Allah
tidak punya sifat qadim, kritik buat Syaikh Saleh al
fauzan dan buat Karima Sperling seorang Doktor di bidang Antropologi
dari Universitas Stanford, Amerika Serikat dalam, Kisah Perjalanan Cahaya
Muhammad SAW
Syaikh
Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji berkata:
وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ
بِالتَّقَدُّمِ وَاْلأَوَّلِيَّةِ ، الْمُتَنَقِّلِ فِي اْلغُرَرِ اْلكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاهْ
Dan
aku membaca shalawat dan salam untuk 
cahaya yang di sifati dengan permulaan atau awal segala  sesuatu yang berpindah – pindah di dahi –
dahi yang mulia. 
Mungkin
 Syaikh Ja’far bin Abdul Karim
al-Barzanji menyatakan bahwa  cahaya
Muhammad di beri sifat permulaan yang berpindah pindah dari dahi satu orang ke
orang lain. Ada  dua kemungkinan,. Bila  artinya  
cahaya  Muhammad punya sifat
permulaan secara mutlak atau general, maka 
sudah tentu pengarang Barzanji ini harus bertobat dan merevisi kitab
karyanya tersebut. Karena  sifat itu
bukan milik Muhammad atau cahayanya  tapi
milik Allah  sebagaimana  firmanNya : 
هُوَ
الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang
Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.[1]
Sifat
awwal adalah  sifat Allah  bukan sifat qadim, kalau sifat qadim,
Allah  tidak memilikinya, Ia  sekedar omongan orang bahwa Allah punya sifat
qadim. Bahkan Allah punya sifat qadim itu akidah aswaja dan lain aswaja di Indonesia
ini, bahkan  saya sering dengar melalui
speaker di langgar dan masjid  beberapa
orang yang merdu suaranya melantunkan Allah wujud, qidam baqa`…………………………,
mulai  saya di Giri  Gresik sampai 
saya di Tambak Sumur Waru Sidoarjo – ya`ni  mulai kanak – kanak sampai tua ini. Dan akan
berlanjut sampai kapanpun.  
Syaikh Saleh al fauzan pernah berkata: 
لَيْسَ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى اْلقَدِيْمُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ اْلأَوَّلُ، وَكَذَلِكَ لَيْسَ مِنْ
أَسْمَائِهِ الْفَرْدُ، وَإِنَّمَا مِنْ أَسْمَائِهِ الْوَاحِدُ
اْلأَحَدُ؛ فَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ: يَا قَدِيْم! أَوْ: يَا فَرْدُ! اِرْحَمْنِي! وَإِنَّمَا يُقَالُ: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ
وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ!
اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي... إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ؛ ِلأَنَّ أَسْمَاءَ اللهِ
تَعَالَى تَوْقِيْفِيَّةٌ، لاَ يَجُوْزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يُثْبِتَ شَيْئًا
مِنْهَا إِلاَّ بِدَلِيْلٍ. وَاللهُ أَعْلَمُ. 
Al qadim bukan termasuk asma` Allah, tapi Allah punya  nama al awwalu, juga Allah tidak punya nama
al fard, tapi Al wahid, al ahad ( Esa ). Jadi tidak boleh di katakan ya qadim (
wahai Tuhan yang  dulu / lama ) atau ya
fard, belas kasihanilah aku. Tapi katakan: 
: يَا مَنْ هُوَ اْلأَوَّلُ
وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْباَطِنُ! يَا وَاحِدُ أَحَدُ فَرْدٌ صَمَدٌ! اِرْحَمْنِي وَاهْدِنِي..
Wahai Tuhan yang awal, akhir, dhohir, bathin,  esa, fard dan tempat mahluk bergantung, belas
kasihanilah aku  dan tunjukkan aku.          dll. 
Sebab nama – nama Allah itu taukifiyah, seseorang tidak boleh
menetapkan  salah satu dari nama untuk
Allah  kecuali dengan dalil, wallahu
a`lam [2].
Komentarku ( Mahrus ali ): 
 Tapi 
mengapa kalimat fard masih di sebut, dan mana dalilnya, katanya nama –
nama Allah  harus taukifiyah  atas dalil yang jelas, lalu  fard di cantumkan di dalamnya  adalah sesuatu yang  membutuhkan dalil dan dalilnya  belum di temukan, lebih baik  dan harus di tinggalkan dan hindarilah
kebid`ahan. Jangan  sampai  kita i membuat kedustaan kepada Allah yang
membikin kita termasuk orang zalim. Allah 
tidak punya nama  Fard lalu
kita  cantumkan kalimat fard sebagai
namaNya, apakah bisa di benarkan hal ini tanpa dalil lalu  tidak di katakan kedustaan kepada Allah  dan membenarkan ajaran setan yang suka bid`ah.
Allah  berfirman: 
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ
بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran  tatkala 
datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi
orang-orang yang kafir?[3]  Dan saya telah menjelaskan hal itu dalam
salah  satu karya saya 
Untuk cahaya Muhammad , di sifati  dengan permulaan dalam arti  ia di ciptakan pertama kali,  setahu saya 
berdasarkan hadis lemah dan orang awam banyak atau sebagian kiyai  yang terpedaya dengannya lalu percaya saja
tanpa di cros check lagi. Memang mereka 
tidak punya waktu  untuk itu.
Seandainya  ada waktu, mereka di bidang
ilmu  tidak punya modal yang cukup untuk
mengetahui nya secara detail. Jadi mereka 
itu hendaknya baca buku karya figur – figur yang tidak berkecimpung
dalam keb id`ahan  dan kesyirikan,
berzanji, diba`  dan burdah . Tapi
kalangan sosok yang komitmen kepada dalil yang sahih bukan membuang hadis sahih
lalu komit kepada dalil lemah..  Atau boleh
juga dengarkan pengajian dari  cd
pengajian saya yang sebagian telah dicantumkan di blog saya yang kedua,  atau ceramah  kalangan 
ahli hadis  maka  mereka akan menemukan rahasia ketenangan,
kebahagiaan di dunia dan tidak terus di hantui dengan kebimbangan  sebagaimana 
ayat: 
بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ
مَرِيجٍ(5)
Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran
itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.[4]

Dr Al Hilali memberikan komentar tentang hadis : 
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
Permulaan mahluk Allah adalah cahaya nabimu wahai Jabir.  ( hadis palsu ).  
Menurut Muhammad bin Jamil Zinu:  Hadith ini adalah hadith (حَدِيْثٌ مَكْذُوْبٌ)
"Hadith bohong/palsu" atas nama Rasulullah sallallahu 'alaihi
wa-sallam.  Ia bukan hadith sahih
sebagaimana yang didakwakan oleh asy-Sya'rawi. 
Amat jelas isi kandungannya bertentangan dengan al-Quran al-Karim dan
hadith yang sahih yang menjelaskan dengan tegas bahwa manusia yang pertama
dicipta adalah Adam 'alaihi as-salam bukan cahaya Nabi Muhammad dan Adam
dijadikan dari tanah.
Muhammad tidak
di ciptakan dari cahaya  dan itu
kedustaan yang harus dilemparkan bukan di pegangi terus. Jangan membingungkan.
Ia bertentangan  dengan ayat: 
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis:
"Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia
Engkau ciptakan dari tanah". 
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ
الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ(7)ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ
مَهِينٍ(8)ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ(9)
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air
yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. 
Nabi Muhammad, termasuk keturunan Adam, jadi layak sekali
di ciptakan dari air mani sebagaimana 
dalam ayat itu. 
Dalam deathox.multiply.com terdapat keterangan  sbb: 
Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
berkata: 'Aku dan 'Ali berasal dari cahaya yang sama di dalam genggaman-Nya seribu
empat ratus tahun sebelum Ia menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam,
Ia membagi cahaya itu menjadi 2 bagian, satunya adalah cahayaku dan satunya
adalah cahaya 'Ali'.  
Komentarku ( Mahrus ali ): 
Saya baru kali ini menjumpai hadis seperti itu  tanpa 
sanad. Saya belum menjumpainya di kitab – kitab hadis ahlus sunnah  atau mendengar ceramah dari guru – guru ahlus
sunnah bukan guru ahli bid`ah yang menyesatkan.. Saya yakin  ia dari 
pengikut syi`ah, entah dari mana hadis seperti itu. Ia bertentangan
dengan ayat: 
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ
نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu
Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa. 
Ada hadis syi`ah lagi sbb: 
Nabi Muhammad berkata: Jikalau engkau ingin melihat
keteguhan dalam diri Nuh a.s, ilmu pengetahuan Nabi Adam a.s, kemurahan hati
Ibrahim a.s, kesederhanaan Nabi Musa a.s, dan ketaatan Nabi 'Isa bin Maryam
a.s, lihatlah 'Ali bin Abi Thalib'.  (
hadis kedustaan Syi`ah )
Komentarku: 
Masih banyak
kedustaan bukan kejujuran Syi`ah yang belum anda ketahui dan sudah di
sebarluaskan di komunitas syi`ah.Mestinya 
dibuang saja, gantilah dengan kejujuran. Saya tidak mengerti mengapa
mereka meriwayatkan hadis itu. Tujuannya hanya 
nafsu, bukan tegakkan wahyu, fanatisme golongan bukan kepada Islam. Beruntunglah
orang yang hidupnya di luar Iran yang basis Syi`ah bukan basis ahlis sunnah.  Bila kita lahir, disana, kita  sulit mencari kebenaran ajaran ahlis sunnah.Dan
mudah sekali menjumpai ajaran Syi`ah yang sarat dengan kedustaan.  Sayangnya 
kita tidak berdomisili di negri Mullah itu lalu berada di komunitas yan
g suka berzanji, diba` dan akidatul awam. Jadinya  sami mawon, sulit mencari kebenaran dan mudah
menjumpai kesesatan kecuali orang yang bersungguh – sungguh ke jalan lurus.
Allah berfirman: 
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.[5]
 Di lain ayat Allah menyatakan: 
وَجَاهِدُوا
فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي
الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ
الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ
وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا
الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ
النَّصِيرُ
Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al
Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah  salat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung
dan sebaik-baik Penolong.[6]
Dalam
hmpublikasi.blogspot.com terdapat keterangan: 
Sebuah buku yang penting bagi orang tua yang ingin
menanamkan nilai-nilai keimanan kepada putra-putrinya.
Deskripsi Buku:
Judul Asli: My Little Lore of Light, terjemahan Indonesianya perjalanan cahaya Muhammad.
Mungkin selama ini kita baru mengenal 25 Nabi dan
Rasul yang telah diutus oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia, padahal
menurut sumber-sumber tradisional Islam, seluruh Nabi dan Rasul tersebut
berjumlah 124.000 orang, subhanallah. Dan mereka semua mengemban cahaya
Muhammad SAW di keningnya, yang membedakannya dari orang-orang biasa lainnya.
Nah, di buku ini diceritakan bagaimana cahaya Muhammad SAW itu ditransfer dari
Nabi yang satu kepada Nabi yang lainnya sebelum akhirnya kembali lagi kepada
Nabi Muhammad saw. Dan berbeda dengan buku-buku lainnya, di sini ada 34 kisah
Nabi dan Rasul Allah yang diceritakan. 
Kisah
Perjalanan Cahaya Muhammad SAW adalah versi untuk anak-anak dari buku Lore of
Light karya Hajah Amina Adil yang terdiri atas empat volume. Isinya
menceritakan tentang penciptaan cahaya Muhammad SAW sebagai asal-muasal dari
seluruh ciptaan yang ada di alam semesta. Cahaya tersebut kemudian diwariskan
dari nabi yang satu kepada nabi yang lain yang menurut sumber tradisional
Kekhalifahan Dinasti Utsmani berjumlah 124.000 orang, mulai dari Nabi Adam AS
hingga Nabi Muhammad SAW. Buku ini dimaksudkan agar para orang tua dapat
menceritakan kisah-kisah yang ada di dalamnya kepada anak-anak mereka yang
masih kecil, sementara bagi anak-anak yang sudah besar; mereka dapat membacanya
sendiri. Semua kisah yang diceritakan dalam buku ini merupakan kisah yang telah
diringkas dan disederhanakan namun tetap tidak berubah dari versi aslinya. Buku
ini ditujukan agar anak-anak dapat mengenal nabi-nabi mereka dan memetik hikmah
yang terdapat di dalamnya. 
Mengenai Penulis
Almarhumah Hajah Amina Adil (w.2004)—semoga Allah memberinya kedamaian—beliau biasa dipanggil dengan sebutan Hajah atau Bunda Anne. Beliau adalah istri dari Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani pemimpin dunia Tarekat Naqsybandi Haqqani. Bunda Anne telah mendampingi Syekh Nazim selama lebih dari 50 tahun dalam mengurus dan membesarkan keempat anaknya, termasuk 16 cucu dan 6 cicit. Selain itu dengan penuh kasih sayang beliau juga melayani ribuan murid dan pengunjung yang mendatangi kediamannya yang sederhana di Siprus sepanjang tahun.
Almarhumah Hajah Amina Adil (w.2004)—semoga Allah memberinya kedamaian—beliau biasa dipanggil dengan sebutan Hajah atau Bunda Anne. Beliau adalah istri dari Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani pemimpin dunia Tarekat Naqsybandi Haqqani. Bunda Anne telah mendampingi Syekh Nazim selama lebih dari 50 tahun dalam mengurus dan membesarkan keempat anaknya, termasuk 16 cucu dan 6 cicit. Selain itu dengan penuh kasih sayang beliau juga melayani ribuan murid dan pengunjung yang mendatangi kediamannya yang sederhana di Siprus sepanjang tahun.
Tak
ada waktu yang digunakan untuk obrolan sia-sia. Hajah Anne mengajarkan seni
pengabdian dalam melayani Syekh dan tamu-tamunya dengan tanpa mengenal lelah,
bahkan dilakukan dengan canda dan humor yang baik. Setiap hari beliau memasak
untuk semua orang. Beliau mengajarkan untuk menghargai pemberian Tuhan dengan
tidak menghambur-hamburkan dan menyia-nyiakan sesuatu. Beliau mengajarkan
ibadah dengan tulus, menjalani syariah dan menegakkan sunah serta menjaga
amalan kesufiannya. Beliau mengajarkan kesabaran, keramahan, penghormatan dan
kerja keras dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang ulama, beliau
mewariskan pengetahuannya yang luas kepada generasi muda, khususnya tentang
kisah nabi-nabi dan para awliya Allah. Kisah-kisah tersebut telah digunakan
untuk mengajarkan hikmah sejak dulu kala.
Mengenai
Editor
Karima Sperling adalah seorang Doktor di bidang Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat. Ia telah memeluk agama Islam selama lebih dari 30 tahun, dimulai sejak ia melakukan studi lapangan di perbatasan Libya dan Chad selama 3 tahun. Ia membesarkan dan mendidik kelima anaknya di rumah. Persiapan utama dalam menyusun buku ini adalah ketika ia mengisi waktunya bersama murid-murid dan putra-putri tercinta dari Hajah Anne.[7]
Karima Sperling adalah seorang Doktor di bidang Antropologi dari Universitas Stanford, Amerika Serikat. Ia telah memeluk agama Islam selama lebih dari 30 tahun, dimulai sejak ia melakukan studi lapangan di perbatasan Libya dan Chad selama 3 tahun. Ia membesarkan dan mendidik kelima anaknya di rumah. Persiapan utama dalam menyusun buku ini adalah ketika ia mengisi waktunya bersama murid-murid dan putra-putri tercinta dari Hajah Anne.[7]
Komentarku ( Mahrus ali ): 
Sepengetahuan saya dari Syekh Muhammad Nazim
Adil al-Haqqani pemimpin dunia Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah figur
mursyid tarekat dan banyak ahli hadis yang mengeritiknya. Dia pernah menyatakan
berbicara  dengan Rasulullah   melalui
ponselnya
Dalam artikel itu di katakan: 
Padahal
menurut sumber-sumber tradisional Islam, seluruh Nabi dan Rasul tersebut
berjumlah 124.000 orang
Jumlah
nabi yang segitu  banyaknya  tidak memiliki dalil yang valid atau hadis
lemah dan terkesan  gegabah bukan
hati-hati dalam menyatakan. Ini hanyalah sekedar perkiraan belaka bukan
kebenaran hakiki tapi kesalahan murni sebagaimana ayat: 
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ
الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak
mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya
menduga-duga.[8]
 Dalam ayat lain, Allah menyatakan: 
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
وَمَا تَهْوَى اْلأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa
yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka. ( 23 / Annajm ).
 Jumlah Nabi itu mesterius, siapa yang mengaku
tahu jumlanhnya berarti gegabah dan sekedar pendapat peribadi dan refrensinya
hanya kitab arab tanpa  dalil yang valid.
Jadi lebih baik diam dari pada  bicara. 
إِنْ كَانَ يُعْجِبُكَ السُّكُوْتُ فَإِنَّهُ... قَدْ كَانَ يُعْجِبُ
قَبْلَكَ اْلأَخْيَارَا
وَ لَئِنْ نَدِمْتَ عَلَى سُكُوْتٍ مَرَّةً... فَلَقَدْ نَدِمْتَ
عَلَى اْلكَلاَمِ مِرَارًا
Bila kamu tertarik untuk diam, maka
sungguh orang – orang baik sebelummu juga begitu.
Bila kamu menyesal atas diam  sekali, sungguh kamu  beberapa kali menyesal karena pembicaraanmu. [9]
Rasulullah
  sendiri tidak pernah menyatakan jumlah
para nabi itu, lalu untuk apakah  kita
tidak diam saja tentang hal itu, lalu kita akan mendahului Nabi   dan ini di larang dalam ayat: 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ
يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(1)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.[10]
Dan Allah telah menyatakan bahwa jumlahnya
hanya Dia yang tahu  dan tidak di
kisahkan  kepada Nabi Muhammad SAW. Allah
berfirman : 
 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ
مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ 
“Kami telah mengutus beberapa utusan
sebelum engkau, di antara mereka itu ada yang telah kami ceritakan kepadamu,
dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami
ceritakan kepadamu”. (Al-Mu’min: 78).
Dalam ayat tsb di kisahkan,ada rasul yang
di kisahkan dan ada rasul yang hanya Allah yang mengetahuinya. Berarti,
Rasulullah   sendiri tidak di beri tahu
oleh Allah berapa jumlah mereka. Lalu orang sekarang mengaku tahu jumlah mereka.  Ini adalah kekeliruan yang di sebarkan yang
mestinya di buang. Ia  untuk membodohi
umat bukan mencerdaskannya . Pada hal umat ingin selamat bukan bahaya  tapi selalu 
masuk ke jurang kesesatan saja. 
Dalam artikel itu di katakan: 
Dan
mereka semua mengemban cahaya Muhammad SAW di keningnya, yang membedakannya
dari orang-orang biasa lainnya.
Isinya
menceritakan tentang penciptaan cahaya Muhammad SAW sebagai asal-muasal dari
seluruh ciptaan yang ada di alam semesta.
Komentarku
( Mahrus ali ): 
Masalah
tsb sering kita jumpai dalam beberapa 
kitab arab ahli bid`ah bukan  buku
Indonesia
ahlis sunnah. Memang begitulah ajaran yang mereka berikan kepada murid dan
santrinya dan kita hanya bisa menyampaikan 
bahwa hal itu adalah keliru besar, modalnya hanya  hadis lemah sbb: 
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
Permulaan mahluk Allah adalah cahaya nabimu wahai Jabir.  ( hadis palsu ).  
Juga ada hadis lagi sbb: 
لَوْلَاكَ لَمَا خَلَقْتُ اْلاَفْلاَكَ
Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang
– bintang ( atau alam ). 
Saya
tidak mendapatkannya di kitab – kitab hadis. Saya hanya mendengar dari guru
ahli bid`ah yang kurang memahami tentang seluk beluk hadis sekalipun paham
benar tentang kitab kuning.. Memang saya sering mendengarnya dari beberapa da`i
tapi mereka tidak menunjukkan refrensi sebagai pengambilan  dari suatu kitab.
Doktor Abd  Aziz Muhammad Alu Abd Lathif   berkata:
وَرُبَّمَا عَوَّلَ أُوْلَئِكَ
الصُّوْفِيَّةُ عَلَى الْخَبَرِ الْمَوْضُوْعِ: لَوْلاَكَ لمَاَ خَلَقْتُ
اْلأَفْلاَكَ(10)
Terkadang
ahli tasawuf  itu berpegangan kepada  hadis palsu: 
Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang
– bintang ( atau alam ). 
. Perhatikanlah, dan pikirkan,
bandingkan  dengan  perkataan 
kaum kafir zindiq  dari kalangan
ahli tasawwuf seperti al hallaj  yang
berkata: 
إِنَّ
لِلنَّبِي نُوْراً أَزَلِيًّا قَدِيْماً كَانَ قَبْلَ أَنَّهُ يُوْجَدُ
اْلعَالَمُ، وَمِنْهُ اِسْتَمَدَّ كُلُّ عِلْمٍ وَعِرْفَانِ ؛ حَيْثُ أَمَدَّ
اْلأَنْبِيَاءَ السَّابِقِيْنَ عَلَيْهِ.. 
Sesungguhnya
Nabi Muhammad SAW  punya  cahaya azali 
yang dulu sebelum alam di ciptakan. Dari cahaya itu  seluruh ilmu dan ma`rifat di keluarkan. Cahaya itulah
yang memberikan bantuan kepada para nabi yang dahulu. 
وَكَذَا
مَقَالَةُ ابْنِ عَرَبِي الطَّائِي أَنَّ كُلَّ نَبِيٍّ مِنْ لَدُنْ آدَمَ إِلَى
آخِرِ نَبِيٍّ يَأْخُذُ مِنْ مِشْكَاةِ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ
Begitu juga
perkataan Ibnu Arabi Atthoi: 
Sesungguhnya  setiap nabi mulai
dari Nabi Adam sampai akhir nabi  selalu
mengambil berkah dari tempat lampu pemungkas para nabi [11]
 Hadis"Seandainya  tiada engkau ( Muhammad ) maka  Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan bintang
– bintang ( atau alam )".  bertentangan dengan ayat yang menjelaskan
bahwa Allah bila berkehendak sesuatu akan di kerjakan dan cukup berkata kun.
Allah berfirman: 
إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Sesungguhnya
Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.[12]
Artikel Terkait
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan