Selasa, Maret 26, 2013

Imam Bukhari bermadzhab Syafii? atau tidak bermadzhab




Komentarku ( Mahrus ali): 
Imam Bukhari dinyatakan pengikut madzhab Syafii ini, datanya kurang kuat, lemah sekali. Karena beliau pernah belajar fikih kepada al Humaidi . Setahu saya, saat itu, Imam Bukhari hanya meriwayatkan hadis dari padanya, bukan belajar masalah fikih. Setahu saya, Imam Bukhari itu tidak bermadzhab Syafii, dan banyak riwayat hadisnya yang bertentangan dengan madzhab Imam Syafii, sebagaimana hadis dalam masalah wudhu saja  sbb:
صحيح البخاري ١٨٥: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ
شَهِدْتُ عَمْرَو بْنَ أَبِي حَسَنٍ سَأَلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدٍ عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ فَتَوَضَّأَ لَهُمْ فَكَفَأَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا بِثَلَاثِ غَرَفَاتٍ مِنْ مَاءٍ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ بِهِمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ
و حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ مَسَحَ رَأْسَهُ مَرَّةً
Shahih Bukhari 185: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhhaib dari 'Amru bin Yahya dari Bapaknya berkata; Aku pernah menyaksikan 'Amru bin Abu Hasan bertanya kepada 'Abdullah bin Zaid tentang wudlunya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Abdullah lalu minta diambilkan bejana berisi air, lalu ia memperlihatkan kepada mereka cara wudlu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu ia memulai dengan menuangkan air dari bejana ke telapak tangannya lalu mencucinya tiga kali. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu berkumur-kumur, lalu memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya kembali dengan tiga kali cidukan. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan membasuh mukanya tiga kali, kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan membasuh kedua tangannya sampai ke siku dua kali dua kali. Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam bejana dan mengusap kepalanya dengan tangan, ia mulai dari bagian depan ke belakang lalu mengembalikannya lagi (ke arah depan), kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana dan membasuh kedua kakinya." Dan telah menceritakan kepada kami Musa berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhaib berkata, "Ia mengusap kepalanya satu kali."

Komentarku ( Mahrus ali): 
Dalam hadis itu dijelaskan:
Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam bejana dan mengusap kepalanya dengan tangan, ia mulai dari bagian depan ke belakang lalu mengembalikannya lagi (ke arah depan),
Pada hal dalam madzhab Syafii menyapu kepala cukup sebagian saja sekalipun tiga rambut.
Lihat perkataan Imam Syafii dalam kitab Al Um sbb:
الأم - (ج 1 / ص 41)
إِذَا مَسَحَ الرَّجُلُ بأى رَأْسِهِ شَاءَ إِنَّ كَانَ لَا شَعْرَ عَلَيه وبأى شَعْرٍ رَأْسِهِ شَاءَ باصبع واحدَةٍ أَوْ بَعْضِ أُصْبُعِ أَوْ بَطْنِ كَفِّهِ أَوْ أَمَرَ مَنْ يَمْسَحُ بِهِ أَجْزَأَهُ ذَلِكَ فَكَذَلِكَ إنْ مَسَحَ نَزْعََتَيْهِ أَوْ إحداهما أَوْ بَعْضَهُمَا أَجَزَّأَهُ لانَهُ مِنْ رَأْسِهِ
Bila seorang lelaki menyapu kepalanya diarah yang dikehendakinya bila dia tidak punya rambut dan  juga bisa  ke rambut kepalanya yang dikehendakinya dengan satu jari atau sebagian jari atau  dengan  tapak tangan bagian dalam atau memerintah kepada orang untuk mengusap kepalanya.Seluruhnya  sudah cukup. Begitu juga bila dia mengusap dua sisi dahinya yang berambut atau salah satunya atau sebagiannya, sudah cukup. Sebab ia termasuk kepalanya.

Imam Syafii sering mengeluarkan pendapat pada hal Imam Bukhari tidak mau berpendapat atau qiyas lihat kalimat Bukhari sbb:
بَاب تَعْلِيمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ لَيْسَ بِرَأْيٍ وَلاَ  تَمْثِيلٍ *
Nabi SAW mengajari umatnya  lelaki atau perempuan dengan apa yang diajarkan oleh Allah kepadanya tidak menggunakan  pendapat atau perumpamaa

Bukhari tidak mau qiyas dan Imam Syafii pelopor qiyas.
Imam  Bukhori  membikin bab :
بَاب إِذَا اجْتَهَدَ الْعَامِلُ أَوِ الْحَاكِمُ فَأَخْطَأَ خِلاَفَ الرَّسُولِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ فَحُكْمُهُ مَرْدُودٌ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ *
Bila  seorang berijtihad dalam beribadah atau seorang  hakim berijtihad lalu keliru tidak sesuai dengan hadis  maka hukumnya tertolak  ,karena Nabi Saw  bersabda  :
Barang siapa yang menjalankan sesuatu yang tidak cocok dengan urusan kami maka tertolak .

Abu ali al hambali berkata:

قَالَ الْعَلَّامَةُ مُحَمَّدُ أَنْوَرِ الْكَشْمِيرِيَّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى ( 1352ه ) فِي :" فَيْضِ الْبَارِي عَلَى صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ "( 1 / 58 ):" وَاِعْلَمْ أَنَّ الْبُخَارِيَّ مُجْتَهِدٌ لَا رَيْبَ فِيه ، وَمَا اِشْتَهَرَ أَنَّه شَافِعيٌ فَلِمُوَافَقَتِهِ إِيَّاهُ فِي الْمَسَائِلِ الْمَشْهُورَةِ ، وَإلّا فَمُوَافَقَتُهُ لِلْإمَامِ الْأعْظَمِ لَيْسَ أقَلَّ مِمَّا وَافَقَ فِيه الشّافِعِيُّ ، وَكَوْنُهُ مِنْ تَلاَمِذَةِ الْحُمَيْدِي لَا يَنْفَعُ ؛ لِأَنَّه مِنْ تَلاَمِذَةِ إسحاق بْنِ راهويه أيضاً وَهُوَ حَنَفِيٌ ، فَعَدُّهُ شافعياً بِاِعْتِبارِ الطَّبَقَةِ لَيْسَ بِأوْلَى مِنْ عَدِّهِ حنفياً .
وَأَمَّا التِّرْمِذِيَّ فَهُوَ شَافِعِيّ الْمَذْهَبِ لَمْ يُخَالَفْهُ صَرَاحَةً إلّا فِي مسئلة الْإيرَادِ .
وَالنِّسَائِيُّ وَأَبُو داوُدَ حَنْبَلِيَّانِ صَرَّحَ بِهِ الْحافِظُ اِبْنُ تِيمِيَّةٍ ، وَزَعَمَ آخرون أَنَّهُمَا شافِعِيَّانِ .
وَأَمَّا مُسْلِمٌ وَاِبْنُ ماجَهُ فَلَا يُعْلَمْ مَذْهَبُهُمَا ، وَأَمَّا أَبْوَابُ مُسْلِمٍ فَلَيْسَتْ مِمَّا وَضَعَهَا الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ليَسْتَدِلَّ مِنْهَا عَلَى مَذْهَبِهِ

Al allamah Muhammad anwar al Kasymiri rahimahullah  1352 dalam kitab Faidh al bari ala sahihil Bukhari 58/1 berkata: Ketahuilah: Sesungguhnya Bukhari adalah mujathid yang tidak diragukan lagi. Adapun yang populer dia bermadzhab syafii karena cocok dengan nya dalam masalah – masalah yang tersebar. Bila tidak dmikian , maka kecocokan Bukhari kepada pendapat Abu Hanifah juga banyak dibanding dengan kecocokan kepada pendapat Syafii.
Imam Bukhari pernah belajar fikih dari Al Humaidi bukan dasar yang tepat. Sebab beliau juga termasuk murid Ishak bin Rahaweh  dan bliau juga tidak dikatakan bermadzhab  hanafi. Beliau di masukkan kedalam madzhab Syafii karena beliau termasuk tingkatan  ulama Syafiiyah juga tidak lebih layak dibandingkan termasuk madzhab Hanafi.

Untuk Imam Tirmidzi, maka termasuk madzhab Syafii, beliau tidak pernah berselisih dengan terang = terangan kecuali dalam masalah Irad.    Nasa`I dan Abu dawud adalah bermadzhab Hambali sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Taimiyah. Sebagian yang lain mengira bahwa keduanya adalah bermadzhab Syafii,  
Adapun Imam Muslim , Ibn Majah, maka tidak diketahui madzhabnya.Untuk bab – bab yang ada dalam kitab sahih Muslim bukan di tulis oleh pengarangnya  rahimahullah shingga bisa di buat rujukan untuk menunjukkan madzhjabnya,[1]

Komentarku ( Mahrus ali): 
Pada intinya Imam Bukhari dimasukkan ke dalam madzhab  Syafii tidak bersandarkan kepada data yang akurat, tapi sekedar di masukkan untuk meningkatkan pamor nama madzhab. Ia kedustaan  bukan kejujuran.
.

Ibnu Saih berkata: .

عَلَى كَلاَمِ الْكَشْمِيرِيِ مَلْحُوظَاتٌ ، وَلَمْ يُحَرَّرْ النَّقْلُ عَنْ شَيْخِ الْإِسْلامِ ، وَغَلَطَ فِي دَعْوَاهُ أَنَّ إسحاق بْنُ راهويه كَانَ حَنَفِيَّا .
وَحَوْلَ مَذْهَبِ إسحاق ، يُنْظَرْ هَذَا الْمَوْضُوعُ :
Perkataan Kasymiri itu perlu ditinjau lagi, tiada kutipan dari Syaikhul Islam. Dia menyampaikan pernyataan yang keliru bahwa Ishak bin Rahaweh adalah bermadzhab Hanafi. Tentang madzhab Ishak perlu dilihat disini:



وفي مجموع فتاوى شيخ الإسلام 20/40:
وَسُئِلَ أَيْضًا - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - هَلْ الْبُخَارِيُّ، وَمُسْلِمٌ، وَأَبُو داود، والترمذي، والنسائي، وَابْنُ ماجه، وَأَبُو داود الطيالسي، والدارمي، وَالْبَزَّارُ، والدارقطني، والبيهقي، وَابْنُ خزيمة، وَأَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ هَلْ كَانَ هَؤُلَاءِ مُجْتَهِدِينَ لَمْ يُقَلِّدُوا أَحَدًا مِنْ الْأَئِمَّةِ، أَمْ كَانُوا مُقَلِّدِينَ ؟ وَهَلْ كَانَ مِنْ هَؤُلَاءِ أَحَدٌ يَنْتَسِبُ إلَى مَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ ؟ .....

فَأَجَابَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . أَمَّا الْبُخَارِيُّ وَأَبُو داود فَإِمَامَانِ فِي الْفِقْهِ مِنْ أَهْلِ الِاجْتِهَادِ .
وَأَمَّا مُسْلِمٌ والترمذي والنسائي وَابْنُ ماجه وَابْنُ خزيمة وَأَبُو يَعْلَى وَالْبَزَّارُ وَنَحْوُهُمْ ؛ فَهُمْ عَلَى مَذْهَبِ أَهْلِ الْحَدِيثِ لَيْسُوا مُقَلِّدِينَ لِوَاحِدِ بِعَيْنِهِ مِنْ الْعُلَمَاءِ وَلَا هُمْ مِنْ الْأَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِينَ عَلَى الْإِطْلَاقِ بَلْ هُمْ يَمِيلُونَ إلَى قَوْلِ أَئِمَّةِ الْحَدِيثِ كَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَد وَإِسْحَاقَ وَأَبِي عُبَيْدٍ وَأَمْثَالِهِمْ، وَمِنْهُمْ مَنْ لَهُ اخْتِصَاصٌ بِبَعْضِ الْأَئِمَّةِ كَاخْتِصَاصِ أَبِي داود وَنَحْوِهِ بِأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَهُمْ إلَى مَذَاهِبِ أَهْلِ الْحِجَازِ - كَمَالِكِ وَأَمْثَالِهِ - أَمْيَلُ مِنْهُمْ إلَى مَذَاهِبِ أَهْلِ الْعِرَاقِ - كَأَبِي حَنِيفَةَ وَالثَّوْرِيِّ
Dalam kitab Majmu` fatawa Syaikhil Islam 40/20.
Syaikhul Islam ra ditanya : Apakah Imam Bukhari, Muslim, Abu dawud, Tirmidzi, Nasa`I, Ibn Majah Thayalisi Darimi Al bazzar, Daroquthni, Baihaqi, Ibn Huzaimah, Abu Ya`la al Maushili . Apakah mereka semua itu termasuk Mujtahid dan tidak bertaklid kepada seseorangpun dari Imam – imam atau mereka termasuk bertaklid? Apakah ada orang dari mereka yang mengikuti madzhab Abu hanifah? 
Beliau menjawab:  Al hamdulillah rabbil alamin > Untuk imam Bukhari, Abu dawud maka termasuk dua imam mujtahid dalam bidang fikih.
Untuk Imam Muslim, Tirmidzi, Nasa`I, Ibn Majah, Ibn Huzaimah, Abu Ya`la, Al Bazzar dll. Seluruhnya mengikuti madzhab ahli hadis, bukan taklid kepada salah satu ulama dan mreka juga tidak termasuk imam – imam mujtahid mutlak. Mereka itu condong kepada perkataan salah satu imam ahli hadis sprti Syafii, Ahmad, Ishak bin Rahaweh, Abu Ubaid dll.
Diantara mereka juga ada imam yang punya sepesialisasi terhadap sebagian imam sebagaimana sepesialisasi Abu Dawud kepada Imam Ahmad bin Hanbal . Mereka mengikuti madzhab ahli hijaz seperti imam Malik dll  dari pada madzhab penduduk Irak seperti Abu Hanifah dan Tsauri.
Komentarku ( Mahrus ali): 
Menurut saya, imam – imam ahli hadis itu bukan mujtahid tapi muttabi`. Mereka itu berupaya untuk menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan, lalu mengikuti saja, sami`na  wa atha`na, bukan ijtihad dalam bidang fikih, juga tidak taklid kepada seseorang. Sekarang mana  ijtihad Imam Bukhari, Muslim , Abu Dawud dll. Saya belum tahu ijtihad mereka,Mestinya kalau mereka itu mujtahid harus ada bentuk Ijtihadnya. Bila tidak ada, maka mereka itu ittiba` saja. 

Walid addalihi
الامام الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللهَ تَعَالَى كَانَ مُجْتَهِدًا مُطْلَقًا وَهَذَا وَاضِحٌ مِنْ تَرَاجِمِ الامام الْبُخارِيِ فِي جَامِعِهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَلَهُ اَرَاءُ وَاَحْكَامٌ خَالَفَ بِهَا اَصْحَابَ الْمَذَاهِبِ الاَرْبَعَهِ وَهَذَا اِنْ دَلَّ يَدُلُّ عَلَى عَلَى سَعَةِ عِلْمِهِ وَمَكَانَتِهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

Imam Bukhari rahimahullah  taala adalah mujtahid mutlak. Ini jelas dari riwayat hidup Bukhari dalam kitab jami`nya – rahimahullah  taala . Beliau juga punya beberapa pendapat dan hukum – hukum yang beda dengan imam – imam madzhab empat. Ini menunjukkan ilmunya yang luas, derajatnya  rahimahullah.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Sayang tidak dicontohkan bentuk pendapat dan ijtihadnya. Saya baca riwayat hidup Imam Bukhari dan saya jumpai beliau adalah muttabi`, bukan mujtahid, beliau hanya  sani`na wa atha`na kepada dalil.


Blog ke tiga
Peringatan: Bila mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah:  mantan kiyai nu    lalu teks yang kamu cari
 





Artikel Terkait

4 komentar:

  1. Apakah menjadi masalah jika imam bukhori itu mutabbi atau mujtahid? Bukankah Yg terpenting ad bhwa hadits2 Dr imam bukhori berasal Dr perawi yg tsiqoh KT ikuti Dan amalkan.
    Oya tlg mantanKyainu posting di sarkub krn banyak yg bikin sy bingung, manager yg be dipercaya Dan manager yg tidak. Jazakalloh khoir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sarkub pendusta ya akhi . klik disini :
      https://www.nahimunkar.com/mahrus-ali-menilai-tim-sarkub-berdusta-dan-lbmnu-jember-ada-kesesatannya/

      Hapus
  2. itulah begonya anda....apakah mentang hadis sohih langsung diamalkan begitu saja tampa dikaji di trjih oleh para ulama? belajar sana

    BalasHapus
  3. mana kajian sy yg salah tunjukkan. Semua yg saya tulis sdh di kaji bro.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan