3 November
2010
Jawaban Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al
Fauzan:
Ahli bid’ah lebih keras siksanya, karena perbuatan bid’ah
lebih besar dari pada sekedar maksiat. Bid’ah lebih disenangi oleh syaithan daripada
maksiat karena pelaku maksiat mudah untuk bertaubat.
Sufyan Ats Tsauri berkata: “bid’ah lebih disenangi oleh
iblis daripada maksiat karena pelaku maksiat akan bertaubat darinya sedangkan
pelaku bid’ah tidak akan bertaubat darinya.” (Musnad Ibnu Ja’ad (1885) dan
Majmu Fatawa (11/472))
Rasulullah shalallahu’alayhi wassalam bersabda:
“…..sesungguhnya Allah telah menghalangi taubat dari
setiap pelaku bid’ah” (Ash Shahihah , 1620)
Adapun ahli bid’ah maka jarang sekali yang bertaubat
karena ia menyangka berada diatas kebenaran berbeda dengan pelaku maksiat, ia
mengetahui bahwa ia seorang yg bermaksiat. adapun ahli bid’ah mka ia meyakini
sebagai seorang yg taat dan sedang melakukan ketaatan. Maka dari itu perbuatan
bid’ah -wal’iyyadzubillah- lebih jelek dari maksiat. Oleh karenanya ulama salaf
selalu memperingatkan (agar menjauh) dari bermajelis bersama ahli bid’ah,
karena mereka akan mempengaruhi orang yang duduk bersamanya, sementara bahaya
mereka sangat besar.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Jangan kamu duduk dengan
pelaku bid’ah karena ia akan membuat sakit hatimu” (Al I’tisham 1/172, Al bida’
wan Nahyu ‘anha hal 54). Tidak diragukan, bahwa bid’ah itu lebih jelek dari
maksiat dan bahaya yang ditimbulkan ahli bid’ah kepada manusia lebih besar daripada
bahaya seorang pelaku maksiat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata
tentang bahaya ahli bid’ah:
“…seandainya Allah tidak menjadikan adannya orang-orang
yang mencegah bahaya mereka -yaitu ahli bid’ah- benar-benar agama ini akan
rusak dan kerusakannnya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi.
Karena musuh jika berkuasa tidak akan merusak hati dan agama kecuali hanya
mengikut saja. Adapun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama
kalinya.” (Majmu’ Fatawa 28/232)
Ibnu Mas’ud mengatakan: “…sederhana dalam (melakukan)
sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh dalam (berbuat) bid’ah” (Lihat Ilmu
Ushulil Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 55,-pen)
Diambil dari kitab Al Ajwibah Al Mufidah’an As’ilatil
Manhaji Al Jadidah, hal 38-39 (pertanyaan no. 5)
Sumber Website:
http://al-jasary.blogspot.com/2010/10/mana-yang-lebih-keras-siksanya-pelaku.html
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalil yang cocok untuk ahli bid`ah adalah sbb:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ
فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya
yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak
ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu
binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.( Fathir 8 )
Ahli bid`ah merasa kebid`ahannya itu baik bukan jelek, pada
hal kebid`ahan adalah kesesatan sebagaimana hadis:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ *
Berhatilah terhadap perkara baru. Sesungguhnya tiap
perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat. [1]
Ibnu Taimiyah berkata:
وَمَنْ قَالَ فِي بَعْضِ الْبِدَعِ إنَّهَا
بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ فَإِنَّمَا ذَلِكَ إذَا قَامَ دَلِيلٌ شَرْعِيٌّ أَنَّهَا
مُسْتَحَبَّةٌ فَأَمَّا مَا لَيْسَ بِمُسْتَحَبِّ وَلَا وَاجِبٍ فَلَا يَقُولُ
أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إنَّهَا مِنْ الْحَسَنَاتِ الَّتِي يُتَقَرَّبُ بِهَا
إلَى اللَّهِ . وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَى اللَّهِ بِمَا لَيْسَ مِنْ الْحَسَنَاتِ
الْمَأْمُورِ بِهَا أَمْرَ إيجَابٍ وَلَا اسْتِحْبَابٍ فَهُوَ ضَالٌّ مُتَّبِعٌ
لِلشَّيْطَانِ وَسَبِيلُهُ مِنْ سَبِيلِ الشَّيْطَانِ كَمَا { قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا
سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو
إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Barang siapa yang berkata tentang sebagian bid`ah - sebagai bid`ah hasanah adalah bila ada
dalilnya yang menyatakan ia
disunahkan . Bila tidak di
sunahkan atau di wajibkan maka tiada
seorang pun dari kaum muslimin yang menyatakan bahwa bid`ah
tersebut termasuk hasanat yang
bisa di buat mendekat kepada Allah .
