Di tulis oleh H Mahrus ali .
Khidmat Manaqib
Manakiban adalah Majma’al
Oleh : KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab
Pada Setiap bulan kita berkumpul di Pondok Pesantren Suryalaya dalam rangka melaksanakan kegiatan sakral, yaitu Manakiban. Manakiban hurufnya ada lima; mim, nun, alif, qof dan ba. Masuk pada wajan mafaa’ilu. Jama taksir, mufrodnya manqob, bisa isim zaman bisa juga isim makan. Akar katanya naqbun artinya jalan di bukit. Jadi kalimat Manakib diterapkan pada riwayat hidup termasuk majas, menggunakan kalimat bukan pada tempatnya tetapi ada Ta’aluq atau kesamaan.
Ada riwayat hidup yang baik, ada juga riwayat hidup yang jelek, sah-sah saja disebut Manakib. Tetapi didorong oleh keperluan, misalnya anda ingin memperbaiki diri dari orang yang tidak baik menjadi orang yang baik, maka anda perlu mendengarkan riwayat orang-orang yang baik (orang-orang sholeh). Dikalangan Rifa’iyah yang dipakai adalah Manakibnya Syaikh Ahmad Kabir Arifa’i. Dikalangan Sajiliyah Manakibnya Syaikh Abi Hasan as- Sajili, dikalangan Tijaniyah Manakibnya Syaikh Abi Abas at-Tijani, dan dikalangan Qodiriyah adalah Manakibnya Tuan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani. Tetapi semua wali mengakui kelebihan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani.
Bukan dilebih-lebihkan oleh pengikutnya, jadi jangan menyalahkan kalau di tharikat yang lain ada yang memakai Manakibnya Tuan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani. Manakiban disebut juga Majma’al Kho-irot, karena didalamnya terkumpul bermacam-macam kebaikan, faidah dan manfaat, diantaranya : Silaturohim ; Orang Sukabumi bertemu dengan orang Ciamis, orang Malaysia bertemu dengan orang Indonesia, orang Singapura bertemu dengan orang Singaparna. Mereka saling mengenal, saling menyapa dan bertukar pendapat. Sehingga dapat memperkokoh dan memperkukuh persatuan dan kesatuan umat Islam. Mendengarkan bacaan al-Qur'an ; Yang merupakan ibadah. Membaca sholawat bersama-sama. Musofahah ; Yang akan menambah erat Ukhuwah Islamiyah. Mendengarkan kisah orang-orang sholeh, agar diri kita termotivasi untuk jadi orang sholeh.
Juga masih banyak lagi faidah atau kebaikan-kebaikan yang lain, terutama adalah unsur ruhaniyah atau volume ruhaniyahnya yang sangat besar, sehingga dapat merubah sikap dan watak seseorang setelah mengikuti Manakiban.[1]
Komentarku ( Mahrus ali ) :
KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab menyatakan :
Tetapi semua wali mengakui kelebihan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Setahu saya perkataan seperti itu hanyalah omongan bualan belaka yang tidak memiliki landasan atau refrensi yang akurat. Apakah para sahabat lebih rendah dari pada Syaikh Abd Qadir al Jaelani . Mereka adalah orang yang di ridhai oleh Allah sebagaimana ayat :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(100)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.[2]
Dalam suatu hadis juga di jelaskan sbb :
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ فَلَا أَدْرِي أَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ *
Diriwayatkan dari Imran bin Husain r.a katanya: Rasulullah S.A.W. bersabda: Sesungguhnya yang terbaik dari kalangan kamu ialah sezaman denganku, kemudian orang yang hidup setelah zamanku, setelah itu orang yang hidup setelah mereka. Imran berkata: Aku tidak mengetahui apakah Rasulullah S.A.W. menyebut selepas kurunnya sebanyak dua atau tiga kali. Selepas itu datang satu kaum yang bersaksi tanpa diminta dan berkhianat , tidak bisa dipercayai, yang suka bernazar tetapi tidak melaksanakannya dan banyak yang gemuk [3]
Malah ada orang yang mengatakan syaikh Abd Qadir al Jailani adalah Sulthonul auliya`, siapakah yang menyatakan seperti itu , Syaikh Abd Qadir sendiri selama hidupnya tidak pernah menyatakan seperti itu , begitu juga ulama saat beliau masih hidup dan ulama di Iraq sendiri . Arti Sulthon itu kadang raja atau penguasa , ya`ni Syaikh Abd Qadir Al jailani rajanya para wali , lalu siapakah menteri – mentri dan rakyatnya . Ini lelucon yang tak lucu , bahkan tidak perlu di pikirin . Jelas sesat dan menyesatkan .
KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab menyatakan :
Manakiban disebut juga Majma’al Kho-irot, karena didalamnya terkumpul bermacam-macam kebaikan, faidah dan manfaat, diantaranya : Silaturohim ; Orang Sukabumi bertemu dengan orang Ciamis, orang Malaysia bertemu dengan orang Indonesia, orang Singapura bertemu dengan orang Singaparna. Mereka saling mengenal, saling menyapa dan bertukar pendapat. Sehingga dapat memperkokoh dan memperkukuh persatuan dan kesatuan umat Islam. Mendengarkan bacaan al-Qur'an ; Yang merupakan ibadah. Membaca sholawat bersama-sama. Musofahah ; Yang akan menambah erat Ukhuwah Islamiyah. Mendengarkan kisah orang-orang sholeh, agar diri kita termotivasi untuk jadi orang sholeh.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Segala faedah itu sekedar strategi setan untuk memusrikkan pengikut manakib .Sebab dalam manakib itu di bacakan kasidah sbb :
عِبَادَ اللهِ رِجاَلَ اللهِ أَغِيْثُونأَ لأَجْلِ اللهِ وَكُونُوُ ا عَوْنَناَ لِلهِ عَسَى نَحْظَى بِفَضْلِ اللهِ
Wahai hamba – hamba Allah ( yang sudah meninggal dunia ) , wahai tokoh – tokoh agama ( yang sudah wafat ) tolonglah kami karena Allah . Barang kali kami bisa berhasil / mendapat fadhol Allah .
وَياَ أَقْطاَبْ وَياَ أَنْجاَبْ وَياَ سَادَاتْ وَياَ أَحْباَبْ وَأَنْتُمْ ياَ أُولِى الأَلبَابْ تَعاَلَوْا وَانْصُرُوا لله
Wahai wali – wali Quthub , orang – orang yang di pilih ,para sayyid, para kekasih dan kalianlah orang – orang yang berakal , kemarilah dan tolonglah kami karena Allah .
سَأَلْناَكُمْ سَأَلْناَكُمْ وَلِلزُّ لْفَى رَجَوْناَكُمْ وَفِى أَمْرٍ قَصَدْناَكُمْ فَشُدُّوأ عَزْمَكُمْ للهِ
Kami minta pada kalian X2 , dan untuk mendekat kepada Allah kami sekalian berharap kepada kalian , dan setiap perkara kami bermaksud kepada kalian ( kami minta pada kalian ) , maka teguhkan kehendak kalian untuk Allah .
Sya`ir – syair tersebut menurut kami syirik dan saya sudah lama enggan membacanya dan saya larang murid saya untuk membacanya . Isinya minta – minta kepada mayat – mayat yang sudah meninggal dunia . Untuk lebih jelasnya lihatlah dibuku karya kami [4]
Ada orang bilang : Kok banyak orang yang membacanya
Saya jawab : Allah sudah berfirman sbb :
ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang dimintai . Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan, maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. [5]
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ(6)
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.[6]
Dalam doa manakib yang berada di ahir kitab manakib ada permintaan kepada para wali qutub , autad , anjab agar bisa membikin segala kebutuhan tercapai yang menurut saya syirik besar. Sebab minta kepada selain Allah , Allah berfirman :
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.[7]
Saya telah mencari refrensi di perpustakaan kami , siapakah orang yang pertama kali membaca manakib syekh Abd Qadir al jailani . Saya tidak mendapatkan walaupun lama sekali saya mencarinya.
Saya bertanya kepada DR Hikmat Yasin – dosen Universitas Medinah Al Munawwarah dari Iraq , ya`ni dari tempat kelahiran Syekh Abd Qadir al Jailani . Saya tanya kepadanya , apakah di kampung Syekh Abd Qadir al jailani , banyak orang yang membaca manaqib. Ternyata jawabannya membikin saya heran dan termangu – mangu yaitu , dia mulai lahir sampai saat itu tidak mendengar kitab manaqib Syekh Abd Qadir al Jailani . Saya di Indonesia mendengar kitab itu dan kitab itu tidak ada di Irak – sebagai tempat kelahiran Syekh Abd Qadir al Jailani , lalu siapakah yang mengarangnya .
Saya cari dikitab – kitab yang ada di perpustakaan kami , juga tidak ada . Orang awam, akan bilang , apakah di Saudi ada bacaan manaqib .
Perlu saya jelaskan , selama tujuh tahun , saya di Saudi , saya tidak mendengar ada orang yang membaca manaqib. Waktu kecil , saya tidak mendengar nya , atau mungkin orang di Giri sana belum mengadakan bacaan manaqib itu .
KH. M. Zein ZA Bazul Asyhab menyatakan :
Juga masih banyak lagi faidah atau kebaikan-kebaikan yang lain, terutama adalah unsur ruhaniyah atau volume ruhaniyahnya yang sangat besar, sehingga dapat merubah sikap dan watak seseorang setelah mengikuti Manakiban.[8]
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Unsur ruhaniyah yang bertambah menurut anda , tapi mirip dengan semangat jahiliyah sebagaimana ayat :
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.[9]
Jadi tambahan semangat itu bukan untuk menerima kebenaran dari al quran dan hadis atau mengikuti tuntunan , tapi bila di kasih dalil , malah menolak atau diam dengan hati yang mendongkol . Itulah karakter kebanyakan pengikut thariqat yang pernah saya jumpai. Bahkan sebagian guru saya yang ngefan manakiban juga sangat marah pada saya lalu ghibah pada saya di muka teman – teman saya yang dulu sepondok dengan saya . Terkadang keterangan guru thariqat lebih di percaya dari pada guru yang pernah mengasuhnya di pondok pesantren. Mestinya seorang muslim itu memilih pendapat yang terbaik yang bersandar kepada al quran dan hadis sebagaimana ayat :
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.[10]
Sekian dahulu , bila baik dari Allah dan bila ada keritikan yang membangun akan saya terima dengan baik dan ihlas sekali bahkan terima kasih .
Artikel Terkait
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. (QS. Al Israa’ : 36)
BalasHapusTahukah kalian apa yang dimaksud dengan menggunjing?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Dikatakan, “Bagaimana pendapatmu apabila apa yang aku katakan memang ada pada dirinya?” Beliau menjawab, “Apabila apa yang kamu katakan itu memang ada pada dirinya berarti engkau telah menggunjingnya dan apabila apa yang katakan itu tidak benar berarti kamu telah memfitnahnya,” (HR. Muslim)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujurat : 12)
Kita ini beramar ma`ruf dan nahi munkar ,lalu kamu katakan menggunjing bukan menyebut kebaikan orang yang berbuat kesyirikan,kalau artikel itu tidak di sampaikan dengan utuh , nanti orang nya akan marah - marah dan pembaca mengatakan bahwa saya tidak fair.
BalasHapusKalau kamu katakan menggunjing tidak ada amar ma`ruf dan akan banyak kesyirikan yang di bela atau di biarkan . Orang yang terang - terangan dalam berdakwah manakiban yang syirik itu menurut para ulama boleh di gunjing . Kalau dia mengarang suatu artikel untuk umum dan di sebarluaskan , maka harus di jawab . Bila tidak akan mensyirikkan orang banyak.
Benar ya ustadz Ali Mahros, saya mendukung anda untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, menghidupkan sunnah dan memberantas kesyirikan dan kebid'ahan dan mengembalikan umat ini kepada jalan yang diridhoi Alloh yaitu jalannya Rosululloh dan para shahabatnya (salafus sholeh). Semoga Alloh melindungi anda, Menjaga anda dan menambah petunjuk kepada anda dan kami semua. amin
BalasHapusUntuk Abu Khalid, Jazakallohu khaira wahadaka ila shirathim mustaqim
BalasHapusSaya mendukung anda wahai pak Mahrus,saya lulusan pesantren salafiyah dan modern selama 14 tahun.Selamat berjuang memurnikan aqidah saudara2 kita yg kaku dan fanatik pada ajaran2 yg tdk berdasar dan mengandung kesyirikan
BalasHapussaya seorang santri ponpes selama 14 tahun asal Surabaya mendukung penuh perjuangan ustadz Mahrus Ali.Saya do'akan konsisten teguh terhadap gunjingan cemoohnya orang yg laim dan lalim.Laa takhof laumata laaim.Allohu ma'anaa
BalasHapusAntum pernah ikut manakiban ? antum pernah bertanya tentang manakiban pada ahlinya ? antum pernah mendalami manakiban ? antum pernah tabayun manakiban kepada penyelenggara ? mengomentari sesuatu tanpa pengetahuan yg mumpuni adalah fitnah apalagi disebar luaskan lewat media elektronik .... tidakkah engkau takut saudaraku ... islam jatuh bukan karena orang diluar islam tapi islam jatuh karena orang islam itu sendiri ... mereka sering mencerca saudaranya sendiri dengan kedangkalan ilmunya ... kalau menurut antum pendapat antum benar cobalah sampaikan kepada penyelenggara manakiban bukan di mimbar bebas karena akan menimbulkan polemik ... atau antum senang berpolemik .... senang antar umat islam gontok2an masya Allah ....
BalasHapusUntuk Asep Sudrajat
BalasHapusSayang sekali bila anda tidak paham artikel di atas, mana yang salah, tunjukkan. Kesyirikan jangan dibela, lalu tauhid di injak. Anda termasuk ayat ini:
ذَٰلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ ۖ وَإِن يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا ۚ فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ghofir 12