Sayyid Sabiq menyatakan lagi:
. Menyiram kuburan dan
menabur bunga-bunga atau menancapkan pelapah pohon diatas pusara karena hal itu
termasuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir. Adapun perbuatan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menancapkan pelepah kurma di atas dua buah
kuburan yang sedang beliau lewati tidak bisa di qiaskan dengan tabur bunga,
namun perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut berkaitan
dengan perkara-perkara yang ghaib karena pada saat itu Allah Subhanahu wa
Ta'ala memperlihatkan kepada beliau keadaan penghuni dua kuburan tersebut yang
sedang disiksa dan ini pulalah yang dipahami oleh para shahabat Radhiyallahu
'anhum dan tidak pernah diriwayatkan dari mereka bahwa mereka meletakkan
pelepah pohon atau bunga diatas kuburan kecuali diatas kuburan Buraidah Al
Aslami karena beliau berwasiat untuk diletakkan diatas kuburannya dua pelepah
kurma -Wallahu A'lam- (Lihat Fiqhus Sunnah 1:299)
Jawabanku: 
Imam Bukhori
membikin bab  sbb:
بَاب
الْجَرِيدِ عَلَى الْقَبْرِ
Bab pelepah
kurma di kuburan. 
   Tanda kuburan hanya dari pelepah kurma. 
وَأَوْصَى
بُرَيْدَةُ ْالأَسْلَمِيُّ أَنْ يُجْعَلَ فِي قَبْرِهِ جَرِيدَانِ 
Buraidah al
aslami berwasiat agar  kuburannya di beri
dua pelepah kurma [1]
Pertanyaan:  Ada
kuburan yang  nisannya di beri kain,bagaimana
hukumnya?
Al albani berkata: 
هُوَ أَوْصَى بِوَضْعِ جَرِيْدَتَيْنِ فِي قَبْرِهِ
عَلَى أَنَّ اْلاَثَرَ لاَ يَصِحُّ إِسْنَادُهُ، فَقَدْ أَخْرَجَهُ الْخَطِيْبُ فِي
تَارِيْخِ (بَغْدَادَ) (1 / 183 182) وَمِنْ طَرِيْقِهِ أَخْرَجَهُ ابْنُ عَسَاكِرَ
فِي (تَارِيْخِ دِمَشْقَ) فِي آخِرِ تَرْجَمَةِ نَضْلَةَ بْنِ عُبَيْدٍ بْنِ أَبِي
بَرْزَةَ اْلاَسْلَمِي عَنِ الشَّاهِ بْنِ عَمَّارٍ قَالَ: ثَنَا أَبُو صَالِحٍ سُلَيْمَانُ
بْنُ صَالِحٍ اللَّيْثِي قَالَ: أَنْبَأَنَا النَّضَرُ بْنُ اْلمُنْذِزِ بْنِ ثَعْلَبَةَ
اْلعَبْهَدِي عَنْ حَمَّادٍ بْنِ سَلْمَةَ بِهِ.
 Dia 
berwasiat untuk meletakkan  dua
pelepah kurma  di kuburnya. Pada hal
atsar itu tidak benar. Ia juga 
diriwayatkan oleh al-Khatib dalam sejarah (Baghdad) (1 / 183 182) Dari
jalur Al Khathib, Ibn Asakir juga meriwayatkannya  di 
dalam ( Sejarah  Damaskus) dalam
riwayat hidup yang terakhir Nadhlah  bin
Obaid bin Abi Barzah Aslami dari Shah bin Ammar berkata:  Bercerita kepada kami  Abu Saleh – Sulaiman bin Saleh  Al Laitsi berkata: "Bercerita kepada
kami An nadhar  bin  Almundz bin Tsa`labah  Alabahdi dari 
Hammad bin Salamah.
قُلْتُ: فَهٰذَا إِسْنَادٌ ضَعِيْفٌ، وَلَهُ عِلَّتَانِ:
اْلاُوْلَى: جَهَالَةُ الشَّاهِ وَالنَّضَرُ فَإِنِّي لَمْ أَجِدْ لَهُمَا تَرْجَمَةً.
وَاْلاُخْرَى: عَنْعَنَةُ قَتَادَةَ فَإِنَّهُمْ
لَمْ يَذْكُرُوا لَهُ رِوَايَةً عَنْ أَبِي بَرْزَةَ، ثُمَّ هُوَ مَذْكُوْرٌ بِالتَّدْلِيْسِ
فَيُخْشَى مِنْ عَنْعَنَتِهِ فِي مِثْلِ إِسْنَادِهِ هٰذَا.
Aku berkata: "Ini adalah
sanad lemah, memiliki dua illat: Pertama: Syah dan Nadhar   tidak di kenal, saya tidak menemukan kisah
riwayat hidup  untuk mereka.
Dan yang lainnya: An`anah Qatada, mereka tidak menyebutkan riwayatnya dari Abu Barzeh yang mudallis. Ada rasa takut dari an`anah nya dalam sanad yang seperti ini.[2]
Dan yang lainnya: An`anah Qatada, mereka tidak menyebutkan riwayatnya dari Abu Barzeh yang mudallis. Ada rasa takut dari an`anah nya dalam sanad yang seperti ini.[2]
  Jadi Wasiat Buraidah al aslami itu lebih baik
tidak di anggap  atau katakan sanadnya
lemah. Bila di buat pegangan lalu di tiru akan mendatangkan kekeliruan yang
sejak dulu membikin dosa bertambah. Jadi pemasangan  pelepah untuk tanda mayat tidak memiliki data
akurat refrensi yang autentik.
Untuk hadisnya sbb:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ فَعَلْتَ هٰذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau
bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara
besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa
hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia
keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau
belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu
potong. Para sahabat bertanya,”Wahai,
Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka
diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
– Imam Bukhari dalam Al Jami’ Ash Shahih (1/317-Fathul Bari), no. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055.
– Imam Muslim dalam Ash Shahih, 3/200-Syarah Imam Nawawi, no. 292.
– Imam Tirmidzi dalam Al Jami’, 1/102, no. 70. Dan beliau mengatakan,”Hadits hasan shahih.”
– Imam Abu Dawud dalam As Sunan, 1/5. no. 20.
– Imam Nasa’i dalam Al Mujtaba, 1/28.
– Imam Ibnu Majah dalam As Sunan, 1/125, no. 237.
Hadits ini dikeluarkan oleh:
– Imam Bukhari dalam Al Jami’ Ash Shahih (1/317-Fathul Bari), no. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055.
– Imam Muslim dalam Ash Shahih, 3/200-Syarah Imam Nawawi, no. 292.
– Imam Tirmidzi dalam Al Jami’, 1/102, no. 70. Dan beliau mengatakan,”Hadits hasan shahih.”
– Imam Abu Dawud dalam As Sunan, 1/5. no. 20.
– Imam Nasa’i dalam Al Mujtaba, 1/28.
– Imam Ibnu Majah dalam As Sunan, 1/125, no. 237.
Syaikh kami, Al Albani
mengatakan dalam kitab Ahkamul Janaiz, hlm. 201, ”Ada beberapa perkara yang menguatkan
(pendapat yang mengatakan), bahwa meletakkan pelepah di atas kuburan merupakan
kekhususan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan peringanan adzab, bukan
disebabkan pelepah kurma yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi dua.” 
Syaikh Al Albani rahimahullah
menyebutkan dalil, diantaranya hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu yang terdapat
dalam Shahih Muslim rahimahullah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
أَنِّى مَرَرْتُ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَأَ حْبَبْتُ بِشَفَاعَتِى أُنْ يُرَدَّ عَنْهُمَا مَا دَامَ اْلغُصْنَانِ رُطْبَيْنِ
Sesungguhnya aku melewati dua
kuburan yang sedang disiksa. Maka dengan syafa’atku, aku ingin agar adzabnya
diperingan dari keduanya, selama dua ranting ini masih basah.
Hadits ini, secara jelas
menerangkan bahwa keringanan adzab itu disebabkan oleh syafa’at dan do’a Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan karena unsur basah (yang ada pada ranting
itu, Pent), baik kisah Jabir Radhiyallahu ‘anhu yang sama ini dengan kisah Ibnu
Abbaz Radhiyallahu ‘anhuma yang terdahulu, sebagaimana dirajihkan oleh Al ‘Aini
atau ulama lain, ataupun dua kejadian yang berbeda sebagaimana dirajihkan Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari. 
Para Ahli Ilmu menjelaskan, bahwa
ini merupakan satu kejadian khusus yang mungkin dikhususkan kepada orang-orang
yang Allah perlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang
keadaan sang mayit.
Al Khathabi berkata dalam Ma’alimus
Sunan, 1/27, mengomentari hadits ini,”Ini termasuk bertabarruk (mengharapkan
barakah, Pent) dengan atsar dan do’a Beliau Shallallahu ‘aliahi wa sallam agar
diringankan adzab dari keduanya. Seakan-akan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjadikan waktu basahnya ranting itu sebagai batas dari permintaan keringanan
adzab dari Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan karena pelepah basah
memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki pelepah kering. Kebanyakan orang di
banyak negara menanam pepohonan di atas kubur-kubur mereka. Saya lihat, mereka
melakukannya tidak mengambilnya dari sisi ini.”
Syaikh Ahmad Syakir, dalam komentar
beliau terhadap Sunan Tirmidzi, 1/103, berkata setelah hadits ini: “Benarlah
(perkatanaan, Pent) Al Khattabi. Kebanyakan orang semakin menjadi-jadi
melakukan amal yang tidak berdasar ini, dan berlebih-lebihan. Terutama di
negeri Mesir, karena taklid kepada orang-orang Nasrani, hingga mereka
meletakkan bunga-bunga di atas pekuburan, saling menghadiahkan bunga diantara
mereka. Lalu mareka taruh di atas pusara keluarga dekat mereka dan teman mereka
sebagai penghormatan kepada penghuni kubur, dan sikap berpura-pura baik kepada
yang masih hidup. Bahkan kebiasaan ini menjadi setengah resmi dalam acara
persahabatan antar bangsa. Engkau dapatkan, para pembesar Islam, jika
berkunjung ke salah satu negara Eropa, (mereka) pergi ke kuburan para pembesar
negera itu, atau ke kubur yang mereka sebut kuburan pahlawan tak dikenal, dan
menabur bunga di atasnya. Sebagian mereka meletakkan bunga plastik yang tidak
ada unsur basah padanya, karena mengikuti orang Perancis dan mengikuti
perbuatan-perbuatan Nashara dan Yahudi. Para
ulama tidak mengingkari atas perbuatan mereka tersebut, apalagi orang awam;
bahkan engkau melihat mereka sendiri meletakkan di kuburan orang yang meninggal
dari kalangan mereka. 
Saya telah mengetahui, kebanyakan
wakaf-wakaf yang mereka namakan wakaf khairiyah, ditanami pohon kurma dan
bunga-bunga berbau harum, yang diletakkan di atas kuburan. Semua ini adalah
perbuatan bid’ah dan mungkar. Tidak memiliki dasar sama sekali. Tidak memiliki
sandaran dari Al Qur’an maupun Sunnah. 
Para Ahli Ilmu wajib mengingkari dan
memberantas kebiasaan-kebiasaan ini, sesuai dengan kemampuan masing-masing.”
Syaikh Muhammad Ja`far al Kattani
menyatakan dalam kitab Nadhmul mutanatsir 
50/1
وَرَدَ
مِنْ طُرُقٍ كَثِيْرَةٍ مَشْهُوْرَةٍ فِي الصِّحَاحِ وَغَيْرِهَا عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ
الصَّحَابَةِ مِنْهُمْ (1) أَبُوْ بَكْرٍ (2) وَعَائِشَةُ (3) وَأَبُو هُرَيْرَةَ
(4) وَأَنَسٌ (5) وَابْنُ عُمَرَ (6) وَأَبُو أُمَامَةَ (7) وَابْنُ عَبَّاسٍ (8)
وَيَعْلَى بْنُ مُرَّةَ (9) وَجَابِرٌ (10) وَعَلِيٌّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَيُشْبِهُ
مِنْ أَجْلِ ذٰلِكَ أَنْ يُعَدَّ فِي اْلأَحَادِيْثِ الْمُتَوَاتِرَةِ وَلَمْ أَرَ
اْلآنَ مَنْ عَدَّهُ مِنْهَا.
Diterima dari jalur yang  banyak yang terkenal di kitab – kitab hadis
sahih  dan yang lainnya dari sekelompok
sahabat, termasuk (1) Abu Bakar (2) dan Aisyah (3) dan Abu Huraira (4)  Anas (5) 
Ibnu Umar (6)  Abu Umamah (7)  Ibnu Abbas (8) Ya`la bin Murrah u (9) Jaber
(10) Ali bin Abi Thalib,Mirip sekali hadis tsb di masukkan ke dalam hadis
mutawatir . Tapi  saya belum melihat
hadis tsb di masukkan ke sana
sampai sekarang.
    Komentarku ( Mahrus ali )
Kebanyakan jalur itu lemah.
dan yang paling populer adalah jalur Ibnu Abbas, 
Abul Muathi annuri
berkata  dalam  kitab al Musnadul jami` 438/18
أَخْرَجَهُ
أَحْمَدُ 1/225(1980) قَالَ :  حَدَّثَنَا
اَبُومُعَاوِيَةَ ، وَوَكِيْعٌ , الْمَعْنَى وَاحِدٌ. وَ"عََبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ"
620 قَالَ : حَدَّثَنِي  فَهْدٌ بْنُ عَوْفٍ
،  حَدَّثَنَا  عَبْدُ الوَحِدِ  بْنُ زِيَادٍ. وَ"الدَّارِمِي" 739
قَالَ :  أَخْبَرَناَ  المُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ ،  حَدَّثَنَا 
عَبْدُ الوَاحِدِ  بْنُ زِيَادٍ.
و"البُخَارِي" 1/65(218) قَالَ : 
حَدَّثَنَامُحَمَّدٌ بْنُ 
الْمُثَنَّى  ، قَالَ :  حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ  بْنُ حَازِمٍ (ح) قَالَ  ابْنُ 
الْمُثَنَّى : وَ حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ. وَفِي 2/119(1361) قَالَ :  حَدَّثَنَا يَحْيَى ،  حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِِيَةَ. وفي 2/124
(1378) قَالَ :  حَدَّثَنَا قُتَيْبَةَ
،  حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ. وَفِي 8/20(6052)
قَالَ :  حَدَّثَنَا يَحْيَى ،حَدَّثَنَا
وَكِيْعٌ. وَ"مُسْلِمٌ" 1/166(603) قَالَ :  حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيْدٍ اْلأَشَجْ ، وَأَبُو
كُريْبٍ مُحَمَّدٌ  بْنُ اْلعَلاَءِ ، وَإِسْحَاقٌ
بْنُ إِبْرَاهِيْمَ ، قَالَ  إِسْحَاقٌ:  أَخْبَرَناَ. وَقَالَ  الآخَرَانِ: 
حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ. وَفِي (604) قَالَ : حَدَّثَنِيهِ أََحْمَدُ بْنُ يُوْسُفَ
اْلاَزْدِي ،  حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ
، قَالَ :  حَدَّثَنَا  عَبْدُ الوَاحِدِ. وَ"أَبُو دَاوُدَ"
20 قَالَ :  حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ بْنُ حَرْبٍ
، وَ هَنَّادٌ بْنُ السَّرِيّ ، قَالَ ا: 
حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ. وَ"ابْنُ مَاجَة" 347 قَالَ :  حَدَّثَنَاأَبُوْ بَكْْرٍ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
،  حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ، وَوَكِيْعٌ.
والتِّرْمِذِيّ" 70 قَالَ : 
حَدَّثَنَا     هَنَّادٌ  ، وَقُتَيْبَةَ ، وَأَبوُ كُرَيْبٍ ، قَالَ وَحَدَّثَنَا
وَكِيْعٌ. وَ"النَّسَائِي" 1/28 ، وَفِي "اْلكُبْرَى" 11549
قَالَ :  أَخْبَرَناَ هَنَّادٌ بْنُ
السَّرِيّ ، عَنْ وَكِيْعٍ. وَفِي 4/106, وَفِي "اْلكُبْرَى" 2207 قَالَ
:  أَخْبَرَناَ هَنَّادٌ  بْنُ السَّرِيّ فِي حَدِيْثِهِ وَ"ابْنُ خُزَيْمَةَ"
56 قَالَ :  حَدَّثَنَا يُوْسُفُ بْنُ مُوْسَى
،  حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ.
أَرْبَعَتُهُمْ
(أَبُو مُعَاوِيَةَ مُحَمَّدٌ بْنُ خَازِمٍ ، ووَكِيْعٌ  ، وَ عَبْدُ الوَاحِدِ  ، وَجَرِيْرٌ) عَنِ  الأَعْمَشِ 
، قَالَ : سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَن طَاوُوْسَ ، فَذَكَرَهُ.
Diriwayatkan oleh Ahmad, 1 / 225 (1980) Bercerita  kepada kami: Abu muawiyah dan Wake`,
Maksudnya sama. Dan " Abed bin 
Humaid" 620 berkata: "Berbicara kepadaku Fahd bin Auf
lalu  berkata: Berbicara kepadakami  Abdul Wahid bin Ziyad. Dan "
Darimi" 739 berkata: " 
Bercerita kepada kami Al Mualla 
bin Asad, lalu berkata: Bercerita 
kepada kami  Abdul Wahid bin
Ziyad.
Dan "Al Bukhari " 1 / 65 (218) lalu berkata:
Bercerita  kepada kami  Muhammad bin Al. Muthanna, lalu berkata:
Bercerita  kepada kami Muhammad ibn Hazim
(Pindah sanad ) 
Ibn al-Muthanna berkata: 
Bercerita kepada kami  wake`   dan dalam 2 / 119 (1361)   berkata: Dikisahkan kepada kami oleh Yahya,   Bercerita kepada kami  Abu Muawiyah. 
Dan dalam 2 / 124 (1378) dia 
berkata: Bercerita  kepada
kami   
Qutaybah, Bercerita kepada kami  Jarir. Dan dalam 8 / 20 (6052)  dia berkata: Bercerita  kepada kami Yahya, lalu berkata:
Bercerita  kepada kami  waki`. Dan "Muslim" 1 / 166 (603)
berkata: Bercerita kepada kami  Abu Said 
al Ashajj dan Abu kurep - Muhammad bin Ala, dan Ishak Bin  Ibrahim, Ishak berkata: Bercerita kepada kami.
Dua lainnya berkata: "Beritahu kami waki`. 
Dan dalam (604) dia  mengatakan:
Bercerita kepada kami  Ahmed bin Yousuf
Al Azdi, lalu berkata: Bercerita  kepada
kami  Moalla bin Asad yang  mengatakan kepada kami: Bercerita kepada kami
Abd al-Wahid. 
dan "Abu Dawud" 20 lalu mengatakan kepada
kami:  Bercerita kepada kami  Zuhair bin Harb,   dan  
Hanad Ben Assirri. Kedua nya 
berkata: Beritahu kami Waki`. Dan "Ibnu Majah," 347 berkata:
Bercerita kepada kami  Abu Bakar bin Abi
Shaybah, lalu berkata: Bercerita  kepada
kami  Abu Muawiyah, dan Wakee.    Imam Tirmidzi, "70 mengatakan:
Bercerita kepada kami  Hanad,  Qutaybah, Abu kurep, mereka  berkata:" Bercerita kepada kami
Waki`.  Dan " Annasa`I " 1 /
28, dan " dalam kitab al kubro " 11 549 berkata:. "    Bercerita kepada kami  Hanad bin Assiri   dari Waki`. 
Dan dalam 4 / 106, dan." Al Kubro " 2207 mengatakan:
" Bercerita kepada kami  Hanad bin Sirri dalam hadisnya. Dan"  Ibn Khuzaymah "56 berkata: Dikisahkan
oleh Yusuf bin Musa yang  mengatakan
kepada kami, waki`.
Empat dari mereka (Abu Muawiya bin Mohammed bin Khazem,
Wakee, dan Abdul Wahed, dan Jarir )  dari
Al a`mash, ia berkata: Aku mendengar Mujahid menyampaikan hadis  dari Thawus, lalu ia menyebutkan hadis itu. 
  Komentarku (
Mahrus ali )
  Imam  Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu dawud, Ibnu Majah,
Nasai, Ibn Khuzaimah 
 Tirmidzi. Abed bin
Humaid, darimi meriwayatkan  hadis pelepah
kurma di tancapkan  di kuburan hanya dari
Mujahid – satu orang perawi inilah sumber mereka. Dari dia  di berikan kepada satu orang lagi yaitu Al
a`masy. 
-     قَالَ 
التِّرْمِذِي: رَوَى مَنْصُوْرٌ هٰذَا الْحَدِيْثَ, عَنْ مُجَاهِدٍ, عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ, وَلَمْ يَذْكُرْ فِيْهِ: (عَنْ طَاوُوْسٍ), وَرِوَايَةُ  الأَعْمَشِ 
أَصَحُّ.
- Al-Tirmidzi berkata: Hadits
ini diriwayatkan oleh Mansur, dari Mujahid dari Ibnu Abbas, tidak
menyebutkannya: ( dari Thawus ), dan riwayat Al a` mash lebih sahih.
Hadis
tentang peletakan pelepah kurma di kuburan itu juga di riwayatkan oleh Abu
bakrah ( bukan Ibn Abbas ), sanadnya menurut Imam Ahmad dan Abu bakar bin Abu
Syaibah sbb: 
حَدَّثَنَا
وَكِيْعٌ  ،  حَدَّثَنَا اْلأَسْوَدُ بْنُ شَيْبَانَ ، عَنْ
بَحْرِ بْنِ مَرَّارٍ ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ ، فَذَكَرَهُ ، لَيْسَ فِيْهِ: عَبْدُ
الرَّحْمٰنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ.
"Meberitahu kami, Waki`,
lalu berkata: Bercerita  kepada kami al
aswad bin Syaiban dari Bahr  Ben Marrar
dari  Abu Bakrah, ia
menyebutkan hadis tsb  tanpa menyebut
nama Abd Rahman bin Abi Bakrah 
Pendapat ulama tentang perawi
Bahr bin Marrar  sbb: 
ذَكَرَ الْعُقَيْلِى حَدِيْثَهُ عَنْ عَبْدِ الْرَّحْمٰنِ
بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيْهِ: " مَرَّ بِقَبْريْنٍِ يُعَذَّبَانِ " ، 
و قَال: لاَ يُتَابَعُ عَلَيْهِ.
وَ نَقَلَ الدَّوْلاَبِى فِى " الْكُنَى " ، وَ ابْنُ الْجَارُوْدِ فِى " الضُّعَفَاءِ " أَنَّ يَحْيَى بْن سَعِيْدٍ قَالَ: رَأَيْتُهُ قَدْ خُوْلِطَ.
وَ قَالَ ابْنُ عَدِى: لاَ أَعْرِفُ لَهُ حَدِيْثاً مُنْكَراً ، وَ لَمْ أََجِدْ أَحَدًا مِن الْمُتَقَدِّمِيْنَ ضَعَّفَهُ إِلاَّ يَحْيَى بْنَ سَعِيْدٍ فِى قَوْلِهِ: خُوْلِطَ.
و قَال ابْنُ حِبَّانَ فِى " الْمَجْرُوْحِيْنَ ": اخْتَلَطَ بِآخِرِهِ ، حَتَّى كَان لاَ يَدْرِى مَا يُحَدِّثُ فَاخْتَلَطَ حَدِيْثُهُ ْالأَخِيرُ بِحَدِيْثِهِ الْقَدِيْمِ ، و لَم يَتَمَيَّزْ.
تَرَكَهُ الْقَطََّانُ.
وَ قَالَ الْحَاكِمُ أَبُو أَحْمَدَ: لَيْسَ بِالْقَوِىِّ عِنْدَهُمْ.
و قَال الْنَّسَائِى فِى " الضُّعَفَاء ": تَغَيَّرَ. اهـ.
و قَال: لاَ يُتَابَعُ عَلَيْهِ.
وَ نَقَلَ الدَّوْلاَبِى فِى " الْكُنَى " ، وَ ابْنُ الْجَارُوْدِ فِى " الضُّعَفَاءِ " أَنَّ يَحْيَى بْن سَعِيْدٍ قَالَ: رَأَيْتُهُ قَدْ خُوْلِطَ.
وَ قَالَ ابْنُ عَدِى: لاَ أَعْرِفُ لَهُ حَدِيْثاً مُنْكَراً ، وَ لَمْ أََجِدْ أَحَدًا مِن الْمُتَقَدِّمِيْنَ ضَعَّفَهُ إِلاَّ يَحْيَى بْنَ سَعِيْدٍ فِى قَوْلِهِ: خُوْلِطَ.
و قَال ابْنُ حِبَّانَ فِى " الْمَجْرُوْحِيْنَ ": اخْتَلَطَ بِآخِرِهِ ، حَتَّى كَان لاَ يَدْرِى مَا يُحَدِّثُ فَاخْتَلَطَ حَدِيْثُهُ ْالأَخِيرُ بِحَدِيْثِهِ الْقَدِيْمِ ، و لَم يَتَمَيَّزْ.
تَرَكَهُ الْقَطََّانُ.
وَ قَالَ الْحَاكِمُ أَبُو أَحْمَدَ: لَيْسَ بِالْقَوِىِّ عِنْدَهُمْ.
و قَال الْنَّسَائِى فِى " الضُّعَفَاء ": تَغَيَّرَ. اهـ.
Al Uqeeli berbicara tentang
hadis nya dari  Abdul Rahman bin Abi
Bakrah dari ayahnya: "  Rasulullah
SAW berjalan ke dua makam yang disiksa,"
Dan berkata : Hadis tsb tiada pendukungnya
Dan berkata : Hadis tsb tiada pendukungnya
وَ نَقَلَ الدَّوْلاَبِى فِى " الْكُنَى
" ، وَ ابْنُ الْجَارُوْدِ فِى " الضُّعَفَاءِ
" أَنَّ يَحْيَى بْن سَعِيْدٍ
 قَالَ: رَأَيْتُهُ قَدْ خُوْلِطَ.
Daulabi mengutip dalam " al kuna", dan Ibnul Jaarood dalam " Ad dhu`afa`" Sesungguhnya Yahya bin Said berkata:: Aku melihat dia kabur hapalannya
 Ibnu Adiy berkata: Aku tidak tahu dia
meriwayatkan hadis mungkar dan aku tidak menemukan salah satu orang – orang
dahulu yang melemahkannya  kecuali Yahya
bin Said dalam perkataannya : Dia telah kabur hapalannya 
. Ibnu Hibban dalam "Al
Majruhin "berkatra: Dia kabur hapalannya waktu ahir hayat, jadi dia tidak
tahu hadis yang di sampaikan. Hadis terahir campur aduk dengan hadis yang dulu,
sulit di bedakan. Al Qatthan meninggalkannya. 
Al Hakim - Abu Ahmed berkata: Dia ( Bahr bin Marrar ) tidak memiliki hapalan yang kuat.
Nasa`I berkata dalam " kitab Dhu`afa` ": Hapalannya telah berobah..
Al Hakim - Abu Ahmed berkata: Dia ( Bahr bin Marrar ) tidak memiliki hapalan yang kuat.
Nasa`I berkata dalam " kitab Dhu`afa` ": Hapalannya telah berobah..
Komentarku ( Mahrus ali )
Jadi hadis peletakan pelapah
kurma menurut riwayat Ahmad dan Ibn Abi Syaibah dari Abu bakrah adalah lemah
karena ada perawi bernama Bahr bin Marrar. 
 Bahr bin Marrar itu perawi tunggal – tiada
perawi lain yang meriwayatkan hadis tentang menancapkan kurma di kuburan  menurut riwayat Ahmad dan  Ibn Abi Syaibah dari Abu Bakrah. Dan belum
bisa di buat pegangan. 
قَوْلُ أَحْمَدَ: إِذَا سَمِعْتَ أَصْحَابَ
الْحَدِيْثِ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ ، أَو فَائِدَةٌ ، فَاعْلَمْ  أَنَّهُ 
خَطَأٌ ، أَوْ دَخَلَ
عَلَيْهِ حَدِيْثٌ فِي حَدِيْثٍ ، أَوْ خَطَأٌ
مِنَ الْمُحَدِّثِ ، أَو حَدِيْثٌ
لَيْسَ لَهُ إِسْنَادٌ ، وَإِنْ كَانَ قَد
رَوَى شُعْبَةٌ وَسُفْيَانُ ، فَإِذَا
سَمِعْتَهُمْ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا لاَ شَيْءَ
فَاعْلَمْ  أَنَّهُ  حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ1
Perkataan Imam  Ahmad: Jika kamu  mendengar ahli hadis  mengatakan hadis  ini ( gharib ) aneh, atau faidah, tahulah
bahwa hadis itu salah, atau campur baur antara satu hadis dengan lainnya, atau
kesalahan penyampai hadis, atau hadis 
tidak memiliki sanad, meskipun diriwayatkan oleh Syu`bah  dan Sufian, jika engkau mendengar mereka
mengatakan ini tidak apa-apa, tahulah itu adalah benar.. 
Ada
sanad lagi untuk hadis penancapan pelepah kurma di kuburan  sbb: 
وَفِي
رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ وَالْطََّبْرَانِي فِي «أَكْبَرِ مَعَاجِمِهِ» مِن حَدِيْثِ
عَلَّيٍ بْنِ يَزِيْدٍ ، عَنِ الْقَاسِمِ ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ «إِنَّ الْقَبْرَيْنِ
بِالْبَقِيعِ». 
وَهُوَ فِي بَعْضِ طُرُقِ الْبُخَارِي « أَنَّهُ عَلَيْهِ الْسَّلاَ مُ خَرَجَ مِن بَعْضِ حِيْطَانِ (الْمَدِيْنَةِ) فَسَمِعَ صَوْتَ (إِنْسَانَيْنِ) يُعَذَََّانِ فِي قُبُوْرِهِمَا...» الحَدِيثَ.
وَهُوَ فِي بَعْضِ طُرُقِ الْبُخَارِي « أَنَّهُ عَلَيْهِ الْسَّلاَ مُ خَرَجَ مِن بَعْضِ حِيْطَانِ (الْمَدِيْنَةِ) فَسَمِعَ صَوْتَ (إِنْسَانَيْنِ) يُعَذَََّانِ فِي قُبُوْرِهِمَا...» الحَدِيثَ.
Bader Munir - (c 2 / p. 347)
Dalam riwayat Ahmad dan al-Tabaraani dalam «Mu'jamnya al kabir » dari hadits Ali bin Yazid, dari Al Qasim, dari Abu Umamah « Sesungguhnya dua Kuburan di alBaqi` ».
Hadis tsb juga tercantum dalam beberapa jalur Imam Bukhari « Bahwa nabi
Dalam riwayat Ahmad dan al-Tabaraani dalam «Mu'jamnya al kabir » dari hadits Ali bin Yazid, dari Al Qasim, dari Abu Umamah « Sesungguhnya dua Kuburan di alBaqi` ».
Hadis tsb juga tercantum dalam beberapa jalur Imam Bukhari « Bahwa nabi
 saw keluar dari sebagian  kebun (Medinah ) lalu mendengar suara (dua
orang) yang sedang disiksa di kuburan mereka...» Hadis.. Al Badrul munir 347 /2
Komentarku ( Mahrus ali ): 
 Setahu saya, tiada yang mencantumkan hadis tsb
kecuali  kitab al badrul munir.  Al Qasim menurut Ibnu Hajar sering
menyampaikan  hadis – hadis gharib atau
lemah. dan hadis itu tidak memiliki hadis lain 
yang mendukungnya. 
هُوَ مُنْكَرٌ ِلأَحَادِيْثِهِ مُتَعَجَّبٌ مِنْهَا ، قَالَ:
وَ مَا أَرَى اْلبَلاَءَ إِلاَّ مِنَ اْلقَاسِمِ
Al Qasim sering meriwayatkan
hadis – hadis mungkar  yang aneh juga.
Ibnu Hajar berkata: Aku tidak mengerti bala` kecuali dari Al Qasim.
" قِيْلَ كَانَا
كَافِرَيْنِ وَبِهِ جَزَمَ أَبُو مُوْسَى الْمَدِيْنِي وَاحْتَجَّ بِمَا رَوَاهُ مِنْ حَدِيْثِ
جَابِرٍ بِسَنَدٍ فِيْهِ بْنُ لَهِيْعَةَ: أَن الْنَّبِيَّ - صَلََّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلََّمَ - مَرَّ عَلَى قَبْرَيْنِ مِن بَنِي
النَّجَّارِ هَلَكَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَسَمِعَهُمَا يُعَذََّبَانِ فِي الْبَوْلِ وَالْنَّمِيْمَةِ...
قَالَ أَبُو
مُوْسَى هٰذَا وَإِنْ كَانَ لَيْسَ بِقَوِيٍّ لَكِنْ مَعْنَاهُ صَحِيْحٌ لِأَنَّهُ
مَا لَو كَاناَ
مُسْلِمَيْنِ لمَاَ كَانَ لِشَفَاعَتِهِ إِلَى
أَن تَيْبَسَ الْجْرِيدَتَان
مَعْنًى وَلَكِنَّهُ لَمَّا رَآَهُمَا يُعَذَّبَانِ
لَم يَسْتَجِزْ لِلُطْفِهِ
وَعَطْفِهِ حِرْمَانَهُمَا مِنْ إِحْسَانِهِ
فَشَفَعَ لَهُمَا الَى الْمُدَّةِ
الْمَذْكُوْرَةِ "ا هـ.
Al-Hafiz mengatakan dalam
" al Fath " (1 / 321):
"Dikatakan mereka berdua ( yang dalam kuburan ) orang-orang kafir Ini adalah pandangan Abu Musa dengan tegas. Beliau berhujjah riwayat dari hadits Jabir dengan sanad yang terdapat bin Lahi'ah: bahwa Nabi - saw - melewati kuburan dari anak-anak al-Najjar yang meninggal dalam jahiliyah. Beliau mendengar mereka disiksa karena air kencing dan suka gosip..."
"Dikatakan mereka berdua ( yang dalam kuburan ) orang-orang kafir Ini adalah pandangan Abu Musa dengan tegas. Beliau berhujjah riwayat dari hadits Jabir dengan sanad yang terdapat bin Lahi'ah: bahwa Nabi - saw - melewati kuburan dari anak-anak al-Najjar yang meninggal dalam jahiliyah. Beliau mendengar mereka disiksa karena air kencing dan suka gosip..."
Abu Musa berkata:  Ini sekalipun tidak kuat tetapi maknanya  benar. Jika mereka  Muslim apa gunanya mereka di beri  syafaat sampai dua pelepah kering.  tapi ketika Rasulullah SAW melihat mereka
dihukum,  beliau
tidak  sampai hati karena beliau sangat
belas  kasihan lalu beliau berbuat baik
kepada mereka, lalu di berinya safaat sampai masa tersebut.[3]
ثُمَّ
قَالَ الْحَافِظُ:
" لَكِنَّ الْحَدِيْثَ الََّذِي احْتَجَّ بِهِ أَبُو مُوْسَى ضَعِيْفٌ كَمَا اعْتَرَفَ بِهِ وَقَدْ
رَوَاهُ أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ
صَحِيْحٍ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ وَلَيْسَ فِيْهِ
سَبَبُ الْتَّعْذِيْبِ فَهُوَ مِن
تَخْلِيْطِ بِن لَهِيْعَةَ " 
Kemudian Al Hafiz berkata:
"Tapi hadis yang di buat pegangan 
oleh Abu Musa  lemah seperti yang
diakuinya. Ia juga  diriwayatkan oleh
Ahmad  dengan sanad sahih dan sesuai
dengan sarat periwayatan  Muslim. Di situ
tidak ada alasan  penyiksaan. Ia
sekedar   salah satu kekacauan  hapalan bin Lahi'ah."
فَرَدَّ عَلَيْهِ الْبَدْرُ عَيْنِي - رَحِمَهُ
اللهُ  - فِى "عُمْدَة ِالْقَارِى
" ( 3 / 121 ) بِقَوْلِهِ: 
قُلْتُ: هٰذَا مِنْ تَخْلِيْطِ هٰذَا الْقَائِلِ ! لِأَن أَبَا مُوْسَي لَم يُصَرِّحْ بِأَنَّهُ ضَعِيْفٌ ، بَلْ قَالَ: هٰذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ وَ إِنْ كَانَ إِسْنَادُهُ لَيْسَ بِقَوِيٍّ. و لَم يَعْلَمْ هٰذَا الْقَائِلُ الْفَرْقَ بَيْنَ الْحَسَنِ وَالْضَّعِيِفِ ، لِأَنَّ بَعْضَهُمْ عَدَّ الْحَسَنَ مَن الْصَّحِيْحِ لاَ قَسِيْمَهُ ، وَلِذٰالِكَ يُقَالُ لِلْحَدِيْثِ الْوَاحِدِ أَنَّهُ : " حَسَنٌ صَحِيْحٌ ". وَقَالَ الْتِّرْمِذِيُّ: الْحَسَنُ مَا لَيْسَ فِى إِسْنَادِهِ مَن يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ. و عَبْدُ الْلَّه بْن لَهِيْعَةَ الْمِصْرِي لاَ يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ ، عَلَى أَنَّ طَائِفَةً مِنْهُمْ قَد صَحَّحُوْا حَدِيْثَهُ وَوَثََّقُوهُ ، مِنْهُم أَحْمَدُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ " أَهـ.? قُلْتُ رَضِىَ اللهُ عَنْكَ !
قُلْتُ: هٰذَا مِنْ تَخْلِيْطِ هٰذَا الْقَائِلِ ! لِأَن أَبَا مُوْسَي لَم يُصَرِّحْ بِأَنَّهُ ضَعِيْفٌ ، بَلْ قَالَ: هٰذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ وَ إِنْ كَانَ إِسْنَادُهُ لَيْسَ بِقَوِيٍّ. و لَم يَعْلَمْ هٰذَا الْقَائِلُ الْفَرْقَ بَيْنَ الْحَسَنِ وَالْضَّعِيِفِ ، لِأَنَّ بَعْضَهُمْ عَدَّ الْحَسَنَ مَن الْصَّحِيْحِ لاَ قَسِيْمَهُ ، وَلِذٰالِكَ يُقَالُ لِلْحَدِيْثِ الْوَاحِدِ أَنَّهُ : " حَسَنٌ صَحِيْحٌ ". وَقَالَ الْتِّرْمِذِيُّ: الْحَسَنُ مَا لَيْسَ فِى إِسْنَادِهِ مَن يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ. و عَبْدُ الْلَّه بْن لَهِيْعَةَ الْمِصْرِي لاَ يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ ، عَلَى أَنَّ طَائِفَةً مِنْهُمْ قَد صَحَّحُوْا حَدِيْثَهُ وَوَثََّقُوهُ ، مِنْهُم أَحْمَدُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ " أَهـ.? قُلْتُ رَضِىَ اللهُ عَنْكَ !
Bader Aini rahimahullah  menjawab, dalam "kitab Umdatul
qari" (3 / 121) seraya berkata:
Aku berkata: Ini adalah kebingungan orang yang berpendapat seperti itu ! Karena abu Musa tidak mengatakan hadis tsb lemah, tetapi berkata: "Hadits ini hasan sekalipun sanadnya tidak kuat.
Aku berkata: Ini adalah kebingungan orang yang berpendapat seperti itu ! Karena abu Musa tidak mengatakan hadis tsb lemah, tetapi berkata: "Hadits ini hasan sekalipun sanadnya tidak kuat.
و لَم يَعْلَمْ هٰذَا الْقَائِلُ الْفَرْقَ بَيْنَ
الْحَسَنِ وَالْضَّعِيْفِ ، لِأَنَّ بَعْضَهُمْ عَدَّ الْحَسَنَ مَن الْصَّحِيْحِ
لاَ  قَسِيْمَهُ
Dan orang itu  tidak tahu perbedaan antara yang hasan dan
yang lemah, karena beberapa dari mereka mengganggap hadis hasan sebagai  hadis sahih, bukan bagian dari padanya.
وَلِذٰالِكَ يُقَالُ لِلْحَدِيْثِ الْوَاحِدِ  أَنَّهُ :
" حَسَن صَحِيْحٌ ". وَقَالَ الْتِّرْمِذِيُّ:
الْحَسَنُ مَا لَيْسَ فِى
إِسْنَادِهِ مَن يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ
, Dengan demikian, dikatakan
untuk hadis  satu bahwa: ".ia
hasan  sahih " Al-Tirmidzi berkata:
Hasan itu hadis yang sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta
وَ عَبْدُ اللهِ  بْنُ لَهِيْعَةَ الْمِصْرِي لاَ  يُتَّهَمُ بِالْكَذِبِ ، عَلَى أَنَّ طَائِفَةً
مِنْهُمْ قَد صَحَّحُوْا
حَدِيْثَهُ وَوَثَّقُوهُ ، مِنْهُم أَحْمَدُ رَضِىَ اللهُ  عَنْهُ
" أَهـ.
? قُلْتُ رَضِى الْلَّه عَنْكَ !
? قُلْتُ رَضِى الْلَّه عَنْكَ !
. Dan Abdullah bin Lahi'ah al Misri  tidak dituduh berbohong, segolongan  dari mereka mensahihkan hadisnya  dan percaya kepadanya, termasuk Ahmad ra,.
? Saya katakan semoga Allah meridai Anda!
? Saya katakan semoga Allah meridai Anda!
فَإِن مَا اسْتَظْهَرَهُ الْحَافِظُ مِن
تَخْلِيْطِ ابْنِ لَهِيْعَةَ حَقٌّ لاَ  غُبَارَ
عَلَيْهِ ، فَقَدْ رُوِيَ هٰذَا الْحَدِيْثُ مِمَّنْ وَقَفْتُ عَلَى رِوَايَتِهِمْ
، لَم يَذْكُرْ وَاحِدٌ مِنْهُمْ: " الْبَوْلَ وَالْنَّمِيْمَةَ " كَمَا
ذَكَرَ ابْنُ لَهِيْعَةَ رَحِمَهُ اللهُ  ،
Artikel Terkait
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan