Kamis, Mei 10, 2012

Cahaya Muhammad yang qadim kedustaan belaka




Allah tidak punya sifat qadim, kritik buat Syaikh Saleh al fauzan dan buat Karima Sperling seorang Doktor di bidang Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat dalam, Kisah Perjalanan Cahaya Muhammad SAW



Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji berkata:
وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَاْلأَوَّلِيَّةِ ، الْمُتَنَقِّلِ فِي اْلغُرَرِ اْلكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهْ
Dan aku membaca shalawat dan salam untuk  cahaya yang di sifati dengan permulaan atau awal segala  sesuatu yang berpindah – pindah di dahi – dahi yang mulia.

Mungkin  Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji menyatakan bahwa  cahaya Muhammad di beri sifat permulaan yang berpindah pindah dari dahi satu orang ke orang lain. Ada  dua kemungkinan,. Bila  artinya   cahaya  Muhammad punya sifat permulaan secara mutlak atau general, maka  sudah tentu pengarang Barzanji ini harus bertobat dan merevisi kitab karyanya tersebut. Karena  sifat itu bukan milik Muhammad atau cahayanya  tapi milik Allah  sebagaimana  firmanNya :
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.[1]

Sifat awwal adalah  sifat Allah  bukan sifat qadim, kalau sifat qadim, Allah  tidak memilikinya, Ia  sekedar omongan orang bahwa Allah punya sifat qadim. Bahkan Allah punya sifat qadim itu akidah aswaja dan lain aswaja di Indonesia ini, bahkan  saya sering dengar melalui speaker di langgar dan masjid  beberapa orang yang merdu suaranya melantunkan Allah wujud, qidam baqa`…………………………, mulai  saya di Giri  Gresik sampai  saya di Tambak Sumur Waru Sidoarjo – ya`ni  mulai kanak – kanak sampai tua ini. Dan akan berlanjut sampai kapanpun.  
Syaikh Saleh al fauzan pernah berkata:

لَيْسَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى اْلقَدِيْمُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ اْلأَوَّلُ، وَكَذَلِكَ لَيْسَ مِنْ أَسْمَائِهِ الْفَرْدُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ الْوَاحِدُ اْلأَحَدُ؛ فَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ‏:‏ يَا قَدِيْم‏!‏ أَوْ‏:‏ يَا فَرْدُ‏!‏ اِرْحَمْنِي‏!‏ وَإِنَّمَا يُقَالُ‏:‏ يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ‏!‏ يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ‏!‏ اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي‏.‏‏.‏‏.‏ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ؛ ِلأَنَّ أَسْمَاءَ اللهِ تَعَالَى تَوْقِيْفِيَّةٌ، لاَ يَجُوْزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يُثْبِتَ شَيْئًا مِنْهَا إِلاَّ بِدَلِيْلٍ‏.‏ وَاللهُ أَعْلَمُ‏.‏

Al qadim bukan termasuk asma` Allah, tapi Allah punya  nama al awwalu, juga Allah tidak punya nama al fard, tapi Al wahid, al ahad ( Esa ). Jadi tidak boleh di katakan ya qadim ( wahai Tuhan yang  dulu / lama ) atau ya fard, belas kasihanilah aku. Tapi katakan:
‏:‏ يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ‏!‏ يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ‏!‏ اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي‏.‏‏.
Wahai Tuhan yang awal, akhir, dhohir, bathin,  esa, fard dan tempat mahluk bergantung, belas kasihanilah aku  dan tunjukkan aku.          dll.
Sebab nama – nama Allah itu taukifiyah, seseorang tidak boleh menetapkan  salah satu dari nama untuk Allah  kecuali dengan dalil, wallahu a`lam [2].
Komentarku ( Mahrus ali ):

