Hasyim: Ada Upaya Redam Simpati untuk Syekh Buthi
Depok, NU Online
Beberapa hari setelah wafatnya Syekh Ramadhan Al-Buthi, Kamis malam (21/3) lalu akibat serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok ekstremis, pihak-pihak tertentu mengkhawatirkan dukungan ulama dunia atau simpati umat dunia terhadap ulama sufi ini.
Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi mengungkapkan, pihak Barat dan dari pihak Salafi-Wahabi memunculkan propaganda negatif untuk Syekh Buthi melalui sejumlah media cetak maupun elektronik internasional.
“Direkayasalah terhadap beberapa ulama untuk menjelekkan Syekh Buthi, seperti Syekh Qaradhawi. Ada statemen beliau yang cenderung memojokkan Syekh Buthi. Nah itu sebetulnya adalah bagian dari gerakan politik untuk meredam dukungan dan simpati kepada Syekh Buthi,” kata Hasyim Muzadi kepada NU Online di Depok, Jum’at (29/3).
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu meminta umat Islam, terutama penganut Sunni, untuk tidak terjebak dalam propaganda orang luar. Syekh Buthi dihujat dan dijelek-jelekkan agar umat Islam tidak terlalu bersimpati terhadapnya.
“Padahal di dalam Islam, orang Islam orang yang meninggal itu tidak usah dijelekkan. Ada hadits yang nenyebutkan, ‘Udzkuru ma hasina mautakum’, ceritakan yang baik-baik dari orang yang telah meninggal dunia,” katanya.
“Menurut Ahlissunnah wal Jama'ah, orang yang shalih tetaplah shalih. Bahwa pilihan politik berakibat sesuatu itu kita tidak masuk dalam penilaian pribadi dan agamanya seperti dulu pada waktu zaman pertentangan Sayydina Ali dan Sayyidina Utsman. Orang Sunni mengatakan, apa yang terjadi di dalam sahabat itu kita diam karena itu bukan dari faktor agama tetapi faktor lain,” tambahnya.
Menurut pengasuh pesantren Al-Hikam itu, Syekh Buthi memang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah carut marut politik di Suriah. Ia adalah ulama Sunni terkemuka yang sering membuat “gerah” kelompok Wahabi dan Salafi. Sementara di sisi lain ia adalah penasihat pemerintah yang lebih condong berpaham Syiah Alawiyah. Ujungnya, kelompok Salafi-Wahabi menganggap bahwa Syekh Buthi berpihak pada kedzaliman.
“Karena Syekh Buthi itu dianggap kekuatannya sangat besar du dunia Islam maka kemudian beliau diserang dengan cara seperti itu. Saya kira penyerangan ini tidak jaduh dari kelompok takfiriyah, atau gerakan-gerakan politik yang anti pemerintah,” kata Hasyim yang pernah menemui Syekh Buthi di Suriah bersama beberapa kiai dari Indonesia.
Ditambahkan, konflik Suriah, terus berkepanjangan karena melibatkan banyak pihak. Pihak Amerika dan Israel dapat pasti membantu pemberontak. “Pertama karena tidak suka dengan pemerintahan, kedua Salafi-Wahabi itu selalu pro Saudi-Amerika,” ungkapnya.
Di pihak lain, Iran berkepentingan membantu pemerintah yang berhaluan Syiah. Iran lalu menyeret Cina dan Rusia untuk masuk ke dalam areal konflik ini karena faktor perlawanan terhadap Amerika dan kepentingan untuk menjaga keseimbangan kekuatan Barat dan Timur.
Penulis: A. Khoirul Anam
Depok, NU Online
Beberapa hari setelah wafatnya Syekh Ramadhan Al-Buthi, Kamis malam (21/3) lalu akibat serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok ekstremis, pihak-pihak tertentu mengkhawatirkan dukungan ulama dunia atau simpati umat dunia terhadap ulama sufi ini.
Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi mengungkapkan, pihak Barat dan dari pihak Salafi-Wahabi memunculkan propaganda negatif untuk Syekh Buthi melalui sejumlah media cetak maupun elektronik internasional.
“Direkayasalah terhadap beberapa ulama untuk menjelekkan Syekh Buthi, seperti Syekh Qaradhawi. Ada statemen beliau yang cenderung memojokkan Syekh Buthi. Nah itu sebetulnya adalah bagian dari gerakan politik untuk meredam dukungan dan simpati kepada Syekh Buthi,” kata Hasyim Muzadi kepada NU Online di Depok, Jum’at (29/3).
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu meminta umat Islam, terutama penganut Sunni, untuk tidak terjebak dalam propaganda orang luar. Syekh Buthi dihujat dan dijelek-jelekkan agar umat Islam tidak terlalu bersimpati terhadapnya.
“Padahal di dalam Islam, orang Islam orang yang meninggal itu tidak usah dijelekkan. Ada hadits yang nenyebutkan, ‘Udzkuru ma hasina mautakum’, ceritakan yang baik-baik dari orang yang telah meninggal dunia,” katanya.
“Menurut Ahlissunnah wal Jama'ah, orang yang shalih tetaplah shalih. Bahwa pilihan politik berakibat sesuatu itu kita tidak masuk dalam penilaian pribadi dan agamanya seperti dulu pada waktu zaman pertentangan Sayydina Ali dan Sayyidina Utsman. Orang Sunni mengatakan, apa yang terjadi di dalam sahabat itu kita diam karena itu bukan dari faktor agama tetapi faktor lain,” tambahnya.
Menurut pengasuh pesantren Al-Hikam itu, Syekh Buthi memang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah carut marut politik di Suriah. Ia adalah ulama Sunni terkemuka yang sering membuat “gerah” kelompok Wahabi dan Salafi. Sementara di sisi lain ia adalah penasihat pemerintah yang lebih condong berpaham Syiah Alawiyah. Ujungnya, kelompok Salafi-Wahabi menganggap bahwa Syekh Buthi berpihak pada kedzaliman.
“Karena Syekh Buthi itu dianggap kekuatannya sangat besar du dunia Islam maka kemudian beliau diserang dengan cara seperti itu. Saya kira penyerangan ini tidak jaduh dari kelompok takfiriyah, atau gerakan-gerakan politik yang anti pemerintah,” kata Hasyim yang pernah menemui Syekh Buthi di Suriah bersama beberapa kiai dari Indonesia.
Ditambahkan, konflik Suriah, terus berkepanjangan karena melibatkan banyak pihak. Pihak Amerika dan Israel dapat pasti membantu pemberontak. “Pertama karena tidak suka dengan pemerintahan, kedua Salafi-Wahabi itu selalu pro Saudi-Amerika,” ungkapnya.
Di pihak lain, Iran berkepentingan membantu pemerintah yang berhaluan Syiah. Iran lalu menyeret Cina dan Rusia untuk masuk ke dalam areal konflik ini karena faktor perlawanan terhadap Amerika dan kepentingan untuk menjaga keseimbangan kekuatan Barat dan Timur.
Penulis: A. Khoirul Anam
Komentarku ( Mahrus ali):
Tentang al Buthi salah satu tokoh
yang hidup dan matinya untuk mendukung rezim komunisme dan Syi`ah, bukan
pemerintahan Islam yang ahlus sunnah. Dia jelas dan tidak samar lagi dijalan
Thaghut bukan dijalan Allah. Para mujahidin bukan pemberontak sekuler yang
didukung oleh barat berada dijalan Allah.Para mujahidin bukan ulama pendukung
pemerintah dijalan Allah. Ingat al Buthi, saya ingat ayat ini:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(162)
Katakanlah: "Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam, al an`am
Muslim yang selamat adalah harus
cocok dengan ayat itu. Salat, ibadah,hidup dan matinya untuk membela agama
Allah, bukan menginjak ajaran Allah lalu menjunjung UU rezim kafir, atau
menegakkan bid`ah dan mengubur sunnah.
Tengtang al Buthi ini lihat lagi di:
Al Buthi bela Islam atau kufur
Al Buthi dalam pandangan al bani
http://mantankyainu.blogspot.com/2013/03/al-buthi-mendekati-rezim-benar-atau.html
Al Buthi mendekati rezim, benar atau salah
Dikatakan dalam artikel tsb sbb:
“Padahal di dalam Islam, orang Islam
orang yang meninggal itu tidak usah dijelekkan. Ada hadits yang nenyebutkan, ‘Udzkuru ma
hasina mautakum’, ceritakan yang baik-baik dari orang yang telah
meninggal dunia,” katanya.
Komentarku ( Mahrus ali):
Hadis tsb berbunyi sbb:
اُذْكُرُوا
مَحَاسِنَ مَوْتاَكُمْ وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِيْهِمْ " . رواه أبو داود
والترمذي
Sebutlah kebaikan orang – orang
matimu dan tahanlah diri dari menyebut kejelekan – kejelekannya. HR Abu Dawud
dan Tirmidzi.
Al bani dalam kitab Misykatul mashabih 378/1menyatakan
hadis tsb lemah.
Ia bertentangan dengan ayat:
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى
فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَءَاتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ
لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ(76)
Sesungguhnya Karun adalah termasuk
kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya
berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". Qashas.
Dan masih banyak bukan sedikit ayat
– ayat yang menyebut keburukan bangsa lalu bukan kebaikannya agar menjadi
contoh yang nyata bukan hurofat bahwa mereka
dibinasakan oleh Allah karena kejelekan – kejelekan yang mereka nikmati
dan bagi kita agar tidak melakukan seperti itu.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
“Menurut Ahlissunnah wal Jama'ah, orang yang
shalih tetaplah shalih. Bahwa pilihan politik berakibat sesuatu itu kita tidak
masuk dalam penilaian pribadi dan agamanya seperti dulu pada waktu zaman
pertentangan Sayydina Ali dan Sayyidina Utsman. Orang Sunni mengatakan, apa
yang terjadi di dalam sahabat itu kita diam karena itu bukan dari faktor agama
tetapi faktor lain,” tambahnya.
Komentarku ( Mahrus ali):
Itu kekeliruan bukan kebenaran.
Orang shalih akan menjadi thalih ( durja dan durhaka) bila mendukung rezim komunisme untuk membantai mujahidin
salafy dan membiarkan ahli bid`ah yang syirik. Kita kembali saja pada ayat:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ
وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ(36)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). Nahel
Untuk kasus perang Ali dan Muawiyah,
kita tahu bahwa Ali yang legal dan Muawiyah dan tentaranya bughat – pemberontak
. Lihat saja ayat:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى
الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ(9)
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang
mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah
golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Hujurat.
Lihat pula hadis sbb:
كتب و رسائل للعثيمين - (ج 114 / ص 80)
وَيْح عَمَّارًا تَقْتُلُهُ اْلفِئَةُ الْباَغِيَة"
(
Celaka , Amar akan dibunuh oleh golongan yang bughat (
pemberontak ) .
Al bani menyatakan hadis tsb sahih,
Lihat silsilah sahihah 327/2 Al Utsaimin juga menyatakan. Pihak Ali bin Abu
Thalib adalah yang benar , lihat kutub wa rasail 114/80.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Sementara di sisi lain ia adalah
penasihat pemerintah yang lebih condong berpaham Syiah Alawiyah. Ujungnya,
kelompok Salafi-Wahabi menganggap bahwa Syekh Buthi berpihak pada kedzaliman.
Komentarku ( Mahrus ali):
Benarlah salafy wahabi dan kelirulah ahli bid`ah yang syirik.
Jadilah penasihat Mujahidin, bukan rezim Thaghut.
Pergilah
ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Atau blog bahasa arabku http://mahrusaliindonesia.blogspot.com/
Blog ke tiga
Peringatan: Bila mesin
pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah: mantan kiyai nu lalu teks yang kamu cari
Mau
nanya hubungi kami:
088803080803. 081935056529
088803080803. 081935056529
Alamat
rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
Waru Sidoarjo
Artikel Terkait
SELAMAT KEPADA H.MAHRUS ALI ATAS LULUSNYA AJARAN WAHABI KE DALAM DIRI ANDA
BalasHapusAneh, dikasih dalil ditolak untuk mengikuti mafsu dam setan tanpa dalil dan durhaka kepada Allah. Anda ini mirip dengan ayat:
Hapusوَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ(21)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? surat Lukman