Barang siapa yang mendekat kepada Allah dengan perkara yang bukan kebaikan yang
diperintahkan dengan perintah wajib atau sunat maka dia sesat yang mengikuti jalan
setan dan jalannya sama dengan jalan
setan sebagaimana di katakan oleh
Abdullah bin Mas`ud ;
: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ
ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا
شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Rasulullah SAW membuat garis , lalu
membuat beberapa garis di kanan kirinya , lalu bersabda: Ini jalan Allah . Dan ini beberapa jalan . Di setiap
jalan ada setan yang memanggilnya, lalu
membaca:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), kamu akan berpisah dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.[2]
Syekh Muhammad Nasiruddin Al albani menyatakan:
وَتَخْصِيْصُ
شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ بِقِرَاءَةِ قِصَّةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ عَلَيْهِ
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ فَكُلُّ هَذَا وَأَمْثَالُهُ بِدَعٌ وَمُنْكَرَاتٌ يَجِبُ
نَبْذُهَا وَالنَّهْيُ عَنْهَا
Menghususkan
bulan Rabi`ul awal dengan membaca kisah kelahiran Rasulullah SAW, seluruhnya
dan sesamanya adalah bid`ah dan kemungkaran yang harus di buang dan harus di
larang. [3]
3 November
2010
Jawaban Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al
Fauzan:Ahli bid’ah lebih keras siksanya, karena perbuatan bid’ah lebih besar dari pada sekedar maksiat. Bid’ah lebih disenangi oleh syaithan daripada maksiat karena pelaku maksiat mudah untuk bertaubat.
Sufyan Ats Tsauri berkata: “bid’ah lebih disenangi oleh iblis daripada maksiat karena pelaku maksiat akan bertaubat darinya sedangkan pelaku bid’ah tidak akan bertaubat darinya.” (Musnad Ibnu Ja’ad (1885) dan Majmu Fatawa (11/472))
Rasulullah shalallahu’alayhi wassalam bersabda:
“…..sesungguhnya Allah telah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah” (Ash Shahihah , 1620)
Adapun ahli bid’ah maka jarang sekali yang bertaubat karena ia menyangka berada diatas kebenaran berbeda dengan pelaku maksiat, ia mengetahui bahwa ia seorang yg bermaksiat. adapun ahli bid’ah mka ia meyakini sebagai seorang yg taat dan sedang melakukan ketaatan. Maka dari itu perbuatan bid’ah -wal’iyyadzubillah- lebih jelek dari maksiat. Oleh karenanya ulama salaf selalu memperingatkan (agar menjauh) dari bermajelis bersama ahli bid’ah, karena mereka akan mempengaruhi orang yang duduk bersamanya, sementara bahaya mereka sangat besar.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Jangan kamu duduk dengan pelaku bid’ah karena ia akan membuat sakit hatimu” (Al I’tisham 1/172, Al bida’ wan Nahyu ‘anha hal 54). Tidak diragukan, bahwa bid’ah itu lebih jelek dari maksiat dan bahaya yang ditimbulkan ahli bid’ah kepada manusia lebih besar daripada bahaya seorang pelaku maksiat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata tentang bahaya ahli bid’ah:
“…seandainya Allah tidak menjadikan adannya orang-orang yang mencegah bahaya mereka -yaitu ahli bid’ah- benar-benar agama ini akan rusak dan kerusakannnya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi. Karena musuh jika berkuasa tidak akan merusak hati dan agama kecuali hanya mengikut saja. Adapun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama kalinya.” (Majmu’ Fatawa 28/232)
Ibnu Mas’ud mengatakan: “…sederhana dalam (melakukan) sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh dalam (berbuat) bid’ah” (Lihat Ilmu Ushulil Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid hal 55,-pen)
Diambil dari kitab Al Ajwibah Al Mufidah’an As’ilatil Manhaji Al Jadidah, hal 38-39 (pertanyaan no. 5)
Sumber Website: http://al-jasary.blogspot.com/2010/10/mana-yang-lebih-keras-siksanya-pelaku.html
Sumber: http://tobatmaksiat.wordpress.com/tag/kemaksiatan-kebidahan/
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalil yang cocok untuk ahli bid`ah adalah sbb:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ
فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya
yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak
ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu
binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.( Fathir 8 )
Ahli bid`ah merasa kebid`ahannya itu baik bukan jelek, pada
hal kebid`ahan adalah kesesatan sebagaimana hadis:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ *
Berhatilah terhadap perkara baru. Sesungguhnya tiap
perkara baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat. [1]
Ibnu Taimiyah berkata:
وَمَنْ قَالَ فِي بَعْضِ الْبِدَعِ إنَّهَا
بِدْعَةٌ حَسَنَةٌ فَإِنَّمَا ذَلِكَ إذَا قَامَ دَلِيلٌ شَرْعِيٌّ أَنَّهَا
مُسْتَحَبَّةٌ فَأَمَّا مَا لَيْسَ بِمُسْتَحَبِّ وَلَا وَاجِبٍ فَلَا يَقُولُ
أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إنَّهَا مِنْ الْحَسَنَاتِ الَّتِي يُتَقَرَّبُ بِهَا
إلَى اللَّهِ . وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَى اللَّهِ بِمَا لَيْسَ مِنْ الْحَسَنَاتِ
الْمَأْمُورِ بِهَا أَمْرَ إيجَابٍ وَلَا اسْتِحْبَابٍ فَهُوَ ضَالٌّ مُتَّبِعٌ
لِلشَّيْطَانِ وَسَبِيلُهُ مِنْ سَبِيلِ الشَّيْطَانِ كَمَا { قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا
سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو
إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Barang siapa yang berkata tentang sebagian bid`ah - sebagai bid`ah hasanah adalah bila ada
dalilnya yang menyatakan ia
disunahkan . Bila tidak di
sunahkan atau di wajibkan maka tiada
seorang pun dari kaum muslimin yang menyatakan bahwa bid`ah
tersebut termasuk hasanat yang
bisa di buat mendekat kepada Allah .
Barang siapa yang mendekat kepada Allah dengan perkara yang bukan kebaikan yang
diperintahkan dengan perintah wajib atau sunat maka dia sesat yang mengikuti jalan
setan dan jalannya sama dengan jalan
setan sebagaimana di katakan oleh
Abdullah bin Mas`ud ;
: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا وَخَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ
ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ وَهَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا
شَيْطَانٌ يَدْعُو إلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ: { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Rasulullah SAW membuat garis , lalu
membuat beberapa garis di kanan kirinya , lalu bersabda: Ini jalan Allah . Dan ini beberapa jalan . Di setiap
jalan ada setan yang memanggilnya, lalu
membaca:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), kamu akan berpisah dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.[2]
Syekh Muhammad Nasiruddin Al albani menyatakan:
وَتَخْصِيْصُ
شَهْرِ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ بِقِرَاءَةِ قِصَّةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ عَلَيْهِ
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ فَكُلُّ هَذَا وَأَمْثَالُهُ بِدَعٌ وَمُنْكَرَاتٌ يَجِبُ
نَبْذُهَا وَالنَّهْيُ عَنْهَا
Menghususkan
bulan Rabi`ul awal dengan membaca kisah kelahiran Rasulullah SAW, seluruhnya
dan sesamanya adalah bid`ah dan kemungkaran yang harus di buang dan harus di
larang. [3]
Bacalah lagi diblog ke dua www.mantankyainu2.blogspot.com
[1] HRAbu Dawud /
Assunnah /4607. Darimi /Muqaddimah /95
Artikel Terkait
usaha anda bagus utk membela islam, tetapi apakah dengan tema saling bid'ah - membid'ahkan ini akan effektif membawa islam berjaya dipanggung internasional??? bukankah ini suatu kemunduran kembali ke abad-abad silam..?? kapan kita maju memikirkan yg lebih effektif sementara "orang lain" sudah sampai ke bulan sedang kita masih meributkan perbedaan bahkan sampai saling sesat-menyesatkan?? dimana hati anda untuk bertanya sebelum menyalahkan sesama muslim : 'ridho kah Allah dengan cara yg saya tempuh ini?? adakah manfaatnya dan adakah mudharatnya?? lebih besar mana manfaat atau mudharatnya??'
BalasHapuspersatuan diutamakan ketimbang mengangkat-angkat perbedaan..karena dengan perbedaan itu timbul perpecahan...dengan perpecahan maka umat akan lemah, dan itu tujuan utama iblis laknatullah..maka jangan sampai terjebak!!
selayaknya mempunyai prinsip : apabila diantara sesama intern umat islam jangan ada istilah benar - salah, tetapi baik dan lebih baik.. karena istilah benar - salah hanya untuk kita perdebatkan dengan mereka yang non muslim.
KENAPA ustadz komen2nya dibatasi?
BalasHapusUntuk byour
BalasHapusSaya hanya menerima komentar yang ilmiyah, rasional bukan kebodohan dan emosional.
Saya bingung knp bid'ah sampe ada dan mulus tersebar di kalangan masyarakat luas?
BalasHapusanda anti kritik, meskipun kritik itu sebenarnya membangun dan tidak emosional..sungguh bertolak belakang dan tidak mengikut sunnah sahabat umar bin khattab ketika beliau justru menanggapi dengan rendah hati rakyatnya yang mengacungkan pedangnya untuk 'meluruskan' umar apabila umar salah..
BalasHapusapabila komen ini tidak juga dimuat, saya minta anda berani mempertanggungjwabkan di depan Allah SWT nanti tuduhan anda bahwa saya tidak ilmiah, emosional dan bodoh.
Untuk byour
BalasHapusLucu sekali, kamu kalau nulis. Bila tulisanmu ilmiyah, tak mungkin saya katakan bodoh. Berilah komentar yang layak untuk di baca, jangan emosi gitu.
buat apa bisa k bulan klo moral bejad apalagi aqidah g usah d tnya . Merusak prsatuan ? Dlu nabi jg d tduh bgtu . Bngsa qures saling bunuh karna islam / kbnaran d sampekan . Maju trs ustadz .
BalasHapusAl Ilmu Qobla Qouli wal Amal, ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan...
BalasHapusIngat salah satu hadits, "Man rokiba an sunnati fa laisa minni, barangsiapa tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan golonganku", itu asbabul wurudnya kan para sahabat yang iri dengan semangat ibadah Rosululloh jadi ingin "menambah porsi ibadah" mereka, namun mereka malah ditegur Rosululloh karena tidak dicontohkan oleh Rosululloh....
menarik juga niii kajian tokoh yang satu ini!
BalasHapushttp://www.youtube.com/watch?v=i1052Pd2-B4
Cak Nun - Lucu - Pagelaran Budaya Islam
www.youtube.com
kita sesama muslim mari kembali kepada al qur'an dan as sunnah shohihah seperti para salafusholih, amin
BalasHapus