: Sesungguhnya
Bukhari adalah mujathid yang tidak diragukan lagi. Adapun yang populer dia
bermadzhab syafii karena cocok dengan nya dalam masalah – masalah yang
tersebar. Bila tidak dmikian , maka kecocokan Bukhari kepada pendapat Abu
Hanifah juga banyak dibanding dengan kecocokan kepada pendapat Syafii.
Imam Bukhari pernah belajar
fikih dari Al Humaidi bukan dasar yang tepat. Sebab beliau juga termasuk murid
Ishak bin Rahaweh dan bliau juga tidak
dikatakan bermadzhab hanafi. Beliau di
masukkan kedalam madzhab Syafii karena beliau termasuk tingkatan ulama Syafiiyah juga tidak lebih layak
dibandingkan termasuk madzhab Hanafi.
Untuk Imam Tirmidzi, maka
termasuk madzhab Syafii, beliau tidak pernah berselisih dengan terang =
terangan kecuali dalam masalah Irad.
Nasa`I dan Abu dawud adalah bermadzhab Hambali sebagaimana dijelaskan
oleh Ibn Taimiyah. Sebagian yang lain mengira bahwa keduanya adalah bermadzhab
Syafii,
Adapun Imam Muslim , Ibn
Majah, maka tidak diketahui madzhabnya.Untuk bab – bab yang ada dalam kitab
sahih Muslim bukan di tulis oleh pengarangnya
rahimahullah shingga bisa di
buat rujukan untuk menunjukkan madzhjabnya,[1]
Komentarku (
Mahrus ali):
Pada intinya Imam Bukhari
dimasukkan ke dalam madzhab Syafii tidak
bersandarkan kepada data yang akurat, tapi sekedar di masukkan untuk meningkatkan
pamor nama madzhab. Ia kedustaan bukan
kejujuran.
.
Ibnu Saih berkata:
.
عَلَى كَلاَمِ الْكَشْمِيرِيِ مَلْحُوظَاتٌ ، وَلَمْ يُحَرَّرْ النَّقْلُ عَنْ شَيْخِ الْإِسْلامِ ، وَغَلَطَ فِي دَعْوَاهُ أَنَّ إسحاق بْنُ راهويه كَانَ حَنَفِيَّا .
وَحَوْلَ مَذْهَبِ إسحاق ، يُنْظَرْ هَذَا الْمَوْضُوعُ :
وَحَوْلَ مَذْهَبِ إسحاق ، يُنْظَرْ هَذَا الْمَوْضُوعُ :
Perkataan Kasymiri itu perlu ditinjau lagi, tiada kutipan
dari Syaikhul Islam. Dia menyampaikan pernyataan yang keliru bahwa Ishak bin
Rahaweh adalah bermadzhab Hanafi. Tentang madzhab Ishak perlu dilihat disini:
وفي مجموع فتاوى شيخ الإسلام 20/40:
وَسُئِلَ أَيْضًا - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - هَلْ الْبُخَارِيُّ، وَمُسْلِمٌ، وَأَبُو داود، والترمذي، والنسائي، وَابْنُ ماجه، وَأَبُو داود الطيالسي، والدارمي، وَالْبَزَّارُ، والدارقطني، والبيهقي، وَابْنُ خزيمة، وَأَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ هَلْ كَانَ هَؤُلَاءِ مُجْتَهِدِينَ لَمْ يُقَلِّدُوا أَحَدًا مِنْ الْأَئِمَّةِ، أَمْ كَانُوا مُقَلِّدِينَ ؟ وَهَلْ كَانَ مِنْ هَؤُلَاءِ أَحَدٌ يَنْتَسِبُ إلَى مَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ ؟ .....
فَأَجَابَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . أَمَّا الْبُخَارِيُّ وَأَبُو داود فَإِمَامَانِ فِي الْفِقْهِ مِنْ أَهْلِ الِاجْتِهَادِ .
وَأَمَّا مُسْلِمٌ والترمذي والنسائي وَابْنُ ماجه وَابْنُ خزيمة وَأَبُو يَعْلَى وَالْبَزَّارُ وَنَحْوُهُمْ ؛ فَهُمْ عَلَى مَذْهَبِ أَهْلِ الْحَدِيثِ لَيْسُوا مُقَلِّدِينَ لِوَاحِدِ بِعَيْنِهِ مِنْ الْعُلَمَاءِ وَلَا هُمْ مِنْ الْأَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِينَ عَلَى الْإِطْلَاقِ بَلْ هُمْ يَمِيلُونَ إلَى قَوْلِ أَئِمَّةِ الْحَدِيثِ كَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَد وَإِسْحَاقَ وَأَبِي عُبَيْدٍ وَأَمْثَالِهِمْ، وَمِنْهُمْ مَنْ لَهُ اخْتِصَاصٌ بِبَعْضِ الْأَئِمَّةِ كَاخْتِصَاصِ أَبِي داود وَنَحْوِهِ بِأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَهُمْ إلَى مَذَاهِبِ أَهْلِ الْحِجَازِ - كَمَالِكِ وَأَمْثَالِهِ - أَمْيَلُ مِنْهُمْ إلَى مَذَاهِبِ أَهْلِ الْعِرَاقِ - كَأَبِي حَنِيفَةَ وَالثَّوْرِيِّ
Dalam kitab Majmu` fatawa Syaikhil Islam 40/20.
Syaikhul Islam ra ditanya : Apakah Imam Bukhari, Muslim,
Abu dawud, Tirmidzi, Nasa`I, Ibn Majah Thayalisi Darimi Al bazzar, Daroquthni,
Baihaqi, Ibn Huzaimah, Abu Ya`la al Maushili . Apakah mereka semua itu termasuk
Mujtahid dan tidak bertaklid kepada seseorangpun dari Imam – imam atau mereka
termasuk bertaklid? Apakah ada orang dari mereka yang mengikuti madzhab Abu
hanifah?
Beliau menjawab:
Al hamdulillah rabbil alamin > Untuk imam Bukhari, Abu dawud maka
termasuk dua imam mujtahid dalam bidang fikih.
Untuk Imam Muslim, Tirmidzi, Nasa`I, Ibn Majah, Ibn
Huzaimah, Abu Ya`la, Al Bazzar dll. Seluruhnya mengikuti madzhab ahli hadis,
bukan taklid kepada salah satu ulama dan mreka juga tidak termasuk imam – imam
mujtahid mutlak. Mereka itu condong kepada perkataan salah satu imam ahli hadis
sprti Syafii, Ahmad, Ishak bin Rahaweh, Abu Ubaid dll.
Diantara mereka juga ada imam yang punya sepesialisasi
terhadap sebagian imam sebagaimana sepesialisasi Abu Dawud kepada Imam Ahmad
bin Hanbal . Mereka mengikuti madzhab ahli hijaz seperti imam Malik dll dari pada madzhab penduduk Irak seperti Abu
Hanifah dan Tsauri.
Komentarku (
Mahrus ali):
Menurut saya, imam – imam ahli hadis itu bukan mujtahid
tapi muttabi`. Mereka itu berupaya untuk menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
adalah teladan, lalu mengikuti saja, sami`na
wa atha`na, bukan ijtihad dalam bidang fikih, juga tidak taklid kepada
seseorang. Sekarang mana ijtihad Imam
Bukhari, Muslim , Abu Dawud dll. Saya belum tahu ijtihad mereka,Mestinya kalau
mereka itu mujtahid harus ada bentuk Ijtihadnya. Bila tidak ada, maka mereka
itu ittiba` saja.
Walid addalihi
الامام الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللهَ تَعَالَى كَانَ مُجْتَهِدًا مُطْلَقًا وَهَذَا وَاضِحٌ مِنْ تَرَاجِمِ الامام الْبُخارِيِ فِي جَامِعِهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَلَهُ اَرَاءُ وَاَحْكَامٌ خَالَفَ بِهَا اَصْحَابَ الْمَذَاهِبِ الاَرْبَعَهِ وَهَذَا اِنْ دَلَّ يَدُلُّ عَلَى عَلَى سَعَةِ عِلْمِهِ وَمَكَانَتِهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
Imam Bukhari rahimahullah taala adalah mujtahid mutlak. Ini jelas dari
riwayat hidup Bukhari dalam kitab jami`nya – rahimahullah taala . Beliau juga punya beberapa pendapat
dan hukum – hukum yang beda dengan imam – imam madzhab empat. Ini menunjukkan
ilmunya yang luas, derajatnya
rahimahullah.
Komentarku (
Mahrus ali):
Sayang tidak dicontohkan bentuk
pendapat dan ijtihadnya. Saya baca riwayat hidup Imam Bukhari dan saya jumpai
beliau adalah muttabi`, bukan mujtahid, beliau hanya sani`na wa atha`na kepada dalil.
Pergilah ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan: Bila
mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Artikel Terkait
Apakah menjadi masalah jika imam bukhori itu mutabbi atau mujtahid? Bukankah Yg terpenting ad bhwa hadits2 Dr imam bukhori berasal Dr perawi yg tsiqoh KT ikuti Dan amalkan.
BalasHapusOya tlg mantanKyainu posting di sarkub krn banyak yg bikin sy bingung, manager yg be dipercaya Dan manager yg tidak. Jazakalloh khoir.
Sarkub pendusta ya akhi . klik disini :
Hapushttps://www.nahimunkar.com/mahrus-ali-menilai-tim-sarkub-berdusta-dan-lbmnu-jember-ada-kesesatannya/
itulah begonya anda....apakah mentang hadis sohih langsung diamalkan begitu saja tampa dikaji di trjih oleh para ulama? belajar sana
BalasHapusmana kajian sy yg salah tunjukkan. Semua yg saya tulis sdh di kaji bro.
BalasHapus