 Tapi  mengapa kalimat fard masih di sebut, dan mana dalilnya, katanya nama – nama Allah  harus taukifiyah  atas dalil yang jelas, lalu  fard di cantumkan di dalamnya  adalah sesuatu yang  membutuhkan dalil dan dalilnya  belum di temukan, lebih baik  dan harus di tinggalkan dan hindarilah kebid`ahan. Jangan  sampai  kita i membuat kedustaan kepada Allah yang membikin kita termasuk orang zalim. Allah  tidak punya nama  Fard lalu kita  cantumkan kalimat fard sebagai namaNya, apakah bisa di benarkan hal ini tanpa dalil lalu  tidak di katakan kedustaan kepada Allah  dan membenarkan ajaran setan yang suka bid`ah. Allah  berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran  tatkala  datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?[3]  Dan saya telah menjelaskan hal itu dalam salah  satu karya saya

Untuk cahaya Muhammad , di sifati  dengan permulaan dalam arti  ia di ciptakan pertama kali,  setahu saya  berdasarkan hadis lemah dan orang awam banyak atau sebagian kiyai  yang terpedaya dengannya lalu percaya saja tanpa di cros check lagi. Memang mereka  tidak punya waktu  untuk itu. Seandainya  ada waktu, mereka di bidang ilmu  tidak punya modal yang cukup untuk mengetahui nya secara detail. Jadi mereka  itu hendaknya baca buku karya figur – figur yang tidak berkecimpung dalam keb id`ahan  dan kesyirikan, berzanji, diba`  dan burdah . Tapi kalangan sosok yang komitmen kepada dalil yang sahih bukan membuang hadis sahih lalu komit kepada dalil lemah..  Atau boleh juga dengarkan pengajian dari  cd pengajian saya yang sebagian telah dicantumkan di blog saya yang kedua,  atau ceramah  kalangan  ahli hadis  maka  mereka akan menemukan rahasia ketenangan, kebahagiaan di dunia dan tidak terus di hantui dengan kebimbangan  sebagaimana  ayat:
بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ(5)
Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.[4]
افتراضي
Dr Al Hilali memberikan komentar tentang hadis :
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
Permulaan mahluk Allah adalah cahaya nabimu wahai Jabir.  ( hadis palsu ). 
Menurut Muhammad bin Jamil Zinu:  Hadith ini adalah hadith (حَدِيْثٌ مَكْذُوْبٌ) "Hadith bohong/palsu" atas nama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-sallam.  Ia bukan hadith sahih sebagaimana yang didakwakan oleh asy-Sya'rawi.  Amat jelas isi kandungannya bertentangan dengan al-Quran al-Karim dan hadith yang sahih yang menjelaskan dengan tegas bahwa manusia yang pertama dicipta adalah Adam 'alaihi as-salam bukan cahaya Nabi Muhammad dan Adam dijadikan dari tanah.

Muhammad tidak di ciptakan dari cahaya  dan itu kedustaan yang harus dilemparkan bukan di pegangi terus. Jangan membingungkan. Ia bertentangan  dengan ayat:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ(7)ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ(8)ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ(9)

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Nabi Muhammad, termasuk keturunan Adam, jadi layak sekali di ciptakan dari air mani sebagaimana  dalam ayat itu.
Dalam deathox.multiply.com terdapat keterangan  sbb:
Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata: 'Aku dan 'Ali berasal dari cahaya yang sama di dalam genggaman-Nya seribu empat ratus tahun sebelum Ia menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam, Ia membagi cahaya itu menjadi 2 bagian, satunya adalah cahayaku dan satunya adalah cahaya 'Ali'. 

Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya baru kali ini menjumpai hadis seperti itu  tanpa  sanad. Saya belum menjumpainya di kitab – kitab hadis ahlus sunnah  atau mendengar ceramah dari guru – guru ahlus sunnah bukan guru ahli bid`ah yang menyesatkan.. Saya yakin  ia dari  pengikut syi`ah, entah dari mana hadis seperti itu. Ia bertentangan dengan ayat:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

Ada hadis syi`ah lagi sbb:
Nabi Muhammad berkata: Jikalau engkau ingin melihat keteguhan dalam diri Nuh a.s, ilmu pengetahuan Nabi Adam a.s, kemurahan hati Ibrahim a.s, kesederhanaan Nabi Musa a.s, dan ketaatan Nabi 'Isa bin Maryam a.s, lihatlah 'Ali bin Abi Thalib'.  ( hadis kedustaan Syi`ah )
Komentarku:
Masih banyak kedustaan bukan kejujuran Syi`ah yang belum anda ketahui dan sudah di sebarluaskan di komunitas syi`ah.Mestinya  dibuang saja, gantilah dengan kejujuran. Saya tidak mengerti mengapa mereka meriwayatkan hadis itu. Tujuannya hanya  nafsu, bukan tegakkan wahyu, fanatisme golongan bukan kepada Islam. Beruntunglah orang yang hidupnya di luar Iran yang basis Syi`ah bukan basis ahlis sunnah.  Bila kita lahir, disana, kita  sulit mencari kebenaran ajaran ahlis sunnah.Dan mudah sekali menjumpai ajaran Syi`ah yang sarat dengan kedustaan.  Sayangnya  kita tidak berdomisili di negri Mullah itu lalu berada di komunitas yan g suka berzanji, diba` dan akidatul awam. Jadinya  sami mawon, sulit mencari kebenaran dan mudah menjumpai kesesatan kecuali orang yang bersungguh – sungguh ke jalan lurus. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.[5]
 Di lain ayat Allah menyatakan:
وَجَاهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah  salat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.[6]



Dalam hmpublikasi.blogspot.com terdapat keterangan:

Sebuah buku yang penting bagi orang tua yang ingin menanamkan nilai-nilai keimanan kepada putra-putrinya.

Deskripsi Buku:
Judul Asli: My Little Lore of Light, terjemahan Indonesianya perjalanan cahaya Muhammad.

Mungkin selama ini kita baru mengenal 25 Nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia, padahal menurut sumber-sumber tradisional Islam, seluruh Nabi dan Rasul tersebut berjumlah 124.000 orang, subhanallah. Dan mereka semua mengemban cahaya Muhammad SAW di keningnya, yang membedakannya dari orang-orang biasa lainnya. Nah, di buku ini diceritakan bagaimana cahaya Muhammad SAW itu ditransfer dari Nabi yang satu kepada Nabi yang lainnya sebelum akhirnya kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw. Dan berbeda dengan buku-buku lainnya, di sini ada 34 kisah Nabi dan Rasul Allah yang diceritakan.
Kisah Perjalanan Cahaya Muhammad SAW adalah versi untuk anak-anak dari buku Lore of Light karya Hajah Amina Adil yang terdiri atas empat volume. Isinya menceritakan tentang penciptaan cahaya Muhammad SAW sebagai asal-muasal dari seluruh ciptaan yang ada di alam semesta. Cahaya tersebut kemudian diwariskan dari nabi yang satu kepada nabi yang lain yang menurut sumber tradisional Kekhalifahan Dinasti Utsmani berjumlah 124.000 orang, mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Buku ini dimaksudkan agar para orang tua dapat menceritakan kisah-kisah yang ada di dalamnya kepada anak-anak mereka yang masih kecil, sementara bagi anak-anak yang sudah besar; mereka dapat membacanya sendiri. Semua kisah yang diceritakan dalam buku ini merupakan kisah yang telah diringkas dan disederhanakan namun tetap tidak berubah dari versi aslinya. Buku ini ditujukan agar anak-anak dapat mengenal nabi-nabi mereka dan memetik hikmah yang terdapat di dalamnya.
Mengenai Penulis
Almarhumah Hajah Amina Adil (w.2004)—semoga Allah memberinya kedamaian—beliau biasa dipanggil dengan sebutan Hajah atau Bunda Anne. Beliau adalah istri dari Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani pemimpin dunia Tarekat Naqsybandi Haqqani. Bunda Anne telah mendampingi Syekh Nazim selama lebih dari 50 tahun dalam mengurus dan membesarkan keempat anaknya, termasuk 16 cucu dan 6 cicit. Selain itu dengan penuh kasih sayang beliau juga melayani ribuan murid dan pengunjung yang mendatangi kediamannya yang sederhana di Siprus sepanjang tahun.
Tak ada waktu yang digunakan untuk obrolan sia-sia. Hajah Anne mengajarkan seni pengabdian dalam melayani Syekh dan tamu-tamunya dengan tanpa mengenal lelah, bahkan dilakukan dengan canda dan humor yang baik. Setiap hari beliau memasak untuk semua orang. Beliau mengajarkan untuk menghargai pemberian Tuhan dengan tidak menghambur-hamburkan dan menyia-nyiakan sesuatu. Beliau mengajarkan ibadah dengan tulus, menjalani syariah dan menegakkan sunah serta menjaga amalan kesufiannya. Beliau mengajarkan kesabaran, keramahan, penghormatan dan kerja keras dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang ulama, beliau mewariskan pengetahuannya yang luas kepada generasi muda, khususnya tentang kisah nabi-nabi dan para awliya Allah. Kisah-kisah tersebut telah digunakan untuk mengajarkan hikmah sejak dulu kala.
Mengenai Editor
Karima Sperling adalah seorang Doktor di bidang Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat. Ia telah memeluk agama Islam selama lebih dari 30 tahun, dimulai sejak ia melakukan studi lapangan di perbatasan Libya dan Chad selama 3 tahun. Ia membesarkan dan mendidik kelima anaknya di rumah. Persiapan utama dalam menyusun buku ini adalah ketika ia mengisi waktunya bersama murid-murid dan putra-putri tercinta dari Hajah Anne.[7]


Komentarku ( Mahrus ali ):

Sepengetahuan saya dari Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani pemimpin dunia Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah figur mursyid tarekat dan banyak ahli hadis yang mengeritiknya. Dia pernah menyatakan berbicara  dengan Rasulullah   melalui ponselnya

Dalam artikel itu di katakan:


Padahal menurut sumber-sumber tradisional Islam, seluruh Nabi dan Rasul tersebut berjumlah 124.000 orang

Jumlah nabi yang segitu  banyaknya  tidak memiliki dalil yang valid atau hadis lemah dan terkesan  gegabah bukan hati-hati dalam menyatakan. Ini hanyalah sekedar perkiraan belaka bukan kebenaran hakiki tapi kesalahan murni sebagaimana ayat:
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.[8]

 Dalam ayat lain, Allah menyatakan:

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى اْلأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. ( 23 / Annajm ).

 Jumlah Nabi itu mesterius, siapa yang mengaku tahu jumlanhnya berarti gegabah dan sekedar pendapat peribadi dan refrensinya hanya kitab arab tanpa  dalil yang valid. Jadi lebih baik diam dari pada  bicara.

إِنْ كَانَ يُعْجِبُكَ السُّكُوْتُ فَإِنَّهُ... قَدْ كَانَ يُعْجِبُ قَبْلَكَ اْلأَخْيَارَا
وَ لَئِنْ نَدِمْتَ عَلَى سُكُوْتٍ مَرَّةً... فَلَقَدْ نَدِمْتَ عَلَى اْلكَلاَمِ مِرَارًا
Bila kamu tertarik untuk diam, maka sungguh orang – orang baik sebelummu juga begitu.
Bila kamu menyesal atas diam  sekali, sungguh kamu  beberapa kali menyesal karena pembicaraanmu. [9]

Rasulullah   sendiri tidak pernah menyatakan jumlah para nabi itu, lalu untuk apakah  kita tidak diam saja tentang hal itu, lalu kita akan mendahului Nabi   dan ini di larang dalam ayat:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(1)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.[10]

Dan Allah telah menyatakan bahwa jumlahnya hanya Dia yang tahu  dan tidak di kisahkan  kepada Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman :

 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
“Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau, di antara mereka itu ada yang telah kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu”. (Al-Mu’min: 78).

Dalam ayat tsb di kisahkan,ada rasul yang di kisahkan dan ada rasul yang hanya Allah yang mengetahuinya. Berarti, Rasulullah   sendiri tidak di beri tahu oleh Allah berapa jumlah mereka. Lalu orang sekarang mengaku tahu jumlah mereka.  Ini adalah kekeliruan yang di sebarkan yang mestinya di buang. Ia  untuk membodohi umat bukan mencerdaskannya . Pada hal umat ingin selamat bukan bahaya  tapi selalu  masuk ke jurang kesesatan saja.

Dalam artikel itu di katakan:
Dan mereka semua mengemban cahaya Muhammad SAW di keningnya, yang membedakannya dari orang-orang biasa lainnya.
Isinya menceritakan tentang penciptaan cahaya Muhammad SAW sebagai asal-muasal dari seluruh ciptaan yang ada di alam semesta.

Komentarku ( Mahrus ali ):

Masalah tsb sering kita jumpai dalam beberapa  kitab arab ahli bid`ah bukan  buku Indonesia ahlis sunnah. Memang begitulah ajaran yang mereka berikan kepada murid dan santrinya dan kita hanya bisa menyampaikan  bahwa hal itu adalah keliru besar, modalnya hanya  hadis lemah sbb:

أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
Permulaan mahluk Allah adalah cahaya nabimu wahai Jabir.  ( hadis palsu ). 

Juga ada hadis lagi sbb:
لَوْلَاكَ لَمَا خَلَقْتُ اْلاَفْلاَكَ
Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang – bintang ( atau alam ).
Saya tidak mendapatkannya di kitab – kitab hadis. Saya hanya mendengar dari guru ahli bid`ah yang kurang memahami tentang seluk beluk hadis sekalipun paham benar tentang kitab kuning.. Memang saya sering mendengarnya dari beberapa da`i tapi mereka tidak menunjukkan refrensi sebagai pengambilan  dari suatu kitab.

Doktor Abd  Aziz Muhammad Alu Abd Lathif   berkata:
وَرُبَّمَا عَوَّلَ أُوْلَئِكَ الصُّوْفِيَّةُ عَلَى الْخَبَرِ الْمَوْضُوْعِ: لَوْلاَكَ لمَاَ خَلَقْتُ اْلأَفْلاَكَ(10)
Terkadang ahli tasawuf  itu berpegangan kepada  hadis palsu:
Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang – bintang ( atau alam ).
. Perhatikanlah, dan pikirkan, bandingkan  dengan  perkataan  kaum kafir zindiq  dari kalangan ahli tasawwuf seperti al hallaj  yang berkata:

إِنَّ لِلنَّبِي نُوْراً أَزَلِيًّا قَدِيْماً كَانَ قَبْلَ أَنَّهُ يُوْجَدُ اْلعَالَمُ، وَمِنْهُ اِسْتَمَدَّ كُلُّ عِلْمٍ وَعِرْفَانِ ؛ حَيْثُ أَمَدَّ اْلأَنْبِيَاءَ السَّابِقِيْنَ عَلَيْهِ..
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW  punya  cahaya azali  yang dulu sebelum alam di ciptakan. Dari cahaya itu  seluruh ilmu dan ma`rifat di keluarkan. Cahaya itulah yang memberikan bantuan kepada para nabi yang dahulu.
وَكَذَا مَقَالَةُ ابْنِ عَرَبِي الطَّائِي أَنَّ كُلَّ نَبِيٍّ مِنْ لَدُنْ آدَمَ إِلَى آخِرِ نَبِيٍّ يَأْخُذُ مِنْ مِشْكَاةِ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ

Begitu juga perkataan Ibnu Arabi Atthoi:  Sesungguhnya  setiap nabi mulai dari Nabi Adam sampai akhir nabi  selalu mengambil berkah dari tempat lampu pemungkas para nabi [11]


 Hadis"Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang – bintang ( atau alam )".  bertentangan dengan ayat yang menjelaskan bahwa Allah bila berkehendak sesuatu akan di kerjakan dan cukup berkata kun. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.[12]





[1] Al Hadid 3
[3] Al ankabut  68
[4] Qaf 5
[5] Al  ankabut 69
[6] Al Haj 78
[7] hmpublikasi.blogspot.com
[8]  Al Baqarah 78
[9] Adabul khowwas 2/1
[10] Al hujurat 1
[11] Qawadih aqdiyah  fi burdatil bushairi    4/1  Mahabbatur rasul karya  Abd Rauf Usman 169- 196
[12] Al Haj 18
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan