Dzikir nafi itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan
lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya, illallah,
yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya Asma Allah.
Dzikir itsbat faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah,
Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.
4. Dzikir Ismu Dzat, dzikir
dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat
bersemayamnya ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.
5. Dzikir Taraqqi, yaitu
dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu
dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak, markas pikiran). Dzikir ini
dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Ilahi.
6. Dzikir Tanazul, yaitu
dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil dari bait al-makmur, dan Allah
dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa
memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Ilahi.
7. Dzikir Isim Ghaib, yaitu
dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian
diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.
Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT di
dalam Surat
al-Mukminun ayat 17:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ
طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ(17)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan
(tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).[1]
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu semua tujuh
buah jalan, dan Kami sama sekali tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami
(terhadap adanya tujuh buah jalan tersebut)".
Komentarku ( Mahrus ali): Tujuh
tehnis dzikir itu tiada dalilnya, dan jelas
di maklumi bagi orang yang sedikit punya pikiran atau ilmu agama. Tidak perlu mencari hadis atau meneliti di kitab – kitab hadis, karena tidak samar
lagi dan langsung bisa di ketahui bahwa tujuh macam yang di sebut tadi tidak
ada dalam generasi pertama dan bukan ajaran para nabi apalagi nabi Muhammad. Untuk dalil ayat 17 Al mukminun itu di gunakan
untuk tujuh tehnis berdzikir, maka
menurut pendapat mereka sen diri dan tidak sesuai dengan ma`na ayat ; Sebab maksud ayat
adalah tujuh langit. Ibnu Katsir berkata:
وَقَوْلُهُ: {سَبْعَ طَرَائِقَ} قَالَ مُجَاهِدٌ:
يَعْنِي السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَهَذِهِ كَقَوْلِهِ تَعَالَى: {تُسَبِّحُ لَهُ
السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَاْلأَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ}، { أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ
خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا }، {اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ
سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ
أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا}، وَهَكَذَا قَالَ هَهُنَا
FirmanNya ;
Sab`a thoro`iqa. Imam Mujahid berkata:
Maksudnya adalah tujuh langit sebagaimana
firmanNya:
Tujuh langit, bumi dan orang yang di dalamnya sama
membaca tasbih. Dan ayat:
Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?[2]
Begitu juga ayat:
Yang telah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?[3]
Dan demikian juga Allah berfirman disini.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ
طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ(17)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan
(tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).[4]
Ibnu katsir melanjutkan perkataannya sbb:
أَيْ أَنَّهُ سُبْحَانَهُ لاَ يَحْجُبُ عَنْهُ
سَمَاءٌ وَلاَ أَرْضٌ، وَلاَ جَبَلٌ إِلاَّ يَعْلَمُ مَا فِي وَعْرِهِ، وَلاَ بَحْرٌ
إِلاَّ يَعْلَمُ مَا فِي قَعْرِهِ، يَعْلَمُ عَدَدَ مَا ِفي الْجِبَالِ وَالتِّلاَلِ
وَالرِّمَالِ وَاْلبِحَارِ وَاْلقِفَارِ وَاْلأَشْجَارِ، {وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ
إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ
إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُبِيْنٍ}.
Allah subhanah mengetahui langit,
bumi, gunung dan apa yang di dalamnya, laut dan apa yang berada di dasarnya,
mengetahui jumlah gunung, undukan, pasir,
lalu , tanah padang
pasir, pepohonan. Allah berfirman:
dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak
jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"
(QS. al-An'aam: 59)
Pendapat Ibnu Katsir tersebut di dukung oleh Assa`di
dalam kitab tafsirnya di ayat tersebut ya`ni 17 Al mukminun .
Saya katakan , bahkan di ayat lain di jelaskan pula
sbb:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ
سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا
السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ
الْعَلِيمِ(12)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[5]
Dan saya tidak
menjumpai ahli tafsir di kitab tafsirnya yang menyatakan sebagaimana pernyataan
Pak Lukman yaitu maksud tujuh
jalan adalah tujuh macam dzikir syattariyah. Ini termasuk membodohi umat dan
menyesatkannya lalu membikin kerancuan
dalam mentafsiri ayat dan termasuk mentafsiri ayat dengan ra`yu. dan hal ini tidak boleh. Ada hadis sbb:
Masruq
ra berkata:
جَاءَ
إِلَى عَبْدِ اللَّهِ رَجُلٌ فَقَالَ تَرَكْتُ فِي الْمَسْجِدِ رَجُلاً يُفَسِّرُ
الْقُرْآنَ بِرَأْيِهِ يُفَسِّرُ هَذِهِ الْآيَةَ ( يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ
بِدُخَانٍ مُبِينٍ ) قَالَ يَأْتِي النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ دُخَانٌ
فَيَأْخُذُ بِأَنْفَاسِهِمْ حَتَّى يَأْخُذَهُمْ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكَامِ
فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ مَنْ عَلِمَ عِلْمًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ
فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ عِلْمَ
لَهُ بِهِ اللَّهُ أَعْلَمُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا أَنَّ قُرَيْشًا لَمَّا
اسْتَعْصَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّىاللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلَيْهِمْ
بِسِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ فَأَصَابَهُمْ قَحْطٌ وَجَهْدٌ حَتَّى جَعَلَ الرَّجُلُ
يَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا كَهَيْئَةِ الدُّخَانِ
مِنَ الْجَهْدِ وَحَتَّى أَكَلُوا الْعِظَامَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّىاللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَغْفِرِ اللَّهَ
لِمُضَرَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوا فَقَالَ لِمُضَرَ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ قَالَ
فَدَعَا اللَّهَ لَهُمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( إِنَّا كَاشِفُوا
الْعَذَابِ قَلِيلاً إِنَّكُمْ عَائِدُونَ ) قَالَ فَمُطِرُوا فَلَمَّا
أَصَابَتْهُمُ الرَّفَاهِيَةُ قَالَ عَادُوا إِلَى مَا كَانُوا عَلَيْهِ قَالَ
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ
بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ) ( يَوْمَ نَبْطِشُ
الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ ) قَالَ يَعْنِي يَوْمَ بَدْرٍ *
HR
Muslim 2798
Seorang
lelaki datang kepada Abdullah ,lalu berkata:” Aku meninggalkan di masjid
seorang lelaki yang mentafsiri al Quran dengan akalnya. Dia mentafsiri ayat:
يَوْمَ
تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
Di hari
langit datang dengan asap yang nyata.
Dia
memberikan komentar:”Pada hari kiamat, manusia akan kedatangan asap,lalu
mengambil nafas mereka seperti pilek.
Abdullah berkata :
Barang siapamengerti suatu ilmu, katakanlah. Barang siapa yang tidak
punya ilmu katakan , Allahu a`lam. termasuk kealiman seorang lelaki berkata
tefrhadap apa yang tidak diketahui ,allahu a`lam. Ayat tersebut
ketika kaum Quraisy tidak taat
kepada Nabi SAW ,lalu beliau berdoa agar
mereka dilanda kerisis tujuh tahun seperti kerisis Nabi Yusuf.
Mereka
tertimpa paceklik, seorang lelaki
melihat langit lalu melihat asaphingga
makan tulang.
Seorang
lelaki datang kepada Nabi SAW ,lalu berkata:” Wahai Rasulullah ! mintakan ampun
kabilah mudor. sesungguhnya mereka telah binasa.
Rasulullah
SAW berkata kepada Mudor,
sesungguhnya engkau berani , lalu berdoa
untuk mereka.
LantasAllah
menurunkan ayat:
إِنَّا
كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلاً إِنَّكُمْ عَائِدُونَ
Sesungguhnya
kami menghilangkan siksaan sedikit dan kamu kembali lagi.
Mereka
juga di beri hujan, lalu keadaan menjadi makmur, mereka kembali seperti sedia
kala, lantas Allah azza wajal menurunkan
ayat
فَارْتَقِبْ
يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ
أَلِيمٌ
Maka
tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia.
Inilah azab yang pedih. [6]
Di ayat lain di jelaskan:
وَلاَ
تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ
لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah tiadalah beruntung.[7]
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan: Mesin
pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
[1] Al mukminun 17
[2] Nuh 15
[3] Al mulk 3
[4] Al mukminun 17
[5] Fusshilat 12
[6] Addukhon 10-11
[7] Annakhel 116
Artikel Terkait
menurut pengikut satariah mengikuti ilmu ini adalah wajib, bagaimana usatd hukumnya
BalasHapus(http://lilmuqorobin.blogspot.com/2010/02/ilmu-syathariyah.html#more)
"bahwa minta petunjuk Ilmu Syaththariyah kepada yang mempunyai hak dan sah menunjuki, hukumnya fardu 'ain.Suatu kewajiban yang tidak bisa dihindari, bagi yang mengaku Islam agamanya, tidak pandang bulu, dari mana saja asal-usulnya, asal sudah mukallaf (sudah dapat menerima pengertian dan sudah bisa menyimpan rahasia). Bahkan lebih wajib meskipun dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban yang lain, termasuk dengan kewajiban salat. Sebab, amanat Allah: Waaqimishshalaata lidhikri. Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-ingat Aku supaya ketika shalat tidak sahun (yang justru yang diancam dengan fawailun)."
Tanyakan mana dalilnya?
Hapussetau saya orang satariah tidak munggunakan dalil, mereka pake akal
BalasHapus