Senin, April 04, 2011

Polemik ketiga dengan DR Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki



SHALAT PARA NABI DI DALAM KUBURAN MEREKA DAN AKTIVITAS IBADAH LAIN

Di tulis oleh H Mahrus ali .

DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki  menyatakan  sbb :

وَمِنْ ثَمَرَاتِ تِلْكَ الْحَيَاةِ الْبَرْزَخِيَّةِ صَلاَتُهُمْ فِي قُبُوْرِهِمْ صَلاَةٌ حَقِيْقِيَّةٌ لَيْسَتْ خَيَالِيَّةً وَلاَ مِثَالِيَةً ، وَقَدْ جَاءَتْ أَحَادِيْثُ فِي هَذَا الْمَوْضُوْعِ ، فَمِنْهَا : عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ :(اْلأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءُ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ)) ..رَوَاهُ أَبوُ يَعْلَى وَالْبَزَّارُ وَرِجَالُ أَبِي يَعْلَى ثِقَاتٌ ، كَذَا فِي مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ  (ج8 ص211) ، قَالَ اْلإِمَامُ الْحَافِظُ اْلبَيْهَقِي فِي الْجُزْءِ الْخَاصِّ بِهَذِهِ الْمَسْأَلَةِ .
Salah satu buah kehidupan hakiki dalam alam barzakh adalah para nabi melakukan sholat di dalam kuburan mereka dengan shalat yang sesungguhnya bukan bersifat fantasi atau imajinasi. Ada beberapa hadits mengenai topik ini :
Dari Anas ibnu Malik, ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda : 
اَلأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءُ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

“Para nabi itu hidup dalam kuburan mereka dalam keadaan mengerjakan sholat.” HR Abu Ya’la dan Al Bazzaar. Para perawi Abu Ya’la tsiqat. Demikian dalam Majma’ Al Zawaaid vol. VIII hlm. 211. 

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Hadis tsb  di sahihkan oleh al albani dalm Assahihah 621[1] Abd Rauf Al Munawi juga menyatakan sahih dalam kitab Faidhul qadir  401/3 Dan ia  telah saya bahas dalam buku karya  kami Sesat tanpa sadar “ Rujuklah ke sana . Namun  di sini  saya terangkan sedikit saja sbb :
Sanad hadis sbb:
Ahmad bin Abu bakar  bin Ismail Al bushiri berkata :
Abu Ya`la Al maushili berkata : Abul jahem Al azraq bin Ali  berkata :  Yahya bin Abu bakar  bercerita kepada kami , lalu berkata : bercerita kepada kami Al mustalim bin Sa`id  dari Al hajjaj  dari Tsabit Al Bunnany  dari Anas bin Malik ra , Rasulullah SAW  bersabda : …………………………………
Perawinya terdapat  perawi bernama  Hasan  bin Qutaibah
اَلْحَسَنُ بْنُ قُتَيْبَةَ
Tentang  Al Hasan bin Qutaibah perawi hadis tsb:
قَالَ ابْنُ عَدِى: أَرْجُو أّنَّهُ لاَ بَأْسَ بِهِ.
Ibnu Adi berkata : Al Hasan bin Qutaibah  , aku berharap dia tidak apa – apa .
قُلْتُ: بَلْ هُوَ هَالِكٌ.
Saya kataakn : Dia orang yang binasa
قَالَ الدَّارَقُطْنِي فِي رِوَايَةِ الْبَرْقَانِى: مَتْرُوكُ الْحَدِيْثِ.
Daroquthni menurut riwayat Al barqani  befkata :   Hadisnya di tinggalkan
وَقَالَ أَبُو حَاِتمٍ: ضَعِيْفٌ.
Abu hatim berkata :   Dia lemah
وَقَالَ اْلعُقَيْلِى: كَثِيْرُ اْلوَهْمِ.
Al Uqaili berkata : Dia sering keliru . [2]



DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki  menyatakan  lagi :
وَفِي رِوَايَةٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ :

Dalam bagian khusus menyangkut topik ini Al Imam Al Hafidh Al Baihaqi berkata :
Dalam salah satu riwayat dari Anas ra dari Nabi Saw, beliau bersabda :

 
إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لاَ يَتْرُكُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ بَعْدَ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً , وَلَكِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ بَيْنَ يَدَي اللهِ تَعَالَى حَتىَّ يُنْفَخَ فِي الصُّوْرِ
 .
“Sesungguhnya para nabi tidak dibiarkan dalam kuburan mereka setelah empat puluh malam. Namun mereka melaksakan shalat menghadap Allah sampai sangkakala ditiup.”

قَالَ اْلبَيْهَقِي : إِنْ صَحَّ بِهَذَا اللَّفْظِ فَالْمُرَادُ بِهِ – وَاللهُ أَعْلَمُ – لاَ يَتْرُكُوْنَ لاَ يُصَلُّوْنَ إِلاَّ هَذَا الْمِقْدَارَ ، ثُمَّ يَكُوْنُوْنَ مُصَلِّيْنَ بَيْنَ يَدَي اللهِ تَعَالَى ، قَالَ الْبَيْهَقِي : وَلِحَيَاةِ اْلأَنْبِيَاءِ بَعْدَ مَوْتِهِمْ شَوَاهِدُ مِنَ اْلأَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ .

Al Baihaqi mengatakan bahwa jika hadits ini shahih dengan redaksi demikian maka yang dimaksud adalah – wallahu a’lam – tidak dibiarkan tidak mengerjakan sholat kecuali selama masa 40 malam kemudian selanjutnya mereka shalat menghadap Allah.
Menurut Al Baihaqi banyak bukti dari hadits-hadits shahih yang menunjukkan para nabi itu hidup sesudah kematian mereka.  

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Al bani menyatakan hadis tsb palsu , lihat di kitab al silsilah al dhaifah – mukhtashar 1/364 .

Dalam kitab al badrul munir , ibn Al mulaqqin  berkata :
قَالَ الْبَيْهَقِيّ : وَهَذَا يعد فِي أَفْرَاد الْحسن بن قُتَيْبَة الْمَدَائِنِي .
Al baihaqi berkata : Hadis tsb termasuk hadis yang di riwayatkan oleh al Hasan bin Qutaibah  secara sendirian .  Al badr al munir 5/ 284.

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kalau kita kembali kepada keterangan yang lalu tentang identitas Hasan bin Qutaibah , kita akan tahu dengan jelas kelemahan nya , rujuklah ke sana .

Dalam http://www.islamweb.net/ terdapat keterangan tentang sanad hadis tsb  sbb :

رقم الحديث: 4
(
حَدِيْثٌ مَرْفُوْعٌ) وَرُوِيَ كَمَا , أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ , ثَنَا أَبُو حَامِدٍ أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْحَسْنَوِيُّ ، إِمْلاءً , ثنا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ الْحِمْصِيُّ ، بِحِمْصَ, ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ , ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ يَزِيدَ , عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى , عَنْ ثَابِتٍ , عَنْ أَنَسٍ , رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ , عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : "
............
Lantas penilaiannya  sbb :

الحُكْمُ الْمَبْدَئِي: إِسْنَادٌ شَدِيْدُ الضُّعْفِ فِيْهِ رَاوِيَانِ ضَعِيْفَانِ هُمَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِي الْمُقْرِئ وَهُوَ ضَعِيْفٌ غَيْرُ مُحْتَجٍّ بِحَدِيْثِهِ، وَمُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ اْلأَنْصَارِي.
Hukum senmentara , sanadnya sangat lemah , terdapat dua perawi yang lemah yaitu Ahmad bin Ali bin Abd Rahman al Muqri . Dia adalah perawi lemah , hadisnya tidak bisa di buat hujjah  dan Muhammad bin Abd Rahman al anshari .



DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki  menyatakan lagi :
ثُمَّ ذَكَرَ اْلبَيْهَقِي بِأَسَانِيْدِهِ حَدِيْثَ :

Kemudian Al Baihaqi menyebutkan sebuah hadits dengan sanad-sanadnya yang shahih : 

مَرَرْتُ بِمُوْسَى وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

“Saya melewati Musa saat ia berdiri mengerjakan sholat di dalam kuburannya.” 

Komentarku ( Mahrus ali )
:
Asal hadisnya  sbb :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتِ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنَ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ * 
Dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Aku  berada di Hijir, orang-orang Quraisy sibuk bertanya tentang perjalananku dalam peristiwa Isra` itu. Mereka bertanya berbagai perkara mengenai Baitul maqdis yang kurang jelas pada ingatanku. Aku amat dukacita karena aku belum pernah mengalaminya sebelum ini. Lalu Allah memperlihatkan kepadaku dari jauh sehingga aku mampu melihatnya. Walau bagaimana sekalipun bentuk pertanyaan yang diajukan kepadaku, aku tetap dapat menceritakan kepada mereka dengan jelas. Aku berada dalam sekumpulan para nabi, aku melihat Nabi Musa a.s sedang berdiri mengerjakan sembahyang, memangnya dia seorang lelaki berbadan tinggi, kurus serta berambut kerinting, seakan-akan seorang lelaki dari Kaum Syanu'ah. Aku juga melihat Nabi Isa bin Maryam a.s yang sedang berdiri mengerjakan sembahyang,  orang yang paling mirip dengannya ialah Urwah bin Mas'ud As-Saqafi. Selain dari itu aku juga melihat Nabi Ibrahim a.s yang sedang berdiri mengerjakan sembahyang.  Orang yang amat dengannya adalah Sahabat kamu semua, maksudnya: Diri baginda sendiri. Ketika masuk waktu sembahyang, aku mengimami mereka, setelah selesai  ada suara memanggilku: Wahai Muhammad! Ini adalah Malik penjaga Neraka, ucapkanlah salam kepadanya! Lalu aku menoleh kepadanya, ternyata dia lebih dahulu mengucapkan salam kepadaku  HR Muslim 251

Imam  Bukhari  tidak meriwayatkan seperti itu , tapi cukup  sbb :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَبُو سَلَمَةَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَّى اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ
Abu Salamah berkata : Aku mendengar Jabir bin Abdillah ra berkata : Aku mendengar Nabi SAW  bersabda : Ketika Quraisy membohongkan aku ,  aku berdiri di Hijir Ismail  , lalu Allah menampakkan aku  Baitul maqdis . Aku   memberitahu mereka tentang tanda – tandanya  dan aku juga melihatnya  . HR Bukhari  4340 .

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Dalam hadis di atas riwayat Bukhari itu tanpa menyebut “ Aku melihat Musa berdiri melakukan salat  “.  Dan memang Imam Bukhari tidak meriwayatkan kisah seperti itu , sama dengan Ibnu Majah dan Tirmidzi .



HR Muslim 251

حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ وَشَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ وَسُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَيْتُ وَفِي رِوَايَةِ هَدَّابٍ مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ
………………… Dari  Anas bin Malik , sesungguhnya Rasulullah SAW  bersabda : Aku datang …………….. , menurut riwayat Haddab , aku berjalan bertemu Musa dalam  malam isra` di al katsibil ahmar ( tempat tinggi  panjang dari pasir )  dan  beliau lagi melakukan salat  di kuburan. HR Muslim 4379

Menurut riwayat lainnya , tanpa menyebut kuburan dalam malam Isra` tapi sbb :

أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ وَثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَيْتُ عَلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي قَالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ هَذَا أَوْلَى بِالصَّوَابِ عِنْدَنَا مِنْ حَدِيثِ مُعَاذِ بْنِ خَالِدٍ وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
…………………Dari Anas , sesungguhnya  Rasulullah SAW  bersabda : Aku datang kepada Musa as di al katsibil ahmar  . Beliau sedang  berdiri melakukan salat .

Abu Abd Rahman berkata : Ini lebih layak di benarkan menurut kami  dari pada hadis Mu`adz bin  Khalid ( tadi )  , wallahu ta`ala  a`lam .   HR Nasa`I 1614.


Muhammad Anwar Syah al kasymiri  berkata :

9 - قوله: (عند الكَثِيب الأَحْمرِ) وَلَمْ يَتَحَقَّقْ لِي قَبْرُهُ بَعْدُ، إِِلاَّ أََنِّي أَسْمَعُ اْلآنَ أَنَّ السُّلْطَانَ عَبْدَ الْحَمِيْدِ قَدْ بَنَى عَلَى قَبْرِهِ قُبَّةً، فَلاَ أَدْرِي مِنْ أَيْنَ حَصَلَ لَهُ الْعِِلْمُ بِذَلِكَ. وَلَعَلَّهُ اعْتَمَدَ فِيْهِ عَلَى خَبَرِ اْليَهُوْدِ.

Al Katsibul ahmar ,  saya sendiri tidak tahu di mana kuburan nabi Musa as , saya hanya mendengar  sekarang bahwa Sulthan Abd Hamid telah membangun kubah di kuburan nya  ( Kuburan Musa as ) . Aku  tidak mengerti dari manakah beliau mendapat informasi seperti itu , barang kali beliau berpegangan kepada  info dari orang  yahudi . [3]

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Bila benar kuburan Musa as  di cungkup , maka sungguh di haramkan karena ada  hadis sbb :
عَنْ أَبِي الْهَيَّاجِ اْلأَسَدِيِّ قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: أَلاَ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ, وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ .حَدَّثَنِي حَبِيبٌ بِهَذَا اْلإِسْنَادِ,وَقَالَ: وَلاَ صُورَةً إِلاَّ طَمَسْتَهَا .
Abul Hayyaj Al asadi berkata : “ Ali bin Abu  Tholib ra berkata kepadaku : “ Aku mengutus kamu sebagaimana   Rasulullah  saw,   mengutus aku , bila ada  patung  hancurkan , bila ada kuburan yang tinggi ratakan dengan tanah .  Menurut  riwayat lain dengan sanad sama  ada tambahan :  Bila ada gambar  , hapuslah .[4]
Menurut riwayat Nasai sbb :
))لاَ تَدَعَنَّ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ وَلاَ صُورَةً فِي بَيْتٍ إِلاَّ طَمَسْتَهَا ((

Jangan kamu biarkan kuburan yang tinggi  kecuali kamu ratakan dengan tanah atau gambar dirumah kecuali kamu hapus [5]
   Menurut hadis tersebut meninggikan kuburan termasuk larangan Rasulullah saw dan harus di ratakan lagi  seperti semula . Meninggikan  kuburan itu termasuk budaya jahiliyah.

Al albani menyatakan  hadis tentang Nabi Musa  melakukan salat di kuburannya  sahih , lihat al sahihah  2627 . Misykatul mashobih  3/276

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Hadis tentang Nabi Musa  melakukan salat di kuburannya itu juga di riwayatkan oleh Imam Ahmad  12532 , Nasai 1631, al  kubra 1331 Seluruhnya  hanya dari satu orang yaitu Sulaiman at taimi dari Tsabit dari Anas .

Lihat Imam Bukhari , Tirmidzi , Ibnu Majah dan Abu dawud  sama sekali tidak berani meriwayatkan  hadis tsb , entah mengapa mereka  berani meriwayatkannya dan mengapa Imam Bukhari dan lainnya tidak berani  dan tidak mencantumkannya dalam kitab sahihnya . Jadi hadis tsb hanya dari seorang yaitu Sulaiman attaimi  dari Tsabit dari Anas .
Ada juga riwayat Abu Hurairah . Jadi hanya  dua sahabat yang meriwayatkannya  . Namun menurut riwayat Jabir tanpa menyebut kisah nabi Musa melakukan salat di kuburan . Terus apakah para nabi yang melakukan salat di kuburannya itu tidak capek , lalu mengapa mereka  melakukannya , siapakah yang memerintah , apakah tidak bid`ah karena tiadanya perintah dari Allah . Terus siapakah yang akan memberikan pahala  . Bila ada pahalanya , maka  tidak adil bila para nabi saja yang bisa menambah pahalanya  sedang kita tidak bisa meraih pahala lagi di kuburan .
Sudah hadisnya ahad dan hanya melalui jalur satu orang yaitu Sulaiman attaimi  dari Tsabit dari Anas . Mengapa  tiada ulama  yang mau meriwayatkannya  selain Sulaiman  itu . Untungnya ada Abu Hurairah  juga meriwayatkannya . perhatikan ayat sbb :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"[6]

Ayat itu menunjukkan hendaknya kamu bersedekah sebelum ajal merenggutmu . Bila masih hidup kamu bisa menambah pahala dan memperbanyak sedekah . Namun bila telah mati , kamu tidak akan mampu melakukan kebaikan sekalipun kamu ingin atau tidak ingin . Sebab  dunia adalah untuk memperbanyak kebaikan sebagaimana ayat :
خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.[7]
Dalam suatu ayat juga di jelaskan :
لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ
Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.[8]

Dalam http://www.islamweb.net/ terdapat keterangan  sbb :
رقم الحديث: 6
(حديث مرفوع) مَا أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بِشْرَانَ بِبَغْدَادَ , أنبأ إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ , ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الدَّقِيقِيُّ , ثنا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ , ثنا سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ , عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ , رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ بَعْضَ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مَرَّ عَلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلامُ وَهُوَ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ " .

………………dari Anas bin  Malik ra , sesungguhnya  sebagian sahabat Nabi SAW  memberi tahu  kepadanya bahwa Nabi SAW : Pada malam beliau di isra`kan bertemu dengan Musa as yang melakukan salat di dalam kuburnya .
الْحُكْمُ الْمَبْدَئِي: إِسْنَادُهُ مُتَّصِلٌ، رِجَالُهُ ثِقَاتٌ، وَجَهَالَةُ الصَّحَابِي لاَ تَضُرُّ
Hukum sementara , sanadnya  bersambung , dan perawi – perawinya terpercaya , dan ada sahabat yang tidak di ketahui namanya itu  tidak berbahaya .

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Ternyata kisah nabi Musa melakukan salat di dalam kuburnya  itu bukan dari Anas bin Malik sendiri , tapi dari Anas dari sebagian sahabat Nabi SAW . Pada  hal dalam hadis – hadis sebelumnya  kisah itu dari Anas bin Malik . Jadi ada perbedaan yang harus di cari solusinya.

Dalam http://www.hdrmut.net/ terdapat keterangan sbb :
صَقْرُالْعَرَبِ
مِنْ كِبَارِ كُتَّابِ الْمُلْتَقَى
Shaqr al arab dari tokoh penulis dalam website al multaqa menyatakann  sbb :

قال الله عزوجل : وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ(144)

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.[9]

Allah juga berfirman :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ(30)
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).[10]


وَقَالَ الصِّدِّيْقُ رَضِي اللهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّداً فَاِءنَّ مُحَمَّداً قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ .
Abu  bakar assiddiq ra  berkata : Barang siapa menyembah Muhammad , maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal  dunia . Barang  siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah hidup tidak mati .

فَياَ تُرَى نُصَدِّقُكَ وَنُكَذِّبُ اللهَ عَزَّوَجَلَّ
Wahai gerangan , untuk apakah aku membenarkanmu dan membohongkan kepada Allah azza wajal  .

DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki  menyatakan hadis sbb :
وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ
قُلْتُ : أًخْرَجَهُ مُسْلِمٌ عَنْ أَنَسٍ (ج2 ص268) ، وَأَخْرَجَهُ عَبْدُ الرَّزَّاقُ فِي الْمُصَنَّفِ (ج3 ص577) .
وَقَوْلُهُ : ضَرْبٌ ، أًيْ خَفِيْفُ اللَّحْمِ الْمَمْشُوْقِ الْمُسْتَدِقُّ .
وَقَالَ اْلبَيْهَقِي فٍي دَلاَئِلِ النُّبُوَّةِ : وَفِي الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِي  وَثَابِتٍ الْبُنَانِي عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ :

“Sungguh saya telah melihat diri saya dalam rombongan para nabi. Tiba-tiba bertemu Nabi Musa yang sedang berdiri mengerjakan sholat dan ternyata ia seorang lelaki berbadan kurus ( dlorbun ) dan berambut keriting seperti lelaki Arab. Tiba-tiba bertemu Nabi Isa yang sedang berdiri mengerjakan sholat. Orang yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah ibnu Mas’ud Al Tsaqafi. Dan tiba-tiba bertemu Nabi Ibrahim yang sedang berdiri mengerjakan sholat. Orang yang paling mirip dengannya adalah teman kalian – maksudnya beliau sendiri -. Saat waktu sholat tiba saya menjadi imam mereka. Ketika saya selesai sholat seseorang berkata kepadaku, “Wahai Muhammad !, ini adalah malaikat Malik penjaga nereka. Berilah salam kepadanya ! Saya pun menoleh kepadanya namun ia mendahului saya memberikan salam.”
Saya katakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Anas vol. II hlm. 268 dan oleh Abdul Razq dalam Al Mushannaf vol. III hlm. 577.
Kata dlorbun dalam hadits berarti berbadan kurus.
Dalam Dalaa’ilu Al Nubuwwah Al Baihaqi mengatakan bahwa dalam hadits shahih dari Sulaiman Al Taimi dan Tsabit Al Bunani dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda : 
أَتَيْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ


“Saya datang menemui Musa pada malam saat aku diisra’kan di dekat bukit pasir merah. Saat itu ia sedang berdiri melakukan sholat di dalam kuburnya.”
Saya katakan bahwa hadits ini shahih dan diriwayatkan oleh Muslim vol. II hlm 268. 

Komentarku ( Mahrus ali ) :

Kembalilah kepada  jawaban  yang baru kita  lalui , jadi mengulangi jawaban yang menunjukkan kelemahan hadis tsb terlalu berat sekali dan akan menyiakan waktu untuk membacanya . Lebih baik kita membahas tema lainnya .







[1] Yas`alunak  272/6
[2] Mizanul i`tidal 519 /1
[3] Faidhul bari 4/107
[4] HR Muslim  969
[5] HR Nasai 2031 *

[6] Al Munafiqun 10
[7] Al Muthoffifin .26
[8] Asshoffat  61
[9] Ali imran 144
[10] Zunar 30
